5

1.7K 124 10
                                    

***
Lima hari berlalu, keadaan Salma perlahan membaik. Pelan-pelan Ia mulai kembali membuka obrolan dengan teman-temannya meski lewat telepon dan chat. Kemarin dua sahabatnya  itu, Novia dan Syarla juga sempat menjenguknya di rumah.

Malam itu, saat Salma masuk ke dalam rumah Ia langsung disambut dengan tangisan dari Riati dan tentu saja Papahnya yang sangat khawatir. Wandi tidak menangis tapi, dia panik bukan main.

Ia memang marah dan kecewa pada Salma sebab berniat untuk pergi lagi tanpa izin kepadanya dan Riati namun, mendapatkan kabar bahwa putrinya itu sempat ada dalam bahaya Ia jadi tidak tega untuk memarahinya. Yah, walaupun saat ini Ia belum bicara banyak dengan Salma. Semuanya Ia wakilkan melalui istrinya, Riati.

"Makan dulu yah Ca.."
Riati masuk ke dalam kamar Salma setelah sebelumnya Salma mempersilahkannya untuk masuk.

Perempuan itu menaruh nampan diatas nakas. Salma sedang duduk dan menyandarkan kepalanya di head bed.

Riati memandangi putrinya itu lamat-lamat. Nampak pucat, bawah matanya hitam, dan hidungnya tersumbat. Pasti karena terlalu banyak menangis.

"Papah mana Mah ?" Tanya Salma.

"Papah diluar..biasa baca koran"

"Papah kayaknya marah dan kecewa banget yah sama aku. Sudah lima hari Papah gak mau ngomong sama aku"

Riati menghela napasnya. Ia membenarkan apa yang dikatakan Salma barusan. Suaminya itu memang marah dan kecewa pada Salma. Namun, ada hal lain yang juga membuat suaminya itu lebih kalem dan pendiam selama lima harian ini.

"Papah cerita..katanya sudah lima hari ini Papahmu tidak bertemu dengan Rony. Papah  tidak pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu di masjid, mobilnya juga jarang kelihatan di depan rumahnya. Yah, kamu tau sendiri Papahmu itu sudah sangat akrab sekali dengan Rony. Tadi aja Papahmu pas pulang dari masjid sengaja dilama-lamain, nunggu depan gerbang berharap bisa ketemu sama Rony tapi, kayaknya emang lagi gak ada di rumahnya. Mobilnya juga gak kelihatan"
Tutur Riati, menjelaskan pada Salma.

Salma diliputi rasa bersalah. Ia bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih kepada dosennya itu karena sudah menolongnya malam itu dan lagi Ia ingin menarik kembali kata-kata menyakitkannya tempo lalu. Ia akhirnya sadar bahwa Ia sudah terlampau jauh membenci pria itu.

"Udah yah, sekarang kamu makan dulu. Setelah itu mandi. Coba nanti Mamah bicara sama Papah barangkali Papahmu mau bicara sama kamu. Gak usah terlalu dipikirin, Papahmu bersikap begitu karena dia sayang banget sama kamu Ca. Jadi, Mamah mohon banget sama kamu Nak, ini yang terakhir yah kamu kecewain Mamah sama Papah. Janji yah Nak" Riati sudah berkaca-kaca. Salma memeluk wanita kesayangannya itu. Ia merasa menjadi manusia yang jahat sekali. Ia sudah terlalu banyak mengecewakan orang-orang disekitarnya.

Tidak hanya kedua orang tuanya tetapi kedua sahabatnya juga. Syarla dan Novia sempat marah dan kecewa juga padanya karena memang sejak awal kedua sahabatnya itu sudah melarang Ia untuk berteman dengan Ardito tapi, Salma sangat keras kepala. Tidak mau mendengar. Seandainya Ia mau mendengarkan saran Novia sore itu mungkin sekarang Ia akan baik-baik saja.

Dan Rony ? Ah, Salma ingin berbicara dengan pria itu. Ia ingin meminta maaf padanya.

***
Pagi ini Salma sudah siap dengan tampilan khasnya untuk kuliah. Gadis itu menuruni anak tangga dan berjalan keluar.

Seperti biasa Papah dan Mamahnya pasti masih ada di teras, mengobrol banyak hal. Kegiatan berulang setiap pagi, rutinitas namun, entah mengapa tidak pernah membosankan bagi Wandi dan Riati.

Di masa-masa tua begini memang banyak mengobrol adalah salah satu cara untuk tetap menjaga kewarasan dan berbahagia. Makanya menurut Riati dan Wandi sangat penting untuk menemukan pasangan yang sefrekuensi, obrolan yang nyambung, candaan yang sama, dan mungkin mimpi yang sama. Terlebih bagi perempuan yang hobinya bercerita, menemukan lelaki yang baik, pendengar yang baik adalah sebuah berkah. Karena pada akhirnya saat tua nanti segala bentuk ketampanan dan kecantikan ini akan sirna seiring bertambahnya usia dan yang dapat kita lakukan hanya bercerita, mendengarkan cerita, dan sesekali tertawa bersama.

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang