"Ada apa ?" Minato yang masih bersandar di kepala ranjang, mengernyitkan kening melihat tingkah Kushina yang terlihat panik dan juga sedikit kesal itu.
"Lusa aku akan sibuk di luar, aku harus mengunjungi butik dan mengurus pernikahan segera" Racauan Kushina makin membuat Minato mengerutkan kening tanda tidak mengerti dengan apa yang diucapkan istrinya barusan.
"Pernikahan siapa, kenapa mendadak ?" Kushina ikut duduk di sebelah suaminya, menyandarkan punggung di kepala ranjang dan menolah pada Minato.
"Aku tidak habis pikir dengan putra kita Minato, dia sudah kehilangan akal sehat sepertinya, kasihan Hinata, pasti selama ini dia tidak berdaya mengikuti semua kemauan bocah nakal itu" Wanita itu mengusap wajahnya. Merasa kasihan dengan kekasih Naruto yang terlihat lugu dan bisa di perdaya.
"Aku tidak mengerti apa maksudnya, ada apa sebenarnya ?" Minato pusing dan bingung, sedari tadi pertanyaannya di jawab dengan hal lain oleh istrinya itu.
Kushina mendekat ke arah suaminya, bersiap untuk menceritakan hal memalukan apa yang barusan dia temukan di dapur.
************************
Sepasang manusia itu duduk bersisihan di sofa besar kediaman Kushina dan Minato pagi itu, setelah sarapan di hari Natal yang terasa dingin tapi hangat. Naruto menggenggam erat jemari kanan Hinata di pangkuan yang sedari tadi masih betah menunduk karena malu dengan orang tuanya. Sedangkan ayah Minato hanya menunjukan senyuman geli pada putranya.
Ya, Minato sudah di beritahu oleh Kushina, tentang apa yang sudah di perbuat oleh pasangan itu semalam di dapur kediaman mereka. Tidak jadi masalah sebenarnya, tapi Minato hanya tidak habis pikir saja dengan kelakuan putra semata wayangnya itu yang tidak bisa menahan hasrat dan nekat melakukan itu dengan kekasihnya di dapur.
Minato tau, Hinata pasti tidak bisa menolak putranya yang gila itu.
"Sayang, kau tidak apa-apa ?" Kushina pindah duduk di sebelah Hinata, mengusap punggung wanita cantik itu pelan, dia tentu tidak marah dengan wanita itu, kenapa Hinata seperti takut denganya dan Minato.
Hinata menggeleng, "Tidak apa-apa bu, Hinata hanya malu" Cicitnya seperti bisikan, membuat Kushina dan Minato terkekeh pelan.
"Sudahlah jangan di pikirkan, ibu tau pasti yang salah bukan Hinata, Naruto pasti memaksa kan ?" Naruto menghela napas mendengar tuduhan dari ibunya, tapi memang benar yang salah dirinya bukan Hinata.
"Besok ibu akan mengurus pernikahan kalian, ikut ibu kali ini, jangan membantah" Hinata menatap Naruto, setelah itu mereka mengangguk mengiyakan. Tidak ingin lagi mencari masalah dengan ibunya itu.
**********************
Naruto membukakan pintu mobil untuk kekasihnya , membawa barang-barang Hinata di bangku belakang. Sedangkan wanita itu masih terlihat lesu.
Ya, mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen dari kedialam orang tua Naruto malam itu. Karena Hinata dan dirinya masih harus bekerja besok hari.
Hinata mendudukan dirinya di atas sofa begitu saja saat masuk kedalam. Diikuti Naruto di sampingnya, pria itu juga ikut duduk di sebelah Hinata. Wanita itu merebahkan kepalanya di bahu Naruto, pria itu merangkul bahu Hinata dan mengusapnya.
"Naru aku malu sekali sama ibu dan ayah" Sejujurnya Hinata masih malu setengan mati rasanya. Tapi kenapa Naruto terlihat biasa saja, mungkin budaya Jepang dan Swedia memang berbeda.
"Sudahlah sayang, ibu dan ayah juga pasti mengerti, mereka juga pernah muda seperti kita" Pria itu memainkan surai indah dan panjang Hinata di bahunya. Salah satu hal yang membuat Naruto jatuh cinta pada wanita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Sex Slave ?
RomanceNaruto x Hinata Ada rahasia dari kejadian yang dialami Hinata, sehingga membuatnya harus menghabiskan hari-hari dengan Naruto, sang dokter yang berhati malaikat, setidaknya itulah anggapan Hinata awalnya.