4

1.7K 138 8
                                    

***
Pagi ini jadwal kuliah Salma tidak terlalu pagi. Sekarang masih pukul 7 pagi, kelasnya nanti jam 10 pagi. Ia masih ada waktu untuk sekedar bersantai di rumah.

Salma turun ke bawah, hendak menemui Papa dan Mamanya. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya semalam.

Seperti biasa, pagi-pagi begini Mama dan Papa Salma pasti sedang duduk-duduk di depan rumah sambil menikmati teh hangat dan cemilan sperti gorengan, cookies, atau kue-kue basah buatan Mama Salma sendiri.

Salma berjalan mendekat. Sedikit ragu untuk memulai pembicaraannya.

"Malam ini rencana mau kemana lagi ? Pulang jam berapa ? Atau gak mau pulang ?" Pertanyaan sarkas dari Wandi cukup membuat Salma terkejut.

Rupanya amarah Papanya belum berakhir. Salma diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Pa..Mah..maafin Caca. Caca janji gak akan ulangi lagi" ucapnya penuh penyesalan.

"Ca..Papa sama Mamah gak pernah ngelarang-ngelarang kamu untuk keluar sama teman kamu tapi, setidaknya kamu izin dulu sama kita. Kalau kamu kenapa-kenapa gimana ? Kemarin Papa udah minta tolong sama Rony untuk pulang sekalian sama kamu. Dia nyariin eh kamunya malah jalan sama teman kamu. Mama sama Papa yang gak enak sama Rony, Ca" Riati menjelaskan.

Salma sedikit terkejut. Rony mencarinya untuk pulang bersama ? Ia tidak tahu dengan hal tersebut.

"Maaf Mah..Caca gak tau kalau itu Pak Rony nyariin aku"

"Yah, gimana mau tau hape kamu aja gak aktif. Terus sekarang kamu gak ngampus ?" Tanya Riati.

"Kelasku jam 10, ini bentar lagi juga mau siap-siap"

"Kamu siap-siap, sarapan dulu. Berangkat sama Rony" titah Wandi.

"Pah..kenapa sih harus sama Pak Rony, Caca bisa naik ojol"

Wandi menghembuskan nafasnya.

"Nurut yah Ca..Rony gak bakalan apa-apain kamu beda sama teman kamu itu. Siapa itu namanya ? Oh Ardito. Temanmu jalan sampai nyaris lupa pulang semalam"

Loh, dari mana Papanya tau ? Padahal seingatnya Salma tidak pernah bicara kalau semalam Ia pergi dengan Dito. Ah, makin jelek saja nama pria itu di mata kedua orang tuanya.

"Pah..Dito gak salah apa-apa"

"Masih aja belain cowok itu. Cari teman itu yang bertanggung jawab. Mulai sekarang jangan kamu dekat-dekat sama dia lagi" ujar Wandi penuh ketegasan.

Salma menatap Mamanya melas. Riati hanya mengangkat bahunya, tidak peduli.

"Ck..apasih istimewanya cowok munafik itu ?" Ucap Salma pelan.

Dengan langkah berat Salma kembali masuk ke dalam rumah, hendak melakukan segala ritualnya sebelum ke kampus.

***
Tidak ada obrolan yang menemani perjalanan Salma dan Rony. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Kemarin bapak yah yang bilang sama Papa kalau aku jalan sama Dito ?" Tanya Salma tiba-tiba.

Rony yang sedang fokus menatap ke depan segera mengalihkan pandangannya menatap ke samping, menatap Salma sebentar.

"Iya, saya yang bilang soalnya beliau nanyain kamu sama saya. Kenapa saya tidak pulang dengan kamu, padahal Papahmu sudah menitipkan kamu untuk pulang bersama saya"

Salma berdecak. Nitip ? Emang gue barang, pikirnya, sewot.

"Bisa gak kalau bapak gak usah terlalu banyak ikut campur sama urusan dan hidup saya ? Saya gak suka berurusan dengan cowok munafik kayak bapak. Sok alim padahal sama aja kayak cowok lainnya."

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang