Fate 6

335 38 2
                                    

Jaehan mempercepat langkah kakinya saat sudah mendekati lift. Semua orang sudah pulang dari lima belas menit lalu, tapi Jaehan yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya menjadi lupa waktu.

Hangyeom menawarinya tumpangan, yang langsung di tolak oleh Jaehan dengan alasan banyak kerjaan yang belum selesai. Jelas saja, kata-kata Yechan tadi pagi masih mempengaruhinya. Ia tidak boleh terlalu banyak berbicara dengan Hangyeom. Membuat hati kecil Jaehan merasa sedikit bersalah.

Apalagi saat melihat raut wajah Hangyeom yang kecewa. Satu minggu belakangan ini, Jaehan seperti orang asing bagi Hangyeom. Jaehan lebih sering menjaga jarak darinya. Merespon setiap perkataannya hanya dengan kata-kata singkat atau hanya tersenyum dan tertawa.

Singkatnya, Hangyeom merasa Jaehan kembali seperti Jaehan yang semula. Menyendiri, dan tidak pernah mengobrol.

Beberapa kali Hangyeom menangkap gerak-gerik Yechan yang melihat ke Jaehan. Ditambah, saat ia dengan sengaja mengajak ngobrol Jaehan, bisa dipastikan, kepala Yechan akan muncul dari balik meja. Tidak semua, tapi bisa dilihat, tubuhnya akan menegak dan matanya akan berkeliaran.

Pernah, Hangyeom menangkap basah Yechan yang sedang menatapnya, karena Hangyeom yang mengulurkan minuman untuk Jaehan. Daripada menghindar seperti orang-orang yang tertangkap basah, Yechan justru menatapnya. Mata yang biasanya menyorot ramah seketika hilang. Tatapan itu tidak akan berakhir jika saja Hangyeom tidak mengalihkan pandangannya.

Suatu waktu, Jaehan pernah mendengar Hangyeom mengatakan sesuatu padanya. Lebih seperti gumaman, tapi Jaehan jelas mendengarnya. "Sepertinya kau memang sedang menjaga jarak dariku, Jaehanie."

Setelah saat itu, perasaan bersalah Jaehan justru semakin bertambah.

Di satu sisi, ia tidak mau hubungannya dengan Yechan kembali menjadi topik hangat setelah hari-hari menyebalkan itu.

Di lain sisi, Jaehan juga takut kehilangan seorang teman. Jujur saja, Hangyeom teman pertama selain Yechan yang mampu membuatnya berbicara panjang lebar. Hangyeom yang tampan. Hangyeom yang baik hati.

Bunyi dentingan lift terbuka terdengar, dan Jaehan memasukinya. Baru saja pintu itu ingin menutup, ada kaki yang menahannya.

Jaehan mendongak untuk menatap, dan matanya terbelalak.

Spontan, Jaehan mengeratkan kepalan tangannya pada tas slempangnya.

"Kau baru ingin pulang, Hyung?" tanya Hyuk, mengambil posisi tepat di samping Jaehan yang menyandar.

Mata Jaehan berkeliling dengan panik. Mengangguk, ia bergeser, membuat jarak mereka terbentang. Membuat Hyuk tertawa. "Apa aku menakutimu, hm?"

Tentu saja, bukan dalam artian yang negatif.

Jaehan masih dilanda ketidakpercayaan.

Setelah tujuh tahun, kisah cinta yang ia pikir sudah berakhir, ternyata datang kembali.

Sebenarnya, tidak pernah ada apapun di antara mereka. Tapi, entah kekuatan dari mana, waktu itu, saat Jaehan menginjak kelas dua belas, dan Hyuk menginjak kelas sebelas, setelah mereka yang terjebak didalam perpustakaan membuat keduanya menjadi lebih akrab, Jaehan pernah menyatakan perasaannya pada Hyuk.

Itu adalah cinta monyet, pikir Jaehan. Dan karena ia akan segera lulus dan begitu yakin tidak akan bertemu kembali, Jaehan yang begitu risau dengan perasaannya mau tak mau confess. Keputusan yang salah karena setelah itu, Hyuk mendadak menjauhinya.

Sampai Jaehan luluspun, Hyuk tidak pernah terlihat lagi.

Menghela napas untuk ribuan kali setelah hari pernyataan cinta itu, akhirnya Jaehan meninggalkan sekolah dengan hati yang jauh dari kata baik.

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang