Fate (16)

234 26 1
                                    

Satu minggu setelah kejadian itu, dimana Jaehan yang selalu absen setiap harinya karena masalah kesehatan, juga di alami dengan absen-nya Hyuk dari kantor. Tidak ada surat, tidak ada pamit, yang jelas, setelah hari itu, ia tak lagi ditemukan dimana-mana. Seakan memang menghilang.

Pagi ini hari pertama Jaehan masuk kembali. Dan selama satu minggu ini pula, Yechan tidak pernah membahas apapun yang membuat Jaehan akan semakin drop. Mereka hanya membahas hal-hal sepele seperti cuaca, pekerjaan Yechan yang melelahkan, atau Jaehan yang kelewat bosan karena selalu di kamar.

Yechan pun tidak bertanya ada apa, dan kenapa, karena saat Jaehan menutup mulut darinya, ia akan terus menunggu sampai kekasihnya itu sendiri yang akan menyampaikannya. Ia tak akan memaksa, jika itu harus membuat Jaehan menjauhinya.

"Hyung yakin akan kembali bekerja?" tanya Yechan, entah ini sudah memasuki pertanyaan ke berapa sejak semalam saat Jaehan mengatakan bahwa ia akan masuk kantor besok. "Jika belum sembuh, Hyung boleh izin satu hari lagi. Aku akan menyampaikannya langsung pada mereka."

Jaehan menepuk bahu Yechan di depannya, dan kembali fokus memasang dasi. "Aku yakin, Yechanie. Lagi pula, ini sudah pertanyaan mu yang ke seratus kali, tidakkah kau ingat? Dan jawabanku tetap sama. Aku akan kembali bekerja. Meninggalkan pekerjaan ku terlalu lama hanya menyulitkanku."

Helaan Yechan terdengar. Ia mengulurkan tangan dan membelah rambut Jaehan di tengah. Terkekeh saat Jaehan cemberut. Tau sekali bahwa rambut belah tengah sangat membuat Jaehan tidak menyukainya. "Aku hanya khawatir padamu, Sayang."

Pipi Jaehan bersemu. Ia berjinjit dan mendaratkan kecupan di pipi gembul milik Yechan. "Berhentilah menggombal, Tuan Shin. Sekarang sudah selesai. Biarkan aku berganti baju, setelah itu kita akan pergi. Bagaimana?"

Pasalnya, sedari tadi Yechan terus saja manja ingin di perhatikan. Mulai dari merapihkan kemeja. Kemeja yang di masukkan ke dalam celana. Kerah kemeja. Rambut. Dan terakhir dasi yang biasanya ia sendiri pun bisa memasangnya.

Jaehan baru berjalan dua langkah membelakanginya, tapi tubuh itu sudah dia tarik dan sepasang lengan panjang melingkar di pinggang yang lebih tua. Hembusan napas di telinga Jaehan terasa menggelitik, membuat ia tertawa dan menutup telinganya menggunakan tangan. "Yechanie, geli sekali..."

"Tidak ada yang menyenangkan di kantor, Hyung." bisik Yechan pelan, nada manja terdengar sangat di dalam suaranya.

Jaehan menoleh ke belakang, setelah memeluk lengan yang melingkari pinggangnya. "Lalu?"

"Lebih baik kita membolos dan melakukan hal-hal yang mengasyikkan. Bagaimana menurutmu?"

Wajah Jaehan seolah sedang berpikir.  "Hal mengasyikkan apa contohnya, Yechanie?"

Yechan membalik tubuh Jaehan agar menghadapnya. Ia menyanggah satu tangan di pinggang Jaehan, satu tangannya lagi beralih ke belakang kepala yang lebih tua. Ia berbisik di depan bibir merekah milik Jaehan. "Berciuman, misalnya."

Otak jahil Jaehan mengambil alih. "Bagaimana cara berciuman yang benar, Yechanie?"

"Mm?" Yechan agak menarik kepalanya. "Hyung tidak mengetahuinya?"

Gelengan pelan, Yechan dapatkan. Bibirnya yang manyun membuat siapapun yang melihat pasti gemas. "Tidak."

"Mau ku tunjukkan?" bibir Yechan naik, bermain dengan telinga yang sekarang memerah. "Cara berciuman yang benar?"

"Ya, please?"

Kekehan Yechan terdengar. "Sopan sekali.."

Belum sempat Jaehan membalas, Yechan sudah melumat bibirnya dengan pelan namun pasti. Lumatan-lumatan kecil terjadi, sebelum Yechan dengan pelan mendorong Jaehan ke lemari, dan mengimpitnya disana. Lidah nya menjulur, setelah tadi menggigit bibir bawah Jaehan untuk membuka jalur agar lidahnya bisa masuk. Tak butuh waktu lama, kedua beda lunak tak bertulang itu saling melumat dan mengisap tanpa ada satupun orang yang ingin menyudahinya. Jambakan tangan Jaehan di rambut Yechan justru semakin membuat Yechan bergairah. Pusat nya di bawah sana pun sudah berdiri dengan tegak. Membuatnya semakin menghimpit Jaehan dan menggesek dibawah.

Jaehan menahan teriakannya saat gerakan itu beberapa kali dilakukan oleh Yechan. Sementara bibir Yechan sudah meninggalkan bibirnya dan turun ke leher jenjang yang lebih tua.

Jilatan dan lumatan diberikan oleh Yechan. Membuat Jaehan menarik rambutnya mencoba menjauhi kepala itu dari lehernya. Tapi sekeras apapun usaha Jaehan, kepala Yechan seakan sekeras batu. Ia tetap dengan kenikmatannya sendiri.

"Yechanie-ah..." Jaehan meredam gairahnya. "Sepertinya kita harus menyudahi ini jika tak ingin terlambat ke kantor."

"Mm?" Yechan meremas bongkahan pantat Jaeh di bawah sana. Membuat tubuh itu sekarang berjinjit.

"Yechanie...."

Jadi, dengan segala kekuatan menarik kepala Yechan menjauhi lehernya, mereka menyudahinya bahkan setelah lima belas menit lamanya. Membuat mereka sampai kantor dengan terlambat, menyisakan tiga menit jam mereka masuk.





•fate•






Jaehan tidak tau bahwa hari pertama ia masuk kantor setelah satu minggu tidak bekerja, membuat Jaehan menahan napas untuk beberapa saat, setelah mereka memasuki ruangan.

Jaehan mengeratkan pegangan tangannya pada kursi nya, dengan bilik yang tidak di kuncinya.

Seluruh kantor di hebohkan dengan kecelakaan salah satu pegawainya yang tak lain tak bukan adalah Yang Hyuk.

Kecelakaan tunggal, disalah satu jalan yang memang sering kali terjadi hal-hal buruk.

Jantung Jaehan berdegup dengan cepat, dengan peluh membasahi keningnya. Menarik dasi, untuk melonggarkan, Jaehan membalik kursinya dan menyanggah tubuhnya disana. Sepenuhnya bergetar dengan berita mengejutkan ini.

Tiba-tiba saja percakapan terakhir mereka seakan kembali terngiang di dalam kepalanya.

"Tujuh tahun, Hyung..." Jaehan merasa bahunya basah. "Tujuh tahun aku menunggumu, berharap menemukanmu. Menggapaimu. Memelukmu. Menceritakan segala kesakitan ku setelah kau pergi. Menceritakan segala kehancuran ku setelah kau, dan Ibu pergi."

Semua itu diucapkan dengan terbata.

Membuat Jaehan ikut tergugu.

"Duniaku hancur, saat kalian pergi."

"Yechanie..."

Tubuh lemah itu ambruk, yang langsung Yechan tahan, sepenuhnya bersyukur karena ia tidak langsung menuju mejanya.

"Hyung, ada apa?"

"Hyuk pergi.... karena kesalahanku. Karena aku, Yechanie. Karena aku yang mengabaikan lukanya. Mengabaikan sakitnya. Mengabaikan ia yang minta di temani ke rumah abu milik Ibunya." semua itu di ucapkan dengan tergugu, dan isak tangis yang langsung membasahi bagian bahu kemeja Yechan. "Hyuk kecelakaan pasti karena aku yang menjauhinya. Tidak membiarkannya menjelaskan walau hanya sedikit."

Yechan tidak mengerti, juga semua orang yang melihat dan mencoba memasang telinga dengan tajam untuk suara Jaehan yang pelan dan tergugu yang tidak jelas.

"Yechanie, aku penyebab Hyuk kecelakaan, Yechanie. Aku.."
















tbc.

cerita ini akan ending di chapter berikutnya.

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang