2

116 21 0
                                    

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Ten akan sarapan pagi bersama ibunya di meja makan. Menyantap hidangan ala Jepang yang dibuat ibunya, mendengarkan berita pagi dari televisi, dan menerima ceramahan dari ibunya.

"Kau tidak akan pernah menjadi orang kalau kau masih bersikap seperti itu." Ceramah ibunya. "Kau mau tidak berguna seperti ayahmu?"

Ten menghela napas. Ibunya mulai lagi menyinggung ayahnya yang telah dicampakkan ibunya.

"Dengar, Ten-chan ... Ibu akan menuruti kemauanmu kalau kau meningkatkan nilai-nilai sekolahmu hingga kau lolos masuk Keio ... Tapi lebih bagus lagi kalau kau masuk Universitas Tokyo."

"Ibu selalu berjanji menuruti kemauanku, tapi tak pernah menepatinya."

"Memangnya apa yang tidak Ibu tepati? Ibu memberimu uang jajan lebih. Membiarkanmu liburan ke luar negeri di hari sekolah. Membiarkanmu belajar menyetir mobil meski belum waktunya. Lantas, kau mau apalagi? Tidak ada hal yang Ibu lewatkan."

Ten mendengus sesal. "Ibu tidak membiarkanku menari." Ujar Ten pelan.

Ten masih ingat, saat ia menjadi murid baru di SMA Sakurazaka dan menunjukkan formulir pendaftaran klub Tari Modern kepada ibunya, formulir itu habis disobek-sobek ibunya.

Rasa sakit karena janji yang diingkar ibunya masih membekas di hatinya sampai sekarang.

"Tiba-tiba kau ingin membicarakan itu lagi, huh?" Omel ibunya. "Apa yang bisa kau lakukan dengan menari? Memangnya kau akan menghasilkan uang banyak? Kalau kau gagal bagaimana?"

"Tapi ... "

"Bagaimana dengan perusahan Ibu? Siapa yang akan mengurusnya jika bukan kau sebagai penerusnya? Ibu tidak mungkin kan tiba-tiba memasukkanmu tanpa lulusan sarjana dari universitas terbaik. Yang ada perusahaan Ibu akan turun kualitas orang-orangnya dan memandang rendah kau."

Ten berdecak frustasi. Lagi-lagi ibunya membahas perusahaan dan penerusnya. Wanita itu hanya memikirkan dirinya saja!

Berita terbaru dari TV mengalihkan perhatian ibunya.

"Saat ini di beberapa daerah Jepang telah menerima pasangan sesama jenis untuk hidup bersama masyarakat biasa dengan membuka kuil hingga gereja sebagai tempat pernikahan mereka ... "

"Dunia ini semakin mengada-ngada saja." Komentar ibunya masih dengan pandangan ke TV. "Hubungan seperti itu menjijikan dan tidak bermoral. Bagaimana bisa orang-orang menerimanya? Kalau ada karyawan di perusahaanku bertingkah seperti itu, aku akan langsung memecatnya."

Tak mau pusing mendengarkan ucapan ibunya, Ten menghentikan kegiatan makannya yang tinggal setengah. Ia mengambil tasnya di kursi samping, lalu keluar dari rumah tanpa berpamit.

.

Ten bersama dua kawannya sedang membuat video menari di lorong sekolah, tak sengaja seseorang lewat di belakang mereka. Merasa tak asing dengan orang itu, ia menoleh ke samping. Gadis bernama Fujiyoshi itu sudah agak menjauh darinya.

Tanpa menjawab pertanyaan ke mana ia akan pergi dari temannya, Ten menyusul gadis itu dan menariknya ke lorong yang sepi. Saat mereka berhadapan, ada beberapa buku latihan yang sedang dikepit di lengan kiri Fujiyoshi. Seperti biasanya, gadis itu pasti akan ke perpustakan.

Hanya dua tempat yang akan Fujiyoshi Karin datangi setelah makan bekalnya di kelas, ruang guru dan perpustakaan.

"Kau berani menerima tantanganku kemarin?" Ten mengingatkan gadis itu. "Aku bisa memberikanmu uang 5 juta yen kalau berhasil."

FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang