Keluar dari pekerjaannya di Jepang mungkin adalah keputusan terbesar yang pernah Naruto buat dalam hidupnya. Banyak pihak yang menentang tentu saja, terlebih pihak rumah sakit yang tentu sangat menyayangkan keputusan itu dan kehilangn sosok dokter kompeten sepertinya.
Tapi itulah yang di lakukan oleh pria itu, walaupun sempat mendapatkan pukulan keras di wajah oleh Shikamaru untuk menyadarkannya, tapi dia tidak sedikitpun berubah pikiran. Keputusannya sudah bulat dan dia tidak menyesal.
Semua dia lakukan untuk wanita itu, wanita yang melarikan diri ke ibu kota Swedia dan meninggalkannya. Sudah beberapa minggu Naruto di tanah kelahiran ayahnya, mungkin bisa di sebut Swedia adalah kampung halamannya juga. Memperhatikan Hinata dari jauh, memastikan wanita itu baik-baik saja selama bekerja dan pulang ke rumah dengan selamat. Terlihat seperti penguntit memang, tapi tidak apa, selama dia bisa melihat Hinata, apapun akan Naruto lakukan.
Entah bagaimana caranya, orang tuanya tau kalau Naruto saat ini di Stockholm, kota yang sama dengan kediaman orang tuanya, tapi tanpa perlu bersusah payah untuk berpikir, jelas Naruto tau pasti kalau itu semua ulah campur tangan Shikamaru.
Memang dia memberitahukan pada pria nanas itu jika dirinya akan mengunjungi Hinata disini, tapi Naruto tidak habis pikir, bisa-bisanya Shikamaru juga memberitahukan pada ibunya. Wanita paruh baya itu dari seminggu yang lalu terus menghubunginya, meminta Naruto untuk pulang dan tinggal dirumah, karena Shikamaru juga memberitahukan pada ibunya bahwa dia sudah tidak bekerja lagi di Jepang.
Pria itu menjanjikan pada ibunya kalau dia akan berkunjung nanti, tapi belum tau kapan pastinya. Jelas Kushina tidak senang, dia sudah sangat rindu dengan putranya itu. Jangan sampai Kushina menyewa orang untuk mencari tau keberadaan Naruto saat ini dan mengunjungan putranya langsung nanti.
"Nanti aku akan kesana mengunjungi ayah dan ibu jika urusanku sudah selesai disini" Sebenarnya tidak ada urusan apapun, hanya bagi Naruto, tidak melihat Hinata sehari saja, rasanya ada yang kurang.
Kushina menghela napas berat di seberang panggilan itu, dia sudah lelah membujuk putranya ."Kapan itu, atau kau ingin ibu yang kesana, ketempatmu ?" Naruto langsung melarang, dia tidak ingin ibunya tau dimana dia menetap saat ini, karena sebenarnya dirinya tinggal tepat di depan kamar apartment Hinata, kamar mereka berhadapan, bahkan wanita itu tidak menyadarinya sampai hari ini.
Bagaimana Hinata bisa sadar, kalau Naruto akan keluar saat sudah memastikan wanita itu pergi bekerja, dan pulang saat wanita itu sudah masuk dan tidur dalam kamarnya.
Naruto saat ini terlihat seperti pria pengangguran yang tidak punya kerjaan, hari-harinya selama disini hanya dihabiskan untuk melihat Hinata, keluar masuk dari restoran tempat wanita itu bekerja, duduk seorang diri di sudut ruangan yang tidak terlihat dari dapur terbuka tempat Hinata berdiri, dengan memesan menu yang harus wanita itu yang membuatkannya, menikmati makanannya sambil melihat kearah Hinata. Bahkan beberapa staff disana terlihat sudah mulai biasa dengan pria itu, yang belum menyadari kehadiran Naruto, tentu saja hanya wanita itu sendiri.
"Ibu tidak mau tau, datanglah malam ini ke rumah untuk makan malam. Atau ibu akan minta ayah mengutus orang untuk menyeret kau pulang kerumah." Ancaman ibunya memang tidak pernah main-main, Kusina memang sering mengalah pada putranya, tapi dia sangat menyeramkan jika sudah hilang kesabaran, jadi dengan menghela napas lelah Naruto akhirnya mengiyakan permintaan itu untuk datang malam ini berkunjung ke rumah orang tuanya.
"Baiklah-baiklah bu. Jangan membuat keributan karena itu sangat merepotkan, aku akan kesana malam ini. "Ucapnya lesu, jarak kediaman orang tuanya tidaklah jauh, hanya butuh tiga puluh menit mengendarai mobil. Tapi yang membuatnya berat adalah, dia tidak bisa menemani Hinata pulang malam ini, jika dia kesana. Tapi bagaimana lagi, jika tidak di turuti, orang tuanya itu akan merubah jadi menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Sex Slave ?
RomanceNaruto x Hinata Ada rahasia dari kejadian yang dialami Hinata, sehingga membuatnya harus menghabiskan hari-hari dengan Naruto, sang dokter yang berhati malaikat, setidaknya itulah anggapan Hinata awalnya.