IBTY part 14
jeno berjalan dengan gontai menyusuri lorong rumah sakit yang terlihat ramai sore itu, tubuhnya terasa begitu lemas setelah dia mendengar penjelasan dokter tentang keadaan haechan saat ini. sebelumnya pihak rumah sakit menghubungi Jeno dan mengatakan jika haechan pingsan. membuat pria itu berlari pontang panting dari kampusnya menuju rumah sakit.
pria dengan badan yang begitu tegap itupun akhirnya jatuh terduduk di kursi tunggu koridor. menatap kosong keramaian yang ada di depannya. Jeno bahkan tidak mengerti kenapa suara semua orang sama sekali tak terdengar pada pendengarannya. hanya perkataan dokter tadilah yang terus berulang di telinga jeno saat ini
" bayi yang ada di dalam kandungnya meninggal ... kami masih belum bisa memastikan apa penyebabnya.. itu akan bisa di ketahui setelah bayinya di keluarkan nanti ... tapi ... " dokter itu menatap Jeno dengan iba. dia bahkan harus mengehela nafas dalam untuk kembali melanjutkan penjelasannya " dia terus menolak untuk operasi ... jasad bayi itu harus segera di keluarkan ... jika tidak itu akan membahayakan keselamatanya "
tangan kiri jeno menyeka bulir air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. jeno tahu jika saat ini haechan pasti sangat terpukul dan menderita. meski pada awalnya anak itu sama sekali tidak pernah di harapkan. pada kenyataannya setelah lama waktu berlalu dia dan haechan menjadi sangat bahagia ketika menanti hari kelahirannya.
hati Jeno terasa begitu perih dan sesak saat dia berdiri di depan pintu ruang rawat haechan dan melihat istrinya itu duduk di atas kasur dengan memeluk perutnya, menangis tersedu hingga suaranya terdengar begitu serak dan hampir habis.
jeno menguatkan hatinya sendiri untuk menghadapi semua kenyataan pahit yang Tuhan berikan pada mereka sebelum dia masuk dan berjalan mendekati haechan. jeno tahu tidak ada satu katapun yang akan bisa membuat haechan merasa lebih baik saat ini hingga dia hanya bisa memeluk tubuh ringkih haechan yang bergetar karena tangis.
"Jenn ... " panggil haechan dengan tangisnya, terdengar begitu putus asa "jangan.. jangan ambil... bayiku .. " ujarnya begitu sulit menahan isakan dan akhirnya kembali menangis dengan lebih kencang.
hati Jeno begitu sakit mendengar tangis dan permintaan haechan yang tidak akan pernah bisa dia kabulkan. tidak ada jawaban yang meluncur dari bibirnya selain kedua tangan Jeno yang memeluk haechan semakin erat, dia menengadahkan wajahnya menahan genangan air yang tertampung di pelupuk matanya agar tidak terjatuh.
*
*
*
*
*
*
*berjam-jam waktu berlalu dan hanya haechan habiskan dengan menangis, hingga tubuhnya lelah dan kehabisan tenaga. saat ini dia terbaring miring membelakangi Jeno. sesekali air mata masih mengalir keluar dari ujung mata haechan yang terbuka. sementara di belakangnya Jeno dengan setia membelai punggung dan rambutnya sejak tadi.
"Chan- "
"tidak !! mereka pasti salah ... aku bahkan bisa merasakan jika dia bergerak tadi... " haechan bergegas bangun dan menatap jeno yang duduk di kursi samping ranjang "mereka pasti salah ... kau harus mengatakan pada mereka untuk memeriksa ulang ... bayiku ... dia baik-baik saja"
Jeno terdiam, matanya yang sembab menatap haechan dengan rasa sakit. perlahan dia menggerakan tangannya untuk membelai pipi haechan yang masih basah karena sisa air mata
"emm... kita akan memeriksanya lagi " setuju jeno. sebenarnya pria itu tahu jika apa yang haechan katakan hanyalah ilusinya. haechan benar-benar berharap jika bayinya masih hidup hingga dia seolah bisa merasakan pergerakan dalam perutnya. tapi pada kenyataannya dokter bahkan sudah memastikan keadaan bayi mereka berulang-ulang kali dan hasilnya tetap sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I BELONGS TO YOU | nomin | markhyuck | nohyuck | markmin
Fanfictionsummary : pacar orang emang selalu lebih menarik. itulah sebabnya para anak remaja ini jadi pengen nyobain pacar temen padahal sendirinya udah pada punya pacar masing-masing. kali aja rasanya beda meski bentuk nya sama.. eh, dasar kufur nikmat ini a...