9

1.6K 132 4
                                    

***
'Assalamu'alaikum Salma'

Sebelumnya saya meminta maaf kalau menurut kamu sikap yang saya ambil ini cukup lancang atau tidak sopan, memberikanmu beberapa barang yang mungkin juga tidak kamu butuhkan. Melalui surat ini saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya atas sikap saya belakangan ini yang mungkin cukup mengusik kenyamanan kamu. Saya tidak bermaksud demikian, saya hanya sedang mencoba mengendalikan diri saya untuk tidak jatuh terlalu dalam.

Salma..
Maafkan saya karena mungkin apa yang saya lakukan ini tidak etis dilakukan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya. Tapi, yang perlu kamu tau bahwa yang saya lakukan ini adalah bukan karena posisi kita yang demikian melainkan sikap layaknya laki-laki dan perempuan. Kamu juga sudah tau bahwa saya pernah suka dan telah jatuh cinta sama kamu. Saat kamu membaca surat ini, perasaan saya masih sama.

Salma..
Saya sengaja memberikan kamu beberapa kain jilbab, tidak begitu bagus dan mahal memang. Saya membelinya karena menurut saya kain-kain itu akan sangat cocok jika kamu pakai.

Jilbab biru yang kamu pakai itu sengaja saya beli untuk kamu karena saya suka warnanya dan saya pernah melihat kamu menggunakan jilbab dengan warna serupa dan itu cantik.

Salma..
Jilbab instan ah saya tidak tau apa sebutannya sengaja saya berikan untuk kamu sebab saya pernah dengan tidak sengaja melihat kamu di balkon kamar tanpa hijab, saya melihat rambutmu. Maaf, lagi-lagi saya tidak sopan. Namun, saya sangat ingin bertanggung jawab atas itu.

Salma..
Dengan segala kerendahan hati saya dan tanpa membawa kedua orang tuamu terutama Papamu yang pernah menitipkan kamu kepada saya, apakah boleh besok atau lusa saya datang lagi ke rumahmu ? Apakah kamu berkenan ? Jika surat dan barang-barang yang saya berikan ini ternyata membuatmu tidak nyaman maka, kamu boleh membuang atau memberikannya kembali kepada Novia. Terima kasih yah..
Sampaikan salam ku kepada Papah dan Mamahmu.

Wassalamu'alaikum.

_Rony_

***
Sejak surat itu dibacanya, perasaan Salma menjadi tidak tenang. Ia terlalu banyak menduga-duga.

Apa maksud dari kalimat 'datang lagi besok atau lusa ?'

Datang dalam artian sesungguhnya kah ? Bertamu ke rumahnya atau 'datang' dalam maksud tersirat. Ia bingung.

***
"Nov..Lo sebenarnya ada hubungan apa sih sama Pak Rony ?" Pertanyaan itu akhirnya lolos juga dari lisan Salma.

Novia yang sedang meneguk air minumnya hampir saja tersedak mendengar pertanyaan Salma.

"Kenapa Lu tiba-tiba nanya gitu ?" Novia malah balik bertanya.

"Bisa gak usah nanya balik gak ? Gue butuh jawaban atas pertanyaan gue barusan"

Novia mendorong sedikit mangkok soto yang ada dihadapannya. Menarik nafas dan membuangnya perlahan.
Ia tatap wajah Salma dalam-dalam.

"Lo ini sebenarnya cantik Sal tapi, sayang agak bodoh aja sedikit"

Salma memelototkan matanya.

"Iya, Lo bodoh. Pertanyaan Lo barusan itu gak berbobot. Yah, gue sama Pak Rony adalah dosen dan mahasiswa"

Salma mendengus. Ini Novia memang tidak tau arah pertanyaan Salma atau hanya pura-pura.

"Nov pleaselah..bukan itu arah pertanyaan gue"

Diam sejenak.

"Gue emang suka sama Pak Rony tapi, yah sekedar suka. Gue juga gak berharap lebih untuk itu. Lagi pula Pak Rony udah punya calon istri"

Mata Salma membulat.

"Calon istri ? Siapa ?" Salma tidak percaya.

"Ada lah..gue sering ketemu sama calon istrinya Pak Rony. Cantik, baik tapi, emang agak bodoh sih. Ngeri juga kalau sama pintarnya juga. Rakus banget tuh manusia. Masa semuanya diembat."

"Nov..siapa sih ?"

Novia terkekeh dengan wajah meledek.

"Lo kenapa sih penasaran banget. Naksir yah Lu sama Pak Rony".

Tepat, Salma langsung bungkam.

"Gak usah kepo gitu. Ntar juga Lo bakalan tau. Lo kenal dekat bangey sama calon istrinya Pak Rony. Tungguin aja ntar dikenalin kok."

Salma memilih diam, menahan rasa ingin tahunya. Ia tidak mau kalau Novia menyadari sikapnya. Walau nyatanya Novia juga sudah tau.

"Emmh..Nov. Lo percaya gak sih kalau Pak Rony ada hubungan lebih dari sekedar rekan dosen sama Bu Sinta ?"
Tanya Salma lagi.

Novia mengangkat bahunya.

"Gue sih percaya-percaya aja. Segala kemungkinannya selalu ada kok. Mereka juga cocok-cocok aja menurut gue" jawab Novia lagi.

Ah, jawaban Novia tidak pernah konsisten. Salma kesal. Ia mengharapkan jawaban yang lain sebenarnya.

"Huuum..gitu yah. Yaudah deh gue balik kelas duluan. Gue belum ngerjain tugas"

Salma buru-buru membereskan barang bawaannya yang ada diatas meja.

Sebelum Salma benar-benar beranjak, Novia kembali berucap.

Salma sudah berdiri setengah melangkahkan kakinya.

"Sal..Lo gak usah cemas. Apa yang Lo pikirin benar kok. Gak usah overthingking. Tunggu aja, kalau bukan besok yah lusa" teriak Novia

Enggan menanggapi ucapan Novia, Salma memilih melanjutkan langkahnya. Omongan Novia terlalu banyak yang ambigu, Salma dibuat kebingungan.

***
"Kalau gak gerak sekarang gue takut Lu malah keduluan atau dianya makin bingung Ron. Saran gue yah Lu gerak sekarang"

"Tapi, gue takut kalau ternyata perasaan gue ini gak berbalas" jawab Rony, menanggapi omongan orang diseberang mejanya.

"Kok Lo jadi cupu gini sih. Bukan Lo banget deh Ron"

"Entah kenapa gue ngerasa yang satu ini beda. Lo tau sendiri, sebelumnya gue gak pernah mengalami perasaan seserius ini"

Orang diseberang meja Rony ini hanya tersenyum.

"Iya, gue tau Lo gak pernah seserius itu termasuk dihubungan Lo sebelumnya"

"Gak gitu maksud gue"
Ucap Rony agak sesal.

"Santai aja"
Balasnya.

***
Sorry baru update

Salam hangat

Salmocean 💙

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang