Fate 12

351 38 1
                                    

Sudah beberapa hari ini Yechan pulang terlambat. Banyak pekerjaan, katanya. Jadi, saat Jaehan mengirimkan pesan padanya, lima menit sebelum jam pulang, Yechan hanya akan membalas pesannya dengan satu kalimat. Dan pendek.

Pulanglah lebih dulu, Hyung. Aku masih harus menyelesaikan ini.

Di hari ketiga, Jaehan masih akan menanyakan hal yang sama. Seakan Yechan hanya meng-copy paste kalimat yang ia tulis sebelumnya, lagi, kata-kata itu menjadi balasan.

Jaehan tidak bisa untuk tidak meringis. Sejak hari Yechan mengetahui jobdesk baru yang Jaehan pikul, ia sadar bahwa Yechan mendiamkannya. Waktunya pulang pun, di dalam mobil, Yechan lebih memilih diam dan menyalakan musik. Saat sampai di rumah, Yechan akan masuk ke kamar mandi lebih dulu, dan duduk di kursi nya. Dengan beberapa file yang di bawanya pulang. Sengaja. Karena tidak sempat mengerjakannya di kantor.

Hari ini pun, saat Jaehan sudah pulang dari tiga jam yang lalu, Yechan baru sampai. Dengan wajah lelah dan kusut.

Membuka kemeja nya, menampilkan perutnya yang telanjang, Yechan berjalan ke arah kamar mandi. Mengguyur tubuhnya di bawah pancuran air. Untuk sejenak, kerumitan hidupnya luruh bersama air yang turun dari tubuhnya.

Hampir dua puluh menit, akhirnya Yechan keluar. Dengan handuk yang menutupi bagian bawah dan handuk kecil tersampir di bahu. Mengusak rambutnya yang basah.

Bertepatan dengan itu, Jaehan yang tadinya sudah tidur, bangun. Kedua matanya mengerjap beberapa kali, karena kamar yang dibiarkan agak gelap.

Yechan yang sadar Jaehan terbangun karenanya, segera menoleh. Karena biasa, Yechan melempar handuknya asal ke ranjang, dan berjalan ke arah lemari, mencari celana.

Tidak peduli bahwa Jaehan yang masih menatapnya.

Setelah berpakaian lengkap, Yechan bergumam. "Maaf karena membangunkanmu, Hyung."

Tapi alih-alih langsung naik ke ranjang, Yechan justru berjalan ke meja nya. Mengeluarkan beberapa file dari tas besarnya, dan menaruhnya di meja.

"Kau tidak lelah, Yechanie?" tanya Jaehan. Karena baru tidur, suaranya jadi serak. Jaehan sampai harus berdehem.

Yechan tersenyum, menoleh sekilas padanya. "Tidak."

Lalu hening.

Sudah tiga hari pula, Yechan hanya menjawabnya dengan kalimat seadanya.

Rasanya Jaehan akan frustasi jika ini terjadi lebih lama.

"Kau tidak mengantuk?" tanya Jaehan lagi.

"Belum." Yechan menggeleng. "Jika pekerjaanku sudah selesai, aku akan tidur."

Hening lagi.

Sampai Yechan kembali bersuara, saat melihat Jaehan tidak juga tidur. "Tidurlah, Hyung. Kau tidak perlu menungguku."

Jaehan menghela napas. Sebisa mungkin untuk tidak memikirkan ini, tapi ternyata tidak bisa. Jaehan dan pikirannya yang macam-macam selalu saja tidak pernah hilang.

Turun dari ranjang, Jaehan mendekati Yechan. Secara mengejutkan, ia memeluk Yechan dari belakang. Satu kecupan di berikannya di pipi yang lebih muda. Bibirnya cemberut. "Sudah tiga hari, Yechanie, kau menjauhiku. Tidakkah itu cukup?"

Yechan yang awalnya terkejut, diam-diam menghela napas. Ia tau lambat laun Jaehan akan sadar bahwa ia menjauhinya. Tapi pikirannya tentang Jaehan yang akan lebih sering bertemu Hyuk dan Hangyeom, membuat Yechan pusing sendiri.

Ia tidak suka membayangkannya.

Walaupun berulang kali mengatakan pada diri sendiri bahwa Jaehan adalah miliknya, tapi hubungan Jaehan dan Hyuk tidak semudah itu. Lima tahun. Untuk sejauh itu, Yechan bahkan belum menyentuh setengahnya.

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang