Six

1.1K 87 4
                                    

Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari perasaan dicintai dan mencintai.

Hinata tidak pernah menaruh hati pada lawan jenis sedari dulu, karena ayah dan ibunya selalu melarang untuk berkencan dan harus fokus pada pendidikan. Terutam ayahnya yang sangat over protektif, pria paruh baya itu akan menjemput dan mengantarkan Hinata kemanapun dia pergi, terkesan terkekang memang, tapi dia tidak bisa marah, karena dia tau semua demi kebaikan dirinya.

Tapi apa yang dia lakukan sekarang, tinggal satu atap dengan pria dewasa, dan sudah melakukan hubungan lebih jauh juga tanpa ikatan yang sah, pasti ayah dan ibunya mereasa sedih di atas sana.

Walaupun budaya hidup bersama dengan pasangan di Jepang sudah normal dilakukan, tapi Hinata masih ada rasa bersalah dengan orang tuanya.

Dia akan meminta maaf pada orang tuanya, tapi untuk meninggalkan Naruto juga dia tidak sanggup, karena hatinya sudah dikuasai oleh pria itu seutuhnya. Hanya Naruto yang dia punya di dunia ini sekarang, dia percayai pria itu lebih dari apapun.

"Kau melamaun, ada apa ?" Naruto tiba-tiba sudah berada di belakang wanita itu, memeluk pinggulnya lembut. Hinata tersentak pelan, dia yang masih di depan wastafel, mencuci piring bekas makan malam mereka, ternyata sudah melamun dari tadi.

"Tidak ada apa-apa Naruto-kun" Jawabnya pelan, dia biarakan Naruto mengelus perut bawahnya lembut dan pria itu sudah menghirup ceruk lehernya dengan manja.

Pria itu sebenarnya tidak percaya, tapi dia tidak akan mencari tau lebih, karena ada hal-hal yang mungkin tidak bisa wanita itu beritahukan padanya. "Cepat selesaikan, setelah itu ayo istirahat, aku mengantuk" Pinta pria itu, Naruto menciumi leher putih wanita itu mesra.

Ini sudah tengah malam, makan malam mereka telat beberapa jam karena Naruto yang pulang terlambat, tapi Hinata tidak ingin makan sendirian, jadi dia menunggu pria itu untuk makan bersama walaupun harus menunggu pria itu pulang dahulu.

"emm, naiklah lebih dulu, nanti aku menyusul"

Naruto menggeleng pelan di bahu wanita itu, "Tidak mau, ayo ke atas bersama, aku tunggu disini sampai kau selesai"

Hinata terkekeh mendengar gumaman pria itu, sejak kapan Naruto bisa jadi semanja ini, dia tidak akan tertidur kalau tidak memeluk wanitanya. Hinata sudah jadi obat tidur paling ampuh untuk pria itu. "Bersabarlah ya, satu gelas lagi" Naruto mengangguk mengerti.

Hinata segera menyelesaikan gelas terakhir itu, menaruhnya di dalam lemari diatasnya, mengeringkan tangannya. Setelah itu dia menyentuh lengan Naruto yang masih memeluk perutnya, sedari tadi pria itu sudah tidak bersuara lagi, apa dia sudah tertidur ?

"Naruto-kun? " Hinata mngelus surai pirang pria itu, karena sedari tadi kepalanya masih dia rebahkan di bahu Hinata.

"Hm, sudah selesai ?" gumam pria itu dan Hinata balas dengan anggukan pelan. Naruto menegakan kembali kepalanya, dengan gerakan cepat dia raih tangan kanan wanita itu dan membawanya ke lantai dua, kamarnya.

Sejak resmi jadi pasangan kekasih, Naruto meminta Hinata untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Wanita itu pada awalnya tentu saja menolak, tapi bukan Naruto namanya jika tidak bisa mendapatkan apapun keinginannya dari wanita itu, dan akhirnya Hinata menyetujui permintaan pria itu. Mereka sudah benar-benar terlihat seperti pasangan suami istri sungguhan sekarang.

Naruto membuka pintu kamarnya dan mengiring wanita itu untuk masuk, dia segera membawa Hinata ke atas ranjang untuk berbaring. Wanita itu hanya menurut saja saat Naruto membaringkannya dan pria itu juga ikut berbaring bersamanya, setengah menindih tubuhnya dengan kepala yang di rebahkan diatas dada Hinata, dan lengan yang memeluk pinggang wanita itu erat

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang