Kakak Terburuk

100 3 0
                                    

Aku kakak yang buruk. Saat itu, aku meninggalkannya di pekarangan rumah tanpa memberi tahu siapapun karena ingin ke toilet. Hingga suara tangis itu terdengar. Aku buru-buru keluar dari toilet dan melihat seekor sapi milik tetangga yang lepas memasuki pekarangan. Adikku sudah digendong ayahku.

"Kemana kamu hah? Adiknya ditinggal sendiri sih?"
"Toilet," jawabku dengan polos. Mereka menasehati ku tentang menjaga adik ku dan semacamnya. Tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.

Padahal, di sana juga ada ayah. Hanya bersekat tembok kayu sedang menonton bola. Dan sapi itu juga mengeluarkan suara khasnya. Apa ia tidak dengar.

Ya, itu benar. Aku salah.

Aku kakak pencemburu. Semua temanku menggunakan ponsel untuk mengabari satu sama lain. Berbagi jawaban tugas dan pekerjaan rumah dari guru.

"Ayah, aku boleh ngga dibeliin ponsel sendiri?" Tanyaku. Awal masuk SMP aku pernah dibelikan ponsel. Tapi, aku jarang menggunakannya karena selalu dipakai ayah. Padahal itu hadiah ku karena berhasil masuk ke sekolah impian mereka (orang tuaku).

"Buat apa, ngga usah ah. Ngga kepake juga," jawabnya. Aku hanya mengangguk.
"Kalo kamu dapat peringkat 1 di kelas, bakal kami belikan," ibuku menyahut. Aku tersenyum dan menjawab ya.
'Kalo tidak bisa atau tidak mau belikan bilang aja langsung. Ngga perlu pake iming-iming seperti itu'

Lalu, aku dibelikan ponsel kecil. Aku sudah merasa cukup. Dan, adikku yang masih SD dibelikan ponsel. Yang lebih baik. Tak apa, untuk hiburan.

Dan saat masuk SMA. Aku mendapat ponsel baru walaupun pihak kedua. Tak masalah, dan aku bertahan selama tiga tahun dengan ponsel itu. Tak terhitung sudah berapa kali di bawa ke tukang servise.

Ditahun-tahun itu, adik ku juga mendapat ponsel baru. Yang benar-benar baru. Aku hanya diam, tak apa dia lebih butuh karena kesepian di rumah.

Tanpa mereka tahu, aku juga butuh karena aku juga kesepian. Hingga aku bisa membeli milikku sendiri.

Aku kakak yang sakit. Sangat sakit. Sesak dan gelap. Pedih dan perih.

'Apa ini?'

'kenapa mereka menyalahkan ku?'

'Aku belajar dari kalian. Kalian memanjakan adik dan aku juga ingin'

'Kalian bilang berbaiklah dengan satu-satunya saudaramu. Karena setelah kalian tiada aku hanya punya dia. Ya, aku ingat dan aku tahu'

'Aku baru memanjakannya sebentar, sedangkan kalian sudah bertahun-tahun'

'lalu kenapa semua tanggung jawab ini dilimpahkan padaku?'

'Mengapa seolah aku lah yang bersalah?'

'Siapa orang tuanya disini?'

'SIAPA ORANG TUANYA?'

'KENAPA AKU YANG DITUNTUT?'

'KENAPA AKU YANG DISAKAHKAN?'

'KENAPA AKU HARUS MENJADI PANUTAN ADIKKU?'

'AKU TIDAK MEMINTANYA, TIDAK PERNAH. TAPI KALIAN SENDIRI YANG MEMBERIKANNYA'

'AKU HANYA HARUS MENJAGANYA, MENJAGANYA DAN BUKAN MENJADI PANUTAN ATAU MEMENUHI KEBUTUHANNYA. SIAPA ORANG TUANYA?'

'Aku lelah. Kalian tidak menuntut tapi harapan yang terpancar di mata kalian sangatlah besar'

'Ini adalah hal terberat dalam hidup ku. Ketika aku ingin membenci kalian. Tapi kalian adalah orang tua ku'

'Tuhan, hilangkan perasaan ini. Jika bisa semuanya. Bunuh hatiku Tuhan. Aku telah lelah. Tapi, jika Engkau tak menghendaki hatiku mati. Tolong Tuhan

Jadikan bahuku sekokoh karang yang tak akan pernah rapuh atau berlubang oleh gelombang.

Jadikan hatiku sekeras cangkang si kerang namun lembut seperti dagingnya kerang.

Jadikan diriku teguh dalam pendirian berpasrah kepada jalan mu Tuhan.

Aku adalah kakak yang buruk. Pencemburu dan salah arah. Jadikan adikku lebih baik dariku. Seperti yang dikatakan orang tua ku.

Jadikan doa dan harapan mereka nyata Tuhan. Selepas itu, tolong jemput aku untuk pulang.
Aku berkata demikian bukan karena aku ingin segera pulang.
Aku hanya ingin lebih menikmati hidup ini Tuhan.
Menikmati sebelum saatnya Engkau menjemputmu tuk pulang.

Tuhan, lapangkan hatiku. Peluk aku dengan segenap kebaikanmu. Katakan padaku bahwa aku salah satu hamba kesayanganmu.

Tuhan, aku bukanlah kakak yang baik. Aku tahu itu. Namun, tolong izinkan aku bisa membawa  adikku yang bukan milikku untuk terbang mencapai impiannya.

Tuhan, biarkan surat kecil ratapan kakak terburuk ini disini. Sebagai media penyalur rasa duka dalam sukma. Melepas sedikit penatnga dunia.

-Retta


"Kak, kamu bukanlah kakak terburuk. Kamu adalah kakak terbaik yang aku punya," ucap seorang lelaki sambil menggenggam sepucuk surat yang ia temukan disalah satu buku koleksi milik kakaknya di rak.

Ia tidak pernah tahu seperti apa perasaan sang kakak selama ini. Dia berbuat banyak hal yang membuat sang kakak dalam kesulitan. Ia menyesalinya, namun sudah terlambat.

Retta, sang kakak sudah dijemput Sang Pencipta untuk pulang. Seperti yang ia minta dalam suratnya.

Selepas dia menjadi desainer ternama. Karyanya yang diakui dunia. Selepas ia membanggakan orang tuanya. Selepas ia bisa membawa adiknya terbang menggapai impiannya.

Ia benar-benar pulang. Tuhan mengabulkan doa kecilnya.

Diluar kamar kecil dimana si lelaki menangis. Terlihat sepasang orang tua yang menatap penuh ratap. Menangisi betapa kehilangannya dan bersalahnya mereka.

Selama ini tanpa mereka sadari, putri kecil yang mereka besarkan menanggung beban begitu berat. Yang selalu terlihat cuek namun yang paling peduli. Yang selalu berpikir keras demi keluarga dan mengorbankan impiannya.

Yang semua orang tahu Retta adalah desainer hebat. Tanpa ada yang tahu bahwa ia juga menjadi penulis kecil. Menulis kisah yang berisi imajinasi, harapan, dan alasannya untuk bertahan.

Retta sekarang sudah tenang. Si kakak yang berpikir dia yang terburuk. Tanpa sadar menjelma menjadi yang terbaik dan membekas dihati banyak orang yang sangat mengenalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang