Di Ujung Waktu

1.1K 7 0
                                    

~Ana Pov~
Hari ini adalah rahasia. Besok adalah misteri. Kemarin adalah masa lalu. Untuk besok tak ada yang mengerti. Hari ini belum usai. Dan kemarin telah selesai. Cinta yang bersemi dibawah rintik hujan. Menenggelamkan hati yang penuh rasa benci.

Mungkin saat ini aku hanya cukup melihatmu dari kejauhan. Memantau dengan perasaan didalam dada. Tinggal beberapa waktu lagi kita takkan lagi bersua. Tapi...
"Woy, ngelamun aja dari tadi", suara cempreng yang mengagetkan. "Apa sih Yo, ngagetin aja", ucapku dengan kesal. "Lihat tuh gebetanmu dari ruang guru", jawab Yola. "Biarin aja. Dia bukan gebetan ataupun doi", jelasku. "Ya elah. Terus kalo bukan doi apa coba?", tanyanya. "Cuma kakak dan adek kelas yang tidak kenal satu sama lain. Dan suatu saat nanti pasti tidak akan bertemu lagi", jawabku sambil tersenyum miris. "Kamu jangan gitu, siapa tahu suatu saat kamu sama dia bakal kenal", ucap Yola. "Udahlah, males mikirin urusan hati. Sekolah aja belum bener udah main perasaan aja", ucapku. "Terserah, ayo balik ke kelas", ajaknya yang berjalan terlebih dulu.

Ya benar. Aku jatuh cinta pada dia seseorang yang hanya kutahu namanya sekilas. Dia Putra, ketua organisasi ruhama, ketua kelas, salah satu bantara di sekolah. Semua kegiatan dia lakukan. Sedangkan aku sendiri, Ana murid dari tingkatan akhir yang beberapa saat lagi akan menyelesaikan pendidikan SMAku. Kehidupan yang monoton terkadang membuatku stress bahkan hampir ketahap depresi. Tapi, setelah bertemu dia aku menjadi lebih bersemangat. Meski hanya melihat sekilas sudah membuatku berbunga bunga. Disini aku melihat dia berbincang dengan temannya. Entah dia sadar aku perhatikan atau tidak kurasa tidak akan ada yang berubah.

~Author Pov~
Ditempat lain
"Eh Putra Putra. Lihat tuh, kakel itu dari tadi lihat lihat kesini terus. Kayaknya dia suka deh sama kamu", ucap Rendi dengan nada bercanda, dia teman sekelas Putra. "Biarin aja, mungkin salah lihat kamu", ucap Putra dengan tenang tapi didalam hatinya 'Hm. Kakelnya engga cantik sih tapi manis. Aku juga pernah lihat dia berperilaku seperti anak kecil. Mengerucutkan bibir dan terlihat ngambek ke temennya yang itu'. "Putra tuh kakelnya pergi, mau ikutin engga?", tanya Rendi. "Engga usah. Kita engga kenal sama dia dan dia juga engga kenal kita", ucapku. "Ih, kamu mah. Ayo ikutin aja siapa tahu bisa kenalan. Lumayan kakel yang satunya cantik yang satu lagi manis", ucap Rendi sambil memainkan alis matanya. "Yaudah, iya ayo", putusku.

Dua orang itu mengikuti dua orang lain didepannya. Ana dan Yola yang merasa diikuti terlibat percakapan sebentar. "Yo, kamu ngerasa diikutin engga?", tanya Ana. "Iya aku juga. Apa yang ingin kamu lakuin?", tanya Yola. "Kita belok didepan lalu banting mereka", ucap Ana dingin yang membuat Yola disampingnya merinding. Mereka yang merupakan atlit gulat tidak akan pernah takut dan ragu ragu untuk membanting. Apalagi Ana yang naluri petarungnya buas, tidak peduli siapapun itu jika sudah mengusik zona nyamannya pasti akan mendapat bantingan. Sesuai rencana, mereka belok didepan. Suara langkah kaki Rendi dan Putra semakin dekat saat mereka berdua berbelok.
Greb...Bruak
"Ah, sakit sakit kak sakit", ucap salah satu dari mereka. "Iya kak sakit kak ampun", sahut yang satu lagi. "Mau apa kalian?", ucap Yola. "Yo, lepasin mereka?", ucap Ana yang kenal salah satu dari mereka. Yola langsung melepas mereka dan menyeret mereka ke uks.

Sesampainya di uks mereka diobati. "Apa yang kalian mau?", ucap Yola. "Hm, kita mau kenalan sama kakak aja kok", ucap Rendi. "Siapa kalian sampai mau kenalan sama kita?", ucap Ana cuek dan tenang tapi apa kabar hatinya??. 'Ana tenang banget ngadepin gebetannya. Suer ni Ana yang aku kenal. Tapi setenang tenangnya dia apa kabar hatimu Ana?", tanya Yola didalam hati. "Kita emang bukan siapa siapa sih kak. Emang salah kalo minta kenalan. Kan kakak terkenal di sekolah", ucap Putra. "Ana, 12 Ipa1", ucap Ana. "Yola Apriliani, sekelas sama Ana", ucap Yola. "Saya Putra kelas 10 Ips2 dia Rendi juga sekelas sama saya", ucap Putra. "Hm, Yola ayo kita ke kelas. Sebelum ada guru", ucap Ana yang keluar terlebih dulu. "Eh, adek berdua kakak pergi dulu ya. Jangan dimasukin sikap kak Ana. Dia itu orangnya emang agak benci sama laki laki", setelah mengucap seperti itu Yola pergi dari sana. "Kamu bener mau mutusin buat ngejauhin Putra?. Karena sikap kamu ta-", tanya Yola. "Iya", jawab Ana yang memotong ucapan Yola. Setelah percakapan itu mereka pergi dan tanpa mereka sadari dua orang didalam uks menguping pembicaraan mereka. "Gimana keputusan kamu?", tanya Rendi. "Aku bakal.bilang ke dia secara baik baik", jawab Putra tegas.

Setelah pertemuan tak disengaja itu kakak kelas disibukkan dengan kegiatan pemadatan. Sedangkan adik kelas disibukkan dengan ulangan mereka. Hari ini Ana pulang sendiri karena Yola harus pulang awal. Di perjalanan dia tidak sengaja bertemu dengan Putra. "Hai Kak Ana, apa kabar? Gimana pemadatanya lancar?", ucap Putra penuh semangat. "Iya. Belum pulang?", tanya Ana. "Ini mau pulang, tadi ada tambahan mapel", jawab Putra. "Oh". "Kak Ana aku boleh ngomong sesuatu ngga?", tanya Putra. "Boleh", jawab Ana cuek. "Aku engga sengaja denger pembicaraan kakak di luar uks waktu itu. Bukannya ada niat buat ngelukain hati kakak atau apapun tapi aku mohon supaya kakak lupain rasa kakak ke aku. Aku engga mau jadi beban pikiran kakak. Ak-", ucapan Putra terpotong oleh Ana. "Hm, aku mengerti. Jangan jadikan aku beban pikiran kamu. Ini kehidupanmu semua keputusan ditanganmu. Aku sudah melupakan semua rasa itu. Jangan pikirkan lagi tentang perasaan ini. Kamu mengerti kan?", tanya Ana. "Kakak baik baik aja kan?", tanya Putra. Sambil tersenyum Ana menganggukkan kepala. "Kalo begitu aku pulang dulu kak. Sampai jumpa lagi dan sukses dengan ujiannya", ucap Putra sambil berlalu pergi. Tanpa Putra sadari air mata Ana mulai mengalir tapi sadar dengan posisi ia mengusap air mata itu dan berkata, "Aku tidak boleh lemah karena cinta. Semua manusia memiliki keputusan dan hak mereka. Aku harus kuat dan melupakan dia", ucap Ana. "Benar kamu harus kuat. Yola disini buat nemenin Ana", ucap Yola untuk menenangkan Ana. "Terima kasih Yola", ucap Ana.

~Ana Pov~
Aku sadar siapa aku. Biarpun rasa ini dibalaskan belum tentu akan kekal. Aku hanya cukup mengamatinya dari jauh. Menjaga hatiku untuk selalu sendiri dan sepi. Jika dengan begini dia dapat bahagia maka aku juga akan bahagia. Biarkan semuanya aku pendam dan menjadi kenangan. Selamat jalan dan sampai jumpa di kehidupan mendatang.

Dipenghujung waktu ini aku menyerahkan segala rasaku pada waktu,
Menyerahkan hati yang menjadi kepingan ke tangan tuhan,
Pasrah akan takdir yang diputuskan,
Hujan yang dulu selalu ku banggakan,
Kini meremas hatiku akan semua kenangan.

End

Makasih untuk semua yang udah baca. Krisar vote coment dibutuhkan untuk lebih baik lagi. Terima kasih atas semua dukungannya.

Kumpulan Cerpen SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang