Fate 7

347 41 4
                                    

"Hyung, ayo bangun, kita sudah sampai." kata-kata itu diiringi dengan tepukan pelan di pipi Jaehan.

Mereka sudah sampai parkiran lima menit yang lalu, tapi Jaehan tak kunjung bangun. Membuat Yechan jadi tidak tega saat melihat raut wajah Jaehan yang lelah.

Akhirnya, Yechan memilih untuk menunggu. Dengan tangan kanan yang memainkan ponsel, tangan kiri Yechan beralih meraih tangan Jaehan, menggenggamnya.

Selama hampir satu bulan belakangan ini, sejak mereka memutuskan untuk kembali bersama, Yechan lebih sering menginap di Apartemen milik Jaehan. Alasannya simple, tidak bisa jauh dari kekasih menggemaskannya itu. Awalnya, Jaehan tidak menerima. Yang lebih tua selalu mengatakan bahwa Yechan harus pulang ke rumah barang satu atau dua kali dalam satu minggu. Tapi Yechan membantah. Mengatakan bahwa jika Jaehan mengkhawatirkan keluarganya, itu tidak perlu. Orang tuanya pun sama sibuknya dengan dirinya. Tadi, itu adalah pengecualian. Biasanya, Ibunya lebih memilih untuk bertemu teman-temannya. Bercerita sembari bergosip dengan heboh. Sampai malam. Dan tidak kenal waktu.

Bisa dibilang, Ibu Yechan adalah ibu-ibu muda yang masih mau kebebasan.

Seperti turun temurun, bagi keluarga bisnis yang dilimpahi harta, dijodohkan masih sering terjadi. Tidak peduli bahwa itu sudah kuno. Alasannya, karena mereka harus tau latar belakang seseorang yang akan mendampingi hidup sang anak selamanya.

Dan itu harus sederajat.

Tidak boleh kurang, tapi boleh lebih.

Jadi, karena perjodohan itu dilakukan saat sang Ibu masih belia, tidak heran jika pikirannya masih cetek.

Yechan tidak menyalahkan, tentu saja. Yechan juga tidak pernah marah atas semua sikap orang tua nya yang ia rasa masih kekanak-kanakan. Jujur saja, Yechan tidak terlalu peduli. Baginya, selagi mereka masih ada, hidup Yechan akan baik-baik saja.

Jadi, dengan itu, Jaehan menerima untuk menampung Yechan. Dengan alasan kasihan. Tidak tega melihat Yechan-nya yang menggemaskan itu cemberut seharian jika tidak diizinkan.

Alih-alih marah, Yechan justru mendaratkan kecupan di bibir yang lebih tua. Karena selera humor Jaehan yang seakan membuat Yechan takjub.

Jika boleh dikatakan, sifat Jaehan satu bulan ini sangat berbanding jauh dengan sifatnya yang dulu.

Dulu, Jaehan lebih sering diam. Sulit mengekspresikan isi hatinya. Tapi sekarang, Jaehan sudah bisa bercanda. Jaehan sudah bisa ber-adu argumen dengannya. Jaehan juga sudah bisa merengek dengan manja jika Yechan melakukan hal-hal yang diluar kendalinya.

Tapi jika di telaah, perubahan itupun juga terjadi pada Yechan. Yechan jauh lebih manja dari yang sebelumnya. Juga, Yechan jauh lebih posesif. Dengan amat sangat. Yang kadang, membuat Jaehan kelimpungan sendiri. Tidak tau bagaimana cara menenangkannya.

Dentingan di ponsel Jaehan mengalihkan perhatian Yechan dari ponselnya. Ponsel itu diletakkan asal di dashboard. Membuat Yechan meliriknya.

Meraih ponsel itu di tangan kanannya, setelah menaruh asal ponselnya sendiri, Yechan membuka kata sandi disana. Tanggal lahir Yechan. Itu sangat mudah. Bisa ditebak, itu juga ulah Yechan. Katanya, biar sama dengan miliknya. Tanggal lahir Jaehan yang juga di jadikannya sebagai kata sandi.

Mengernyit, Yechan membuka pesan itu. Terlihat jelas nama yang tertera disana, Yang Hyuk.

Yechan menggumam. Nama ini adalah nama yang tadi dibahas Jaehan.

Yechan semakin mengernyit saat membaca pesannya.

Hyung, apa kau sudah di rumah? Bolehkah aku menghubungimu?

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang