Leona dan Nasehat Kecil

74 0 0
                                    

"Leonaaaaa," teriakan yang menggelegar terdengar ke telinga seorang gadis yang sedang berjalan di koridor dan siswa lain yang berlalu-lalang disekitarnya.

Gadis yang dipanggil tadi melihat ke arah suara itu berasal. Gadis dengan rambut yang diikat dua berlari menuju dirinya. Dengan nafas tersengal dia mencoba berbicara.
"Hufh hufh Leo hah Leona, Tika mau tanya boleh?"

Leona hanya memperhatikan binar penasaran di kedua mata itu. Ingin menolak tapi tak bisa. Ia hanya mengangguk. Persetujuannya ditanggapi dengan binar yang semakin bertambah. Membuat Leona sedikit menyipitkan mata.

"Leona, cinta itu apa?" Tanya Tika setelah mereka memilih untuk pergi ke kantin. Sekalian istirahat.

"Kenapa tanya begituan?" Leona sedikit bingung terhadap teman kecilnya ini. Ia adalah gadis polos yang hanya fokus pada sekolah dan belajar. Sesekali juga bermain dan berperilaku seperti gadis pada umumnya. Tapi, ia tidak pernah merasa penasaran akan percintaan atau apapun.

"Heem, tadi ada kakak kelas yang bilang ke Tika kalo dia cinta sama Tika," Leona berjalan sambil memikirkan cara menjawab pertanyaan itu.

"Ketika jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya saat bersama seseorang. Kamu ingin dia selalu bahagia. Kamu ingin melihat senyumnya setiap saat dan kamu tidak ingin melihatnya sedih. Itu cinta pada umumnya," jawab Leona.

Mereka saat ini sudah duduk di meja kantin. Ucapan Leona tidak sengaja didengar beberapa siswa yang duduk dekat dengan mereka. Yang membuat mereka mencoba mencuri dengar pembicaraan. Yang orang-orang tahu Leona termasuk gadis populer yang sulit didekati dan ditaklukkan.

"Menurut Leona, Tika harus bilang apa ke kakak kelas itu?"

"Kamu kenal? Kalo engga ga usah terima kalo diajak pacaran. Tapi, bilang aja kalo niat baik dari perasaannya kamu terima"

"Okeh. Ada lagi?" Tanya Tika saat ia melihat raut Leona yang seperti ingin mengatakan sesuatu lagi.

"Jangan terlalu percaya dengan cinta Tika. Hal itu menyeramkan jika dimiliki oleh orang yang salah. Cinta merubah orang baik menjadi buruk ataupun sebaliknya," ucap Leona sambil meminum jus yang sudah dipesannya tadi ke penjaga kantin.

"Oh benarkah? Jadi cinta itu buruk atau baik?"

Leona melihat ke arah temannya yang duduk didepannya. Ia juga sambil berpikir tentang apa yang selama ini ia lalui.

"Keduanya. Tergantung siapa yang memberikannya dan seperti apa efek cinta bagi dirinya kedepannya"

Lalu Leona melanjutkan dengan tatapan yang sedikit berubah. Meski tak diketahui banyak orang. Tapi Tika dapat melihat sedikit perubahan itu.

"Tidak ada yang benar dari cinta. Mereka menyakitkan dan menyedihkan. Tapi di satu sisi juga menyenangkan dan membuat seseorang kecanduan" lanjut Leona.

Leona melihat keluar kantin. Ke arah taman sekolah yang cukup asri. Dan kemudian menutup matanya secara berlahan sambil mengatakan sesuatu.

"Cinta bisa hadir pada siapa saja. Bisa menjadi berkah ataupun bencana. Kamu bisa menjalin hubungan dengan siapa saja. Tapi, kamu tidak akan bisa menentukan cintamu untuk siapa"

"Cinta membawa bahagia dan kesedihan. Satu hal yang memiliki dua elemen yang bertolak belakang itu berbahaya jika tak dikendalikan dengan baik"

"Tidak ada yang tahu tentang perasaan manusia. Tidak ada yang tahu tentang keinginan setiap orang. Semua hal tentangnya masih semu. Dan sama seperti dulu," kalimat terakhir ia ucapkan dengan sangat pelan.

"Jangan langsung menolak ataupun menerima. Karena keduanya adalah tindakan bodoh. Pikirkan semua dengan baik,"

"Dan hal terberat dari mencintai itu adalah merelakan. Kamu tidak bisa memaksa seseorang untuk selalu di sampingmu. Itu egois dan akan berakhir buruk"

"Kamu juga harus berani untuk mengakhiri apapun resiko kedepannya. Meski akan terasa sakit, tapi waktu akan membantumu untuk terbiasa"

"Walaupun, kadang waktu akan berkhianat padamu. Melenakan dirimu dengan berpikir bahwa kamu telah terbiasa. Namun ketika bertemu dengan masa lalu mu semua sakitnya terasa kembali"

"Menyakitkan serasa hidup mu akan berakhir. Dan kamu tidak akan menemukan satupun alasan untuk tetap bernapas. Dan saat itu lah kamu harus tetap sadar. Bahwa semua akan baik-baik saja. Ingat perjuanganmu untuk berdamai dengan waktu dan rasa sakit itu sendiri"

"Mungkin seseorang bisa menjadi dokter mu, namun dirimu sendirilah obat yang paling manjur untuk mengobati luka dan rasa sakitnya"

Setelah ucapannya berakhir, ia membuka matanya perlahan. Dan dapat dilihat senyum tipis di wajah dengan mata yang menatap sendu. Ia berdiri dan pergi tanpa pamit ke Tika.

"Loh eh Leona mau kemana?" Tika bertanya dengan nada yang sedikit naik. Ia ingin mengejar Leona tapi ia sudah terlalu jauh.

"Perasaan tadi cuma minum jus, kok bisa langsung ilang ya" ucap Tika.

"Ah aku cari ke kelas saja deh," setelahnya ia langsung lari mencari Leona ke kelas.

Tanpa mereka sadari seseorang didekat mereka mendengar percakapan itu.

"Maaf Leona, apa aku telah menyakitimu terlalu jauh? Maafkan aku. Aku bodoh, telah mencampakkan wanita sebaik dirimu"



Kumpulan Cerpen SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang