"Saya hanya berjanji untuk hari ini, namun tidak untuk esok hari." —Izora.▪︎▪︎▪︎▪︎
"Zor, tenggorokan aku nggak enak," parau Asya di balik selimut tebalnya.
"Makannya kalo dibilang jangan minum es malam-malam itu nurut. Udah tahu paling nggak bisa minum es masih aja minum," kata Zora.
Malam ini tepatnya pukul sebelas malam Zora berada di apartemen Asya. Tadi Asya sempat menelponnya kalo gadis itu sedang demam, mendengar itu membuat Zora bergegas pergi menuju apartemen Asya, tak lupa membawa obat penurun demam.
Asya adalah tipikal orang yang tidak bisa meminum air es terlalu banyak, karena perempuan itu akan jatuh demam jika tetap melakukannya.
"Zor, mau ke mana?" tanya Asya yang mencekal tangan Zora ketika sahabatnya bangkit dari duduk.
"Ngecek buburnya udah mateng apa belum," jawab Zora.
Mendengar itu Asya melepaskan tangannya dari tangan Zora. "Zora jangan jutek gitu dong, udah sakit masih aja jutek," gerutu Asya.
Mendengar itu membuat Zora terkekeh kecil. Ia menoleh ke arah Asya, tangan Zora mengacak-acak rambut Asya yang tidak tertutup kerudung. "Gue cek buburnya dulu ya Sya, takut gosong," ucap Zora lembut.
Hanya di hadapan orang tuanya dan Zora, Asya berani memperlihatkan rambutnya. Bahkan ketika bersama Vera dan Arora gadis itu masih tetap mengenakan kerudung, jadi yang melihat rambut Asya selain orang tuanya hanya Zora. Sahabatnya.
Mendengar itu Asya tersenyum sembari mengangguk. Ia memeperhatikan tubuh Zora yang berjalan keluar dari kamarnya. Asya menaikkan selimutnya karena suhu malam saat ini terasa dingin, entah karena tubuhnya yang kurang sehat atau memang malam ini benar-benar dingin.
Cklek...
Terdengar pintu terbuka, di sana terlihat Zora yang masuk membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat sebuah bubur dan air putih.
"Duduk dulu, Sya," ujar Zora dan dituruti Asya.
"Zor ini banyak banget, aku nggak bakalan habis," kata Asya yang melihat mangkuk bubur di tangan Zora.
"Nanti sisanya gue makan."
"Kamu ambil mangkok lagi aja mumpung belum bekas aku, nanti kamu ikut sakit," ujar Asya.
"Enggak apa-apa pakai ini aja," balas Zora singkat.
Asya mengangguk. Ia mulai memakan bubur yang dibuatkann oleh sahabatnya. Rasanya ya seperti bubur biasa, namun bedanya bubur yang dibuatkan oleh Zora memang sedikit keasinan.
Bukan karena Zora tidak bisa masak, namun ini memang sengaja dibuat sedikit asin karrna lidah Asya jika demam tidak akan bisa merasakan makanan enak, jadi setiap kali Zora membuatkann bubur Asya pasti akan dibuat sedikit keasinan.
Asya juga tidak pernah mengomentari bubur yang Zora buatkan, karena di lidahnya ini masih terbilang pas.
"Udah ya, Zor?"
"Satu suap lagi," kata Zora dan dituruti Asya.
Setelah itu Asya meminum obatnya lalu kembali merebahkan tubuhnya. Tubuhnya kini sedikit merasa hangat karena bubur yang ia makan sedikit mengurangi rasa dingin yang ia rasakan.
Seperti yang dikatakan Zora tadi, terlihat gadis itu tengah memakan bubur Asya yang tidak habis. Tidak ada secuil rasa jijik pada diri Zora, karena memang ia sudah biasa dengan ini.
"Nginep kan, Zor?" tanya Asya.
Gadis itu diam beberapa detik lalu mengangguk kecil. "Tidur sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
An Agreement
Teen Fiction"Bahkan seseorang yang tidak pernah kita duga, bisa menjadi ular paling mematikan." -Izora Annarov •••••• Sebuah janji yang sudah tertulis di atas lembaran kertas, maka haram bagi penulisnya untuk mengingkari janji itu. "Semua orang bisa mengobati l...