Fate 13🔞

678 31 2
                                    

Keesokan harinya, Jaehan sudah diperbolehkan pulang. Sebenarnya, Jaehan yang memaksa.

Bau obat-obatan di rumah sakit memang tidak pernah enak untuk di hirup. Dan juga karena Jaehan merasa kasihan pada Yechan yang terus mengkhawatirkannya padahal ia sendiri menganggap dirinya sudah tidak apa-apa.

"Apa Hyung sesenang itu karena sudah di perbolehkan pulang?"

"Eum!" Jaehan menganggukan kepalanya dengan gemas. Mata nya mengikuti kemanapun Yechan pergi. Membereskan ini, membereskan itu. Agak membosankan bagi orang, tapi baginya tidak. Karena ini Yechan. "Tentu saja. Aku lebih nyaman tidur di kamar daripada di ranjang ini."

Yechan mendekat, menjawil hidung bangir Jaehan dengan hidungnya, sebelum mencium hidung itu. "Apa bedanya? Kan sama-sama ranjang. Hyung semalam bahkan sampai mengorok, jika Hyung lupa."

Mencebikkan bibirnya dengan lucu, dengan masih duduk melipat kaki di atas ranjang, Jaehan bersedekap. Menatap Yechan sengit. "Aku tidak melakukannya."

Yechan tersenyum. Membawa tas berisi baju yang kemarin malam di ambilnya, ia menarik pengaitnya. Menaruh tas itu di atas nakas di samping ranjang. "Hyung kan tidur, jadi tidak bisa mendengarnya."

Jaehan memanyunkan bibirnya.

Karena gemas, Yechan mengulurkan kedua tangannya dan membawa Jaehan ke dalam pelukannya. Menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri.

Diam-diam, Jaehan tersenyum. Menyambut pelukan Yechan dengan menaruh kedua tangannya di pinggang Yechan.

Lima belas menit kemudian, dengan Yechan yang memaksa Jaehan untuk menggunakan kursi roda saat akan turun, akhirnya mereka sampai di mobil. Yechan juga membantu Jaehan untuk masuk mobil. Dengan cepat mengaitkan seatbelt di tubuh Jaehan.

Memutari mobil setelah berterimakasih pada salah satu suster yang kini mendorong kursi roda yang tadi di pakai Jaehan, Yechan memasuki mobil. Keluar dari pelataran rumah sakit.

"Hyung mau langsung pulang atau membeli sesuatu dulu?" tanya Yechan, saat menghentikan mobilnya di lampu merah. Kepalanya menoleh.

Jaehan melihat ke luar jendela. Matanya menangkap anak perempuan kecil yang membawa beberapa balon di tangan kecilnya. Membuka jendela, Jaehan memanggil anak perempuan itu, yang langsung mendekat setelahnya.

"Kau menjual balon?"

Kuncir yang sudah turun dengan rambut berantakan, anak itu mengangguk, tersenyum menampakan giginya. "Iya, Paman. Apa Paman mau?"

Jaehan menoleh pada Yechan, yang langsung mengamgguk. Merogoh dompet dan memberi Jaehan beberapa lembar.

"Kau punya tas kecil?" saat anak itu dengan bingung menunjukan tas yang ada di bahunya, Jaehan memasukan semua yang diberikan Yechan ke dalam tas kecil itu. Tersenyum, ia mengambil satu balon yang di sodorkan untuknya. "Sisanya untuk membeli kuncir dan makanan enak yang banyak, ya? Balonnya Paman ambil. Annyeong!"

Masih dengan wajah bingung, akhirnya anak itu mundur saat Jaehan melambaikan tangan dan menutup kembali kaca mobilnya, bertepatan dengan lampu hijau yang sudah menyala.

Susah payah, Jaehan memasukan balon besar itu ke belakangnya. Sempat terkena wajah Yechan yang langsung tertawa, akhirnya balon itu bisa di taruh di kursi belakang. Dengan Jaehan yang belum memudarkan senyumnya.

Yechan menarik satu tangan Jaehan mendekat, membuat Jaehan menoleh dan langsung menaruh kepalanya pada bahu kokoh Yechan. "Cantik ya, Yechanie?"

Yechan mengangguk. "Seperti dirimu."

"Benarkah?" Jaehan menyipitkan matanya. "Aku kan belum mandi dari kemarin, Yechanie. Aku pasti jelek. Apa kau tidak mencium bahwa aku bau?"

Yechan mengendus leher Jaehan yang langsung mendongak, memberi Yechan akses lebih. Agak terkejut karena Yechan sempat mengulurkan lidah dan menjilatnya.

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang