Sudah lama Ten melupakan rasanya berdiri di puncak kebahagiaan. Ten terkadang merasa bahagia, namun tidak terlalu bahagia dan akan hilang dalam sekejap. Namun saat ia dapat memiliki Karin seutuhnya, ia kembali merasakan puncak kebahagiaan itu.
Puncak kebahagiaannya itu cukup sederhana. Hanya dapat melihat punggung Karin yang duduk di bangkunya selama jam pelajaran berlangsung sudah membuatnya bahagia. Menghabiskan waktu bimbelnya bersama gadis itu seperti biasanya juga membuat bahagia. Apalagi saat ia dapat mencium gadis itu saat mereka merokok bareng dan Karin tanpa diduga membalas ciumannya, kebahagiaan sudah benar-benar tak terkira.
Ten terkadang bertanya-tanya, apa Karin memiliki perasaan yang sama dengannya?
Awal mereka terikat, mereka mungkin bisa dikatakan saling tidak suka. Ten ingin menyingkirkan Karin dari sekolah yang mana senang meremehkannya. Karin mungkin tidak menyukainya sejak itu. Tapi semakin lama bersama, Karin seperti menikmati hubungan mereka tanpa tampak terpaksa.
Entah apa perasaan Karin, apakah ia memang pintar berakting hanya untuk memenuhi janjinya demi mendapatkan 5 juta yen, Ten tak peduli. Ten tetap menyukai gadis itu, entah sampai kapan.
"Mau main ke rumahku? Ibuku sedang keluar kota." Ajak Ten setelah bel pulang sekolah berbunyi. "Sekalian bimbel di rumahku."
Karin tampak berpikir. "Beri aku waktu sebentar." Dan ia menelepon seseorang.
"Kau pulang larut lagi? Hm. Tidak. Aku akan membuatkanmu makan malam saat dekat kau pulang saja. Aku akan belajar dulu di perpustakaan daerah. Bye."
Karin pun menyimpan ponselnya di saku rok.
"Tapi aku tak bisa lama ya." Karin menyetujui ajakan Ten.
Ten malah kebingungan mendengar obrolan Karin di telepon membuat Karin menaikkan kedua alisnya.
"Kenapa?" Tanya Karin.
"Kau menelepon bibimu kan? Kenapa harus berbohong?" Tanya Ten.
"Repot kalau sampai dia tahu aku main dengan orang lain." Jawab Karin.
"Bibimu posesif juga. Aneh."
Karin terkekeh. "Bukan begitu. Aku hanya tak mau membuatnya khawatir. Nanti kalau dia tahu aku main denganmu, dikira aku salah pergaulan."
"Hah? Aku kan sudah jadi anak baik-baik." Ten tersinggung.
Karin melewati Ten, berbalik badan menghadap Ten, berjalan mundur, dan menjulurkan lidahnya.
Ten mengerutkan alisnya. "Hei! Kau mengejekku?!"
Karin tertawa dan segera berlari saat Ten akan menangkapnya.
.
"Rumahmu besar." Karin melongok saat masuk ke kediaman Ten. Pandangannya mengedar ke sekitar dengan mulut sedikit menganga, membuat Ten tertawa gemas.
"Seperti baru pertama kali saja datang ke rumah orang kaya."
"Memang iya."
Ten terkejut. "Masa sih? Kau kan orang kaya. Masa tidak pernah main ke rumah orang kaya."
"Orang tuaku tidak kaya. Hanya Risa-san yang kaya."
"Bibimu?"
Karin mengangguk.
Ten masih memiliki pertanyaan, tapi Karin langsung membuka obrolan baru.
"Ah! Kau punya kolam renang juga!" Karin berlari girang menuju halaman belakang yang terhalang sepasang pintu geser berkaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom
FanfictionTen membuat perjanjian pada Karin, bila Karin berhasil membuatnya masuk ke peringkat 10 besar seangkatan, ia akan membayar 5 juta yen pada gadis itu. Tetapi bila gagal, Karin harus keluar dari SMA Sakurazaka. Semenjak perjanjian itu diresmikan, Ten...