2. Malaikat Penolong

59 4 0
                                    

"Saya tidak akan mengusik jika tidak diusik terlebih dahulu." —Izora Annarov

︎▪︎▪︎

"Ulangan kurang lima belas menit lagi, tapi kertas kalian masih kosong. Bapak sampai heran sama kalian berdua, saat bapak cek lembaran kalian pasti kosong padahal kurang beberapa menit lagi ulangan berakhir. Tapi kalian selalu tepat waktu mengumpulkannya, dan yang paling buat Bapak heran, kenapa nilai kalian selalu tinggi?" kata Pak Imam— guru matematika.

"Itu semua atas bantuan dari Tuhan, Pak," balas Arora yang terkekeh.

"Kadang, ada beberapa hal yang nggak bisa di tangkap oleh otak kita. Jadi Bapak nggak perlu heran dan mikirin kita, yang penting 'kan nilai kita nggak pernah di bawah KKM," ujar Vera dengan senyum andalannya.

Arora terkekkeh lalu menatap Pak Imam serius. "Bapak beneran mau tahu, kenapa nilai kita selalu bagus, ngumpulinnya nggak pernah telat. Padahal kita selalu duduk di depan, dan tempat duduk kita jauh dari Zora."

Pak Imam mengangguk. "Kenapa?"

Arora menatap Zora dan Asya yang duduk di belakang jauh darinya. "Karena kita dibantu sama malaikat penolong yang udah Tuhan berikan dan dititipkan sama kita."

Zora memutar bola matanya malas dan memalingkan wajah dari sahabatnya yang tidak waras itu. "Gila."

"Gila-gila gitu juga temen kita, Zor," ucap Asya dengan mata yang masiih fokus pada kertas ujiannya.

Selain Asya, Arora dan Vera juga sahabat Zora. Keduanya sudah mengenal Zora sejak SMP. Dulu saat SMP Arora dan Vera selalu membututi Zora, mereka merasa penasaran dengan Zora yang selalu sendiri di sekolahan. Bukan tidak ada yang ingin berteman, hanya saja Zora yang tidak mau berteman dengan siapapun. Namun seiring berjalannya waktu Arora dan Vera bisa meluluhkan Zora dan membuatnya berteman dekat.

Arora Tvesa, seorang gadis yang padai bela diri, namun jika dibandingkan dengan Zora kemampuan bela dirinya masih sangat jauh. Arora adalah siswa yang pandai dalam bidang biologi. Tak hanya itu, Arora selalu dijuluki 'Anak Mami' oleh ketiga sahabatnya. Di antara ketiga temannya yang paling cerewet adalah Arora,

Vera Nara Belova, satu-satunya sahabat Zora yang temperament. Selain itu Vera juga orang yang tidak bisa sabar. Di sisi lain Vera adalah anak broken home, jadi sifat perempuan itu timbul dari lingkungan keluarganya. Sejarah adalah pelajaran yang Vera kuasai, dari kecil ia memang menyukai sejarah dan berlanjut hingga dewasa. Vera juga satu-satunya sahabat Zora yang Kristen, namun toleransi di antara dirinya dengan ketiga sahabatnya sangatlah baik.

"Sudah, cepat selesaikan soal kalian!" Pak Imam berjalan ke arah mejanya. "Ulangan kurang sepuluh menit lagi, yang sudah selesai bisa dikumpulkan di meja Bapak, dan boleh keluar."

Zora beranjak dari tempat duduknya, hanya dirinya seorang yang sudah selesai. Ia berjalan menuju ke depan untuk mengumpulkan jawabannya, tangan kiri Zora membawa kertas ulangannya, sedangkan tangan kanannya berada di saku roknya.

Tepat di samping meja Arora dan Vera, gadis itu mengeluarkan tangan dari saku roknya dan memberikan secarik kertas kecil kepada kedua sahabatnya, dan itu dilakukan Zora dengan sangat cepat hingga tak ada yang melihat itu.

Arora dan Vera tersenyum lebar melihat itu, dengan cepat ia menyalin jawaban yang diberikan Zora kepada mereka.

"Sudah selesai, Zor?" tanya Pak Imam dan hanya dijawab anggukan oleh gadis itu. Ia memutar badannya dan berjalan keluar dari dalam kelas sepuluh IPA II.

An AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang