Pembicaraan antara dia dan Hinata tidak menghasilkan apa-apa. Wanita itu hanya diam, pergi meninggalkan Naruto tanpa sepatah katapun, hanya air mata yang terus mengalir yang Naruto liat. Hinata tidak memaafkannya, tentu saja begitu.
Naruto masih duduk di bangku taman, termenung dan tidak tau harus melakukan apa lagi untuk membuat wanita itu kembali percaya padanya. Hangat jemari Hinata yang sempat dia genggam beberapa waktu yang lalu masih bisa dia rasa.
Pria itu bangkit berdiri, melangkahkan kakinya ke aula, dia ingin melihat kelulusan wanita itu hari ini dan mengabadikannya, walaupun tidak bisa mendampingi dari dekat, setidaknya dia tetap bisa melihat wanita itu dari jauh di hari bahagianya, walaupun Naruto yakin hanya ada duka di hati Hinata saat ini.
Naruto akan memberikan waktu untuk Hinata menenangkan diri, setidaknya dia sudah mengatakan semuanya di hadapan wanita itu. Tanpa ada satupun yang di tutupi. Setelah ini Naruto akan coba bicarakan lagi dan membawa wanita itu kerumah kembali.
Naruto memperhatikan Hinata dari jauh, mengabadikan potret kekasihnya yang terlihat sangat cantik. Naruto sangat bangga, senyum sendu hadir di wajahnya. Wanita itu lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, Hinata masih bisa menampilkan senyuman di mata sembabnya, rasanya Naruto sangat bersalah sekali pada wanita itu, harusnya hari ini hanya ada senyum bahagia dari wajahnya, bukan raut terluka.
Hinata tau kalau Naruto memperhatikannya dari jauh, tapi dia berpura-pura tidak menyadari kehadiran pria itu, hatinya masih terluka, dan semua pengakuan pria itu hari ini, masih belum bisa mengobati apapun.
Satu hal yang Hinata sadari, bahwa selama ini pria itu mungkin tidak mencintainya, hanya terbiasa, rasa butuh menyalurkan hasrat dan rasa bersalah saja. Jujur rasanya sakit, tapi Hinata akan coba berdamai dengan ini semua, waktu akan menghapuskan Naruto dari hatinya, dia yakin itu.
***************************
"Siapa pria itu Hinata, kalian tampak dekat ?" Acara kelulusan itu sudah selesai, saat ini Hinata dan Senseinya dalam perjalanan pulang. Anehnya Hinata tidak menemukan Naruto dimanapun saat keluar dari aula, apa pria itu sudah pergi ?
Yang tidak Hinata ketahui, bahwa pria itu saat ini menguntitnya dengan menggunakan taxi, dan meninggalkan mobilnya di kampus wanita itu. Naruto jelas ingin tahu, dimana wanita itu tinggal dan dengan siapa, apa aman atau tidak.
"Hanya kenalan Sensei" Tentu Hinata tidak akan mengatakan kalau pria itu kekasihnya dan selama ini mereka hidup bersama.
"Baiklah, fokuslah untuk keberangkatan ke Swedia, beberapa hari lagi kau harus langsung kesana." Wanita itu hanya mengangguk, dia sudah bulatkan tekad untuk berangkat kesana, walaupun ada rasa sedih, karena pergi dalam keadaan hubungannya dengan Naruto yang tidak pasti ujungnya seperti apa.
"Semua akomodasi akan di tanggung pihak Frantzén, visa dan tiket keberangkatan dan tempat tinggal disana juga sudah di urus, malam ini mulailah berkemas" Ucap Kurenai, Hinata hanya bisa mengiyakan, makin hari semakin cepat rasanya dia akan meninggalkan Jepang. Mungkin ini yang terbaik, agar dia bisa meninggalkan semua lukanya disini.
"Kau baik-baik saja Hinata?" Sedari tadi Kurenai perhatikan, wanita muda disebelahnya ini hanya diam dengan raut sedih, terlihat risau akan sesuatu hal. Padahal hari ini kelulusannya, yang mana semestinya di rayakan dengan bahagia.
"Aku baik-baik saja Sensei, hanya sedikit tidak sabar untuk berangkat ke Swedia sebentar lagi" Bohong wanita itu, tentu saja yang di ucapkan Hinata semua dusta. Perkataannya berbanding terbalik dengan yang hatinya rasakan saat ini.
"Baiklah kalau begitu, jangan sungkan untuk mengatakan pada Sensei apapun yang kau butuhkan ya"
"Terima kasih Sensei" Anggukan pelan itu mengakhiri percakapan mereka. Sebenarnya banyak yang ingin Hinata ceritakan, tapi hanya tertahan di dalam hatinya saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Sex Slave ?
RomansaNaruto x Hinata Ada rahasia dari kejadian yang dialami Hinata, sehingga membuatnya harus menghabiskan hari-hari dengan Naruto, sang dokter yang berhati malaikat, setidaknya itulah anggapan Hinata awalnya.