Fate (15)

281 33 2
                                    

Sudah satu bulan sejak kejadian yang selalu di sesali oleh Yechan, dan sudah dua minggu ini juga tim yang tadinya terdiri dari Jaehan, Hangyeom, Hyuk, Jessica, dan Nami sudah selesai dan kembali di bubarkan, membuat Yechan yang setiap harinya harus misuh-misuh karena kedekatan antara Hangyeom dan Hyuk kepada Jaehan pada akhirnya selesai.

Tidak ada yang menarik dalam hidup mereka sekarang. Terlebih, Yechan yang sudah mengetahui latar belakang keluarga Jaehan dengan sangat detail dan mewajarkan tentang semua hal yang menyangkut pernikahan membuat Jaehan menjadi takut dan kalut.

Pagi ini, Yechan telah berangkat lebih dulu, dengan Jaehan yang menyusul dua jam kemudian dari jam kantor. Sudah lebih dulu meminta izin, dan di iyakan karena project yang diberikan oleh tim Jaehan membuatnya puas dan senang.

Jaehan baru membuka pintu apartemen nya saat bertepatan dengan Hyuk yang juga keluar. Bertatapan untuk beberapa saat, Hyuk menampilkan senyumnya. Sejak kejadian itu, Hyuk memang menjaga jarak pada Jaehan. Walaupun hati kecilnya tidak menginginkan, ia tau sikapnya yang seperti itu sudah membuat Jaehan susah. Belum lagi, kata-kata terakhir Jaehan di atap selalu terngiang-ngiang di kepalanya seperti potongan film. Beberapa kali Hyuk bahkan tidak sanggup melihat Jaehan dengan cara yang benar. Perasaan sakit yang di lontarkan Jaehan untuknya seakan menghantui.

"Selamat pagi, Hyuk-ah." Jaehan menunduk, saat melihat Hyuk tersenyum padanya. Sejak kejadian Hyuk yang membantunya, dan kata-kata Yechan setelah pertemuan mereka disana, membuat Jaehan memandang Hyuk berbeda. Terbukti saat mereka sibuk menghabiskan waktu mengerjakan project kemarin, Hyuk tidak pernah berbicara padanya di luar konteks kerjaan. Diam-diam, Jaehan merasa bersalah. Apakah kata-kata nya di atap begitu melukai Hyuk?

"Selamat pagi, Sunbae." Hyuk berjalan di samping Jaehan, menjaga jarak. "Kemana Yechan Sunbae? Kalian tidak pergi bersama?"

Jaehan menggeleng. "Aku meminta izin untuk datang terlambat," ia melirik Hyuk. "Kau juga?" saat Hyuk mengangguk, ia terkekeh. "Mian, karena terlalu memaksa kalian agar project ini cepat selesai."

Hyuk tersenyum, dan menggeleng. "Tidak apa-apa, Sunbae. Aku tau waktu kita memang tidak banyak."

"Kau bisa memanggilku seperti dulu, Hyuk-ah."

Hyuk tercekat untuk beberapa saat. Setelah tujuh tahun Hyuk mendambakan moment seperti ini, dan saat mendapatkannya, Hyuk merasa dunianya agak gelap untuk beberapa saat. Kepalanya pening, dengan degupan bergemuruh di dadanya. Hyuk bahkan harus berpegangan pada dinding di sebelahnya.

Dengan rendah, ia berbisik. "Katakan sekali lagi, ku mohon."

Jaehan menghentikan langkahnya. Memantapkan hatinya untuk tidak menoleh ke masa lalu adalah impiannya saat ini. Memaafkan dan mengikhlaskan segala kesakitan yang di alaminya di masa lampau membuat Jaehan mati-matian menahan diri untuk tidak berlari. Karena itu tidak menyelesaikan masalah. Terlebih, Hyuk pernah menjadi semangat hidupnya bertahun-tahun untuk tidak pergi dari rumah itu. Untuk tetap bersekolah keesokan harinya hanya untuk bertemu dirinya. Hanya untuk melihatnya. Hanya untuk cepat-cepat lulus dan mengejar mimpinya, dengan Hyuk selalu disisinya.

"Kau bisa memanggilku Hyung, Hyuk-ah."

Hening.

"Hyung?"

Hening lagi.

"Jaehanie Hyung?"

Tubuh Hyuk bergetar. Tidak sadar jika sekarang ia sudah terduduk di lantai, seakan semua kekuatannya hilang tak bersisa.

Terdengar isakan, membuat Jaehan yang sedari tadi menahan diri untuk menoleh ke belakang saat kata itu di ucapkan.

Tercekat, Jaehan menatap Hyuk yang tersungkur dengan lutut lebih dulu. Membuatnya segera menghampiri. Ia menahan kedua bahu kekar milik Hyuk agar tidak bertumpu di lututnya. "Ada apa, Hyuk-ah? Kau kenapa? Apa yang terjadi?"

Fate☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang