Janlup vote and comen ya gays
Di sepanjang perjalanan, Tya hanya diam dan tak sedikitpun berbicara baik pada Abiyya maupun Fatimah, saat di tanya sesuatu, dia hanya akan menggeleng dan mengangguk.
Gugup, takut, khawatir, dan bingung menjadi satu dalam diri Tya saat ini. Terlintas dalam benaknya bagaimana jika ia mengambil keputusan yg salah?
Di Bandara, sopir keluarga Abiyya sudah menunggu. ia langsung membantu Abiyya membawa barang barang mereka.
Bahkan, sampai sekarang pun Tya masih enggan berbicara.
Hingga mobil berhenti di depan sebuah rumah yg indah, Tya memperhatikan rumah itu baik baik, dan ia sadar rumah itu tak jauh berbeda dari yg ada dalam mimpi nya. Kemudian, beberapa meter di seberang jalan, ada gedung tinggi dan besar, dan terdapat tulisan 'Pondok Pesantren Al Hikmah' Tya memandangi gedung itu, apakah disana dia harus menuntut ilmu? tak jauh, fikir nya.
"Itu asrama santri putra" tiba tiba Abiyya bersuara seolah tahu apa yg ada dalam benak Tya. Tya melirik Abiyya, kemudian ia kembali melirik gedung itu "untuk santri putri, ada di belakang nya, hanya beberapa meter dari sana"
"Jadi,jika aku akan kesana, aku harus melewati gedung asrama santri putra?"
"Iya, tapi engga apa apa, Sayang. Aku akan mengantar jemput kamu nanti, sebaiknya sekarang kita masuk dulu. Kita bicarakan nanti soal sekolah, ya" Tya hanya mengangguk dengan wajah datarnya. Sementara Fatimah sudah berjalan lebih dulu. Tya terkejut karena di depan rumah Abiyya benar benar ada air mancur. Ia pun berlari dan mendatangi nya. bagaiman bisa ia melihat semua itu dalam mimpi nya, fikir nya. Namun saat melihat nya, ia tampak kecewa karena tak ada ikan yg indah seperti dalam mimpi nya.
"Ada apa, Sayang ?" tanya Abiyya dan melingkarkan tangannya di pinggang Tya. kembali Tya mengingat mimpi nya.
"Engga apa apa" jawab nya, dan berjalan menjauh dari Abiyya.
"Selamat datang di rumah, Neng Tya" sapa seorang wanita paruh baya pada Tya dengan sangat ramah, Tya hanya tersenyum sekilas.
"Ayo, Tya. Masuk kamar kamu sudah di siapkan" seru Fatimah.
Tya melihat sudut sudut di rumah itu, tak begitu mewah, tapi indah, tak begitu besar, tapi terasa nyaman "kamar mu ada di lantai 2. Ayo aku antar, supaya kamu bisa membersihkan diri dan beristirahat"
Sebelum mengikuti Fatimah ke kamarnya, ia menoleh karena Abiyya tak ikut masuk, namun beberapa saat kemudian, Abiyya muncul dengan membawa koper milik nya.
Mereka bertiga pun pergi ke kamar Tya.
"Ini kamar mu, kalau kamu engga suka dekorasi nya, warnanya, atau apapun itu kamu kasih tahu aja ya, nanti kita panggil orang untuk mendekor ulang kamar mu" Tya memperhatikan setiap detail kamar nya yg bernuansa putih biru itu, cukup besar, jauh lebih besar dari kamar nya yg dijakarta. Dan selain itu, kamar ini sangat lengkap, lemari pakaian, lemari untuk buku buku, tv, dvd, meja belajar .dan sofa. Kamar nya juga memiliki jendela kaca yg besar, Tya membuka nya dan seketika angin berhembus masuk menyapu wajahnya seolah memberikan salam penyambutan.
"Aku harus ke pesantren. Ada musyawarah kata Habib" ucap Abiyya sembari meletakkan koper Tya.
"Tapi apa kamu engga capek, Mas? Sebaiknya istirahat dulu" Seru Fatimah dengan begitu lembut nya, Tya yg mendengar itu merasa minder, ia takkan bisa menjadi istri yg se lembut Fatimah.
"Engga apa apa, sebaiknya kalian berdua istirahat. Biar Bi Ina membantu Aqillah membereskan barang nya"
"Ya udah, setelah selesai musyawarah nya langsung pulang ya, makan malam di rumah" Abiyya mengangguk. Dan ia menghampiri Tya yg masih berdiri di dekat jendela dan tatapan nya lurus pada taman yg ada di samping rumah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Ustadz Tampan
Teen FictionMESJID RAYA MEDAN Pria itu sedang memandangi layar ponselnya yang menampilkan profil seorang gadis bernama Mutya Aqillah. Gadis berusia 18 tahun dengan mata hitamnya yg pekat seolah akan menyihir siapa saja yg melihatnya, hidungnya yang mancung, bib...