Fate 5

471 41 15
                                    

Hari ini Yechan cuti di karenakan Ibunya yang terus menerus merengek untuk ditemani belanja.

Alasannya karena hari ini sedang ada diskon besar-besaran di salah satu mal terbesar disana.

Ini bukan tanggal merah. Yechan pun bingung kenapa ada diskon padahal ini bukan tanggal merah ataupun weekend.

Tapi karena ini Ibu, Yechan mengiyakan. Itupun karena sang Ibu mengancamnya. "Yechan-ah, jika kau tidak berani, biar Ibu saja yang menghubungi Paman Park, agar kau cuti."

Jelas saja, itu membuat Yechan langsung mengangguk patuh. Ia sedang tidak ingin mencari masalah dengan Paman Park ataupun keluarga mereka. Yechan sudah muak. Tidak ingin mengikut campuri urusan yang bukan urusannya.

Saat Kevin sudah sadar kemarin-pun, Ibu menghubunginya. Menanyakan kenapa tidak mengabarinya jika Kevin masuk rumah sakit. Yechan memutar bola matanya. Bukannya Kevin memang sering masuk rumah sakit? Lantas apa bedanya dengan sekarang?

Tidak mau ambil pusing, Yechan hanya meminta maaf saat ia mengatakan bahwa tidak terlalu peduli pada Kevin, dan langsung diceramahi oleh sang Ibu.

Yechan baru keluar kamar mandi dengan handuk kecil dirambutnya yang basah, saat melihat Jaehan masih meringkuk seperti bayi di atas kasur.

Gemas, Yechan menghampiri. Tidak peduli bahwa bagian bawah tubuhnya hanya ditutupi handuk yang dililit.

Menjatuhkan tubuh disamping Jaehan, Yechan memeluk yang lebih tua. Menggoyangkan tubuh didalam pelukannya, ia berbisik. "Sayang, ayo bangun. Apa kau tidak bekerja?"

Jaehan mengerjap, mencoba melepaskan, tapi Yechan menahannya. Karena masih mengantuk, Jaehan mengabaikan.

Terkekeh, Yechan mencuri ciuman di bibir yang lebih tua.

"Yechanie!" pekiknya, saat sadar Yechan menciumnya di bibir. Menutup mulut, Jaehan menatap Yechan sebal. "Aku masih mengantuk."

Mengabaikan, Yechan mengeluarkan sekuat tenaga, dan mengangkat tubuh Jaehan untuk berada diatasnya. Ia tersenyum saat Jaehan semakin terkejut. "Morning kiss, Hyung."

Jaehan sepenuhnya sadar. Agak mengangkat tubuh, menatap Yechan dibawahnya dengan bibir mengerucut, sebelum menunduk menatap dirinya. "Tidak adil. Kau sudah setampan ini, sedangkan aku?"

Yechan tertawa. Membuat tubuh Jaehan yang ada diatasnya berguncang. "Hyung sangat cantik bahkan saat sedang membuang air besar."

Jaehan terbelalak. Tidak percaya Yechan menggunakan kata itu untuknya. Kesal, Jaehan memukul bibir Yechan, pelan. "Kau bahkan tidak pernah melihatku buang air besar, Yechanie."

"Tidak harus melihat untuk tau bagaimana dirimu buang air besar, Hyung."

Jaehan bangkit berdiri, meninggalkan Yechan. Baru satu langkah, tangan itu ditarik. Membuatnya jatuh pada pangkuan Yechan.

"Yechanie, turunkan aku." Jaehan mencoba mendorong Yechan. Tapi yang lebih muda bahkan bertahan sekuat tenaga. Tidak peduli Jaehan yang memaksa. Bahkan sampai menggigit telinganya.

"Hyung?" panggilan itu lembut, tapi tidak terbantahkan. Membuat Jaehan yang tadinya memberontak, jadi diam. Apalagi saat melihat ekspresi Yechan yang jauh dari kata ramah. "Bisa tolong dengarkan aku sebentar?"

Jaehan mengangguk.

Yechan yang melihat itu tidak bisa untuk tidak mencuri ciuman di bibir kekasihnya. "Hari ini aku akan cuti, menemani Ibu berbelanja. Alasannya karena aku jarang pulang ke rumah.  Jadi, hari ini, aku ingin kau berjanji padaku sesuatu."

Jaehan menaikkan alisnya. "Janji apa?"

Kecupan di dahi Jaehan dapatkan. Sebelum turun ke kedua pipi, hidung, dagu, dan terakhir bibir. Daripada sebuah kecupan, Yechan justru memperdalam. Melumatnya. Menggigitnya. Memakannya. Setelah dua menit yang tidak ada habisnya, Yechan menarik diri. Puas dengan hasilnya saat melihat Jaehan dengan rambut berantakan, bibir terbuka yang bengkak, dan mata sayunya yang sangat cantik. Yechan berbisik, tepat di depan bibir Jaehan. Menghembuskan napasnya disana. "Janji untuk tidak berbicara terlalu banyak pada Hangyeom Hyung, oke?"

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang