4. Moon

60 4 3
                                    


"The moon at night is beautiful, isn't it?" —Izora Annarov.

▪︎▪︎▪︎▪︎

Bugh!

Seorang gadis mengarahkan pukulannya ke wajah pria yang ada di depannya. Namun dengan cepat pria itu menangkis tangan yang akan menyerangnya. Tak sampai di sana, melihat gadis di depannya lengah, pria itu kembali melayangkan pukulan hingga membuat gadis itu memejamkan matanya.

Melihat itu tangannya berheneti tepat di depan wajah Zora, bukannya memukul tangan kekarnya justru membenarkan rambut yang keluar dari kerudung putrinya.

Merasakan tidak ada bogeman di wajahnya, Zora membuka kembali mata dan menatap jengkel pria di depannya. "Ayah, kenapa nggak dipukul?"

Ernando terkekeh pelan. "Kamu nggak akan bisa menang lawan Ayah, Zor. "

"Kalo Zora sampai menang gimana?"

Pria itu mengangkat dua jari tangannya. "Ayah kasih kamu dua permintaan, dan pasti bakalan Ayah wujudkan."

Zora tersenyum lebar. "Oke, kalo gitu ayo lawan Zora lagi!"

"Udah jam dua belas malam, waktu latihan udah berakhir. Besok lagi," kata Ernando yang berjalan keluar dari ruangan tempat keduanya latihan.

Gadis itu menghela napasnya panjang, ia bergegas menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah selesai, Zora berjalan menuju kulkas untuk mengambil air minum kemudian beralih ke balkon kamarnya dan mendudukkan diri di sofa besar yang ada di sana.

Ia menatap langit malam, tidak ada bulan di sana. "Mendung."

Zora mengeluarkan plastik yang ada di kantongnya lalu meminum obat yang ada di dalam plastik itu. Kali ini Asya tidak bisa mencegahnya, jadi malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak.

Ia merebahkan dirinya di sofa. Semua kenangan terbesit di dalam otaknya.

Dulu, Kenzo selalu duduk di sofa balkon kamar ini. Waktu itu, dirinya yang masih berusia sepuluh tahun selalu menemani Kenzo yang duduk sendiri di sini. Kenzo yang tiap malam meminun obat penenang, sedangakan ia memakan permen yang diberikan Kenzo padanya.

Waktu itu Zora pernah meminta benda kecil yang selalu Kenzo minum, namun tak diperbolehkan oleh lelaki itu. Jadi sebagai gantinya saat Kenzo meminum obat, Zora diberi permen rasa vanila.

Setelah itu Zora merebahkan tubuhnya, paha Kenzo yang selalu menjadi bantalan untuk kepalanya. Terakhir, yang tidak pernah Zora lupakan ialah, saat dirinya sudah tertidur Kenzo selalu membopongnya dan memindahkan tubuhnya ke kasur.

Itu adalah alasan Zora mengapa lebih suka tidur di sofa balkon daripada kasurnya yang empuk. Gadis itu pikir, jika ia terus tidur di sini bisa saja Kenzo kembali membopong tubuhnya.

Namun ia tahu, bahwa itu tidak akan menjadi kenyataan, karena Kenzo sudah bahagia di atas sana.

Pintu kamar Zora terbuka dengan perlahan menampilkan seorang pria dengan kaos putih yang ia kenakan. Matanya menelusuri setiap sudut kamar, mencari keberadaan putrinya.

Ernando tersenyum tipis saat melihat Zora yang sudah terlelap di sofa balkon. Ia berjalan menuju balkon dan melihat wajah cantik Zora yang tengah tertidur.

Pria itu berjongkok di depan Zora. "Maafin Ayah, Zor. Maafin Ayah yang udah buat hidup kamu jadi gini. Enggak seharusnya Ayah cerai sama bunda kamu."

Ernando tahu alasan Zora yang selalu tidur di sofa balkon. Meskipun tidak pernah diceritakan langsung oleh Zora, namun ia mengetahuinya.

An AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang