Nine

856 88 6
                                        


Tepat pukul enam sore Naruto sampai di rumahnya, memarkirkan mobil di garasi dan melangkah ke pintu utama. Dia sudah tidak sabar ingin makan malam dengan Hinata hari ini. Walaupun wanita itu tidak membalas pesannya atau panggilannya sampai saat ini.

Naruto pikir mungkin Hinata sangat sibuk sekali, jika wanita itu tidak sempat memasak makan malam, nanti mereka bisa memesan saja lewat daring, yang penting mereka bisa menghabiskan makan malam berdua saja, itu sudah cukup.

Saat sampai di depan pintu rumah, kening Naruto mengerut, pintu depan tidak terkunci dan terbuka sedikit. Hinata biasanya tidak pernah membiarkan pintu terbuka, karena Naruto selalu mengingatkan untuk mengunci pintu, mengingat wanita itu hanya sendirian dirumah ini jika dia pergi bekerja.

Perasaan Naruto jadi tidak tenang, "Hinata, aku pulang". Dia melangkah masuk segera, tapi tidak ada sahutan dari salam yang barusan Naruto ucapkan. Apa mungkin Hinata di lantai dua, tertidur di kamarnya ?.

"Sayang, kau dimana ? kenapa pintu depan terbuka ?" Masih memanggil Hinata. Dengan segera Naruto melangkahkan kakinya ke lantai dua, tapi setelah membuka pintu kamar itu, Hinata tidak di temukan disana.

"Hinata,-
Ada apa ini, Naruto tidak tenang, dia mencari wanita itu keseluruh ruangan di lantai dua, tapi tidak ada tanda-tanda kalau wanita itu ada dirumah. Dia turun kembali ke lantai satu, mungkin Hinata ada di kamarnya.

Membuka pintu kamar wanita itu, dan masih sama Hintata tidak ada dimanapun.
Naruto mencoba tidak panik, dia meraih ponsel di saku celananya, menghubungi Hinata.

Dering ponsel mengalihkan kekalutan Naruto, bunyi itu berasal dari kamar ini, dia melihat ke arah ranjang Hinata, dan benar, ponsel wanita itu ada disana.

"Hinata, kau dimana ?" Naruto mengeram, menjambak rambutnya panik, ada yang aneh disini, kemana wanita itu, kenapa dia meninggkalkan ponselnya dan pintu depan yang terbuka.

Lemari pakaian wanita itu juga mencuri perhatian Naruto, dengan segera mebuka lemari itu terburu-buru dan benar apa yang dia takutkan. Lemari itu bersih, hanya tersisa beberapa dress cantik, Naruto ingat dia sendiri yang membelikan pakaian itu untuk Hinata beberapa bulan yang lalu.

Dengan tergesa Naruto kembali berlari ke depan, sepatu dan heels wanita itu sudah tidak ada, tersisa beberapa flat shoes yang Naruto juga ingat dia yang memberikannya. Semua barang wanita itu tidak ada satupun lagi di rumah ini, hanya tersisa benda-benda pemberian darinya.

"Hinata, kenapa ?" Naruto bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ada apa dan kenapa ?
Hinata pergi meninggalkan rumah ini, padahal siang tadi dia dan wanita itu masih bermanja-manja saat Hinata menghubunginya untuk meminjam laptop.

Seketika Naruto tersentak, pria itu langsung berlari keruang kerja di lantai dua. Membuka pintu itu dengan panik dan menuju meja kerja di tengah ruangan. Naruto melihat laptopnya masih di atas meja, tapi matanya terbelalak melihat satu lembar kertas di atas benda itu.

"Sial, BRENGSEK" Dengan tanpa pikir panjang, pria itu membanting semua benda yang ada di meja kerja itu, melampiaskan kemarahan yang membuat dadanya sesak, mata Naruto memerah dan berkaca-kaca.

Naruto marah bukan main, dia tentu tau kertas apa yang ada di atas laptop itu, dan Hinata pasti sudah melihatnya, hal yang membuat wanita itu kabur dari sini. Masih dengan amarah yang tidak bisa di tahan, Naruto melemparkan apapun benda yang bisa diraihnnya.

"Seharusnya aku bakar kertas itu dari lama" Naruto duduk di atas sofa besar ruangan itu, menjambak rambutnya dan mencoba berpikir tenang. Dia harus bisa membawa wanita itu untuk kembali ke rumah ini, apapun yang terjadi nanti.

Menenangkan diri sebentar, dia harus fokus agar bisa berpikir jernih dan mencari wanita itu. Naruto meraih kembali laptop yang ada di lantai, menghidupkan kembali benda itu dan untungnya masih bisa menyala.

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang