003 || Introgasi

282 89 3
                                    

Hari ini IHS digegerkan dengan gosip bahwa Noa dan Esha akur. Entah siapa yang memulai gosip tak penting itu, yang jelas berita itu sudah menjadi topik hangat hari ini.

Dan dua oknum itu diam saja tak menanggapi, entah tidak tahu atau memang pura-pura tidak tahu.

Anna yang notabenenya sangat suka bergosip dan paling update tentang berita sekolah sudah menjerit heboh. Gadis yang sudah bersama Esha dari kelas sepuluh itu mewawancarai Esha yang terlihat santai sedari tadi.

“Lo, kok bisa berangkat bareng Noa?”

Benar, sebenarnya gosip itu bermula dari Esha dan Noa sendiri. Kedatangan mereka yang notabenenya musuh bebuyutan sudah cukup sering menjadi perbincangan. Tapi kali ini berbeda, biasanya mereka akan menjadi perbincangan karena sudah ribut meskipun hari masih pagi, kali ini mereka menjadi perbincangan karena berangkat bersama, dengan Noa yang membonceng Esha, gadis yang katanya adalah musuh bebuyutannya.

“Biasa, si bilu ngambek di jalan.” Esha menjawab seadanya, karena memang itulah kenyataannya, bilu adalah motor vespa biru yang sering ia pakai untuk berangkat sekolah itu tiba-tiba saja mati di tengah jalan pagi tadi.

“Terus kok bisa jadi sama si Noa?” Anna itu tingkat keponya sangat tinggi, dia akan selalu banyak bertanya sampai ia merasa puas baru akan berhenti.

“Ada dia lewat. Yaudah, gue ikut numpang aja, daripada telat.” Esha berbicara jujur seratus persen, motor vespa biru kesayangannya itu memang tiba-tiba mati di tengah jalan. Entah apa lah penyebabnya, karena Esha tidak mengetahuinya. Dan untungnya baru beberapa menit ia mendorong motor ke bengkel yang ada di dekat sana, Noa lewat. Jadi, daripada menunggu motornya selesai Esha lebih memilih numpang ke Noa, karena ia tahu bahwa motor vespa biru kesayangannya itu pasti akan selesai lebih lama.

Tak berbeda jauh dari Esha yang sedang diinterogasi oleh Anna, Noa pun begitu. Berita dirinya berangkat bersama dengan Esha sudah sampai ke telinga teman-temannya, hingga pada akhirnya di sinilah ia sekarang, di tahan di pojokkan kantin, dilarang pergi sebelum berkata jujur.

“Tumben akur lo sama si Esha?” Haraz angkat bicara, cowok itu bahkan sudah melipat tangan di depan dada siap mendengarkan penjelasan yang keluar dari mulut Noa.

“Hooh, mana berangkat bareng lagi.” Sarga ikut menanggapi.

“Gak sengaja ketemu,” jawab Noa lugas.

“Serius?” Tanya Saka sedikit tak percaya. Lagi pula mana mungkin mereka bisa percaya begitu saja, karena yang selama ini mereka tahu Noa adalah satu-satunya di antara mereka yang sangat anti membonceng orang lain, bahkan membonceng teman-temannya saja tidak mau. Lalu tadi pagi berita heboh itu menyapa gendang telinga mereka, bagaimana mungkin mereka tidak heran?

Noa mengangguk yakin, lagi pula dia tak pernah berbohong. “Gue gak bohong. Lagian si Esha noh yang maksa, gue sih ogah bonceng dia secara cuma-cuma harus ada imbalannya.”

“Lo minta ongkos?” tanya Javier penuh selidik, dibalas anggukan bangga dari Noa.

Noa memang seperti itu. Dia tak akan memberi bantuan secara cuma-cuma harus selalu ada imbalannya. Tidak ikhlas? Ya, katakan saja begitu. Tapi sebenarnya Noa tidak seperti itu ke semua orang, dia masih tahu batasan. Memasang tarif bantuan seperti itu hanya Noa lakukan kepada orang-orang yang memang sudah mengenalnya dan tahu akan semua tabiatnya.

Haraz berdecak, cowok yang umurnya paling tua di antara yang lainnya itu menempeleng kepala Noa pelan, “gak ikhlas dong kalau gitu.”

“Ya emang, makanya minta imbalan. Lumayan buat minum si Jeki.” Minum itu maksudnya bensin, dan Jeki adalah nama motor klx hitamnya.

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang