Fate 11

347 35 4
                                    

"Yechanie, tunggu sebentar, name tag ku tertinggal di meja."

Pagi ini, Jaehan di minta untuk datang lebih pagi karena satu dan lain hal. Jadi, setengah jam lebih awal, mereka sudah bersiap dengan Yechan yang memaksa akan mengantarkan Jaehan. Yang lebih tua mengatakan tidak usah, karena melihat Yechan yang juga sibuk untuk persiapan peringatan ke 34 tahun perusahaan mereka. Tapi Yechan sedang tidak ingin di bantah, dan Jaehan akhirnya mengiyakan.

Bunyi dentingan terdengar, dengan pintu lift yang terbuka. Yechan masuk, dengan menekan salah satu tombol disana untuk menghalau pintunya tertutup. Dari jauh, Yechan mendengar teriakan Jaehan yang memanggilnya. Yechan maju satu langkah, melongokan kepalanya. Bertepatan dengan pintu di sebelah tempat Jaehan tadi keluar, muncul Hyuk. Dengan kemeja kotak-kotak yang di padukan celana bahan hitam. Tas slempangnya tersampir di bahu.

Yechan melambaikan tangannya pada Jaehan, saat melihat Hyuk justru mempercepat langkah kakinya di belakang Jaehan.

Sialnya, Jaehan yang teledor adalah sebuah kebiasaan. Ia tersandung kakinya sendiri, membuat Hyuk yang berada persis dibelakang menahan bahunya. Sepersekian detik mereka bertatapan. Membuat Yechan keluar lift dan menarik lengan Jaehan untuk masuk. Tatapan sinis diberikannya untuk Hyuk.

Hyuk mengangkat bahu, tidak begitu peduli pada Yechan yang seakan ingin menghunjamnya saat itu juga. Ikut masuk ke dalam, akhirnya pintu lift didepan mereka tertutup.

Jaehan yang sudah pulih dari keterkejutan segera menoleh pada Hyuk yang berdiri jauh di samping Yechan. Matanya melirik Yechan, tapi kemudian tertuju pada Hyuk. "Hyuk-ah, terimakasih untuk yang tadi."

Wajah Yechan mengeras. Ia tidak menoleh, tapi jelas raut wajahnya berubah.

Hyuk tersenyum saat mendengar panggilan itu. Memajukan tubuh, menoleh sepenuhnya pada Jaehan, Hyuk menyahut. "Lain kali hati-hati, Hyung. Untung ada aku, tadi."

Jaehan meringis. Tadinya, ia berterimakasih pada Hyuk karena pria itu sudah membantunya. Tapi mendengar respon Hyuk, Jaehan jadi menyesalinya. Kata-kata itu jelas membuat Yechan semakin memanas.

"Kalian pergi lebih awal, ya?" Hyuk bertanya, melihat arloji di tangan kirinya. Hyuk pikir, hanya ia yang datang pagi-pagi buta seperti ini.

"Jaehanie Hyung ada urusan." itu Yechan yang menjawab. Kepalanya menoleh, menyungingkan senyum yang, jika itu bukan Hyuk, maka bisa dipastikan orang itu akan lari. Matanya yang berkilat dan smirk nya yang menakutkan jelas membuat Jaehan jadi salah tingkah.

Lagi-lagi, kepala itu menoleh melewati Yechan. "Senang mempunyai Leader sepertimu di dalam tim ini, Hyung."

Yechan segera menoleh pada Jaehan. Bertanya apa maksud leader yang di maksud Hyuk. Membuat Jaehan terkesiap untuk beberapa detik, sebelum akhirnya meringis. Tangannya yang berada di samping tubuh berinisiatif menggenggam tangan Yechan, meremasnya. Tanpa mengatakan apa-apa, Jaehan menatap ke depan setelah memberikan senyum canggung pada Hyuk.

Pintu terbuka di lantai 8, membuat lift menjadi penuh karena banyaknya orang. Beberapa memakai setelan kaus dengan handuk tersampir dipundak, menandakan ingin olahraga. Beberapa lagi sudah sibuk dengan berbagai macam tas di kanan-kiri, bekerja.

Jaehan terhimpit di pojokan, dengan Yechan yang menempel padanya.

Lift tidak pernah se-ramai ini selama Jaehan tinggal hampir tiga tahun disini. Tapi benar kata orang, selalu ada yang pertama untuk setiap kejadian. Jaehan menatap Yechan yang sekarang mengganti posisi jadi menghadapnya. Seakan bisa membaca ketakutan di wajah Jaehan, Yechan juga menyelipkan tangannya di pinggang Jaehan, mengusapnya.

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang