3. Pejuang Kartu Ujian

36 9 0
                                    

Halo semua selamat membaca. Jika suka jangan lupa vote dan komen ya.

Pulang sekolah, Pandu dan Rena berniat langsung bekerja di tempat cuci motor. Rena beralasan pada orang tuanya kalau ia belajar bersama temannya untuk Ujian Tengah Semester nanti. Sebelum bekerja, Pandu dan Rena pulang ke rumah Pandu terlebih dahulu untuk mengganti baju karena jarak rumahnya lumayan dekat dari tempat cuci motor.

Assalamuaikum, Bu...” Pandu mengetuk pintu kontrakan yang kayunya sudah keropos. Warna putih pada pintu itu sudah kusam, tak ada yang mempercantik kembali.

Waalaikumsalam...” Wanita paruh baya itu tersenyum melihat anak semata wayangnya yang sudah pulang. Pandangannya beralih pada Rena. “Rena? Sudah lama ibu nggak ketemu kamu! Apa kabar sayang?”

Rena mencium punggung tangan Ibu Pandu. “Rena baik, Bu, Ibu apa kabar? Makin cantik aja nih...”

“Jangan gitu ah! Ibu jadi malu! Rena... ayo buruan masuk ke dalam.”

“Rena doang yang disuruh masuk Bu?” sindir Pandu.

“Ya kamu juga masuk dong! Biasanya nggak disuruh masuk juga langsung masuk gitu aja!”

Ibu Pandu menyuruh Rena duduk di lantai dengan beralaskan karpet. Sambil menunggu Pandu ganti baju, Ibu Pandu membuatkan teh hangat serta membawakan dua piring nasi goreng sederhana dengan telur ceplok di atasnya. “Ini Rena dimakan dulu. Maaf Ibu cuma ada ini.”

Rena terkejut, sontak menggeleng tak enak. “Ibu nggak usah repot-repot. Habis ini Rena mau langsung kerja sama Pandu, Rena takut diomelin Bu kalau kelamaan.”

“Udah kamu tenang aja. Nanti Ibu yang bilang ke Om Kumis. Kamu mau kerja harus punya tenaga biar nggak lemes, lagian capek kan habis belajar di sekolah? Dimakan ya?” Hati kecil Rena tersentuh mendapat perlakuan seperti itu dari Ibu Pandu. Wanita itu keterlaluan baik sampai Rena tak tega menolaknya lagi. Bahkan dia lebih baik dari orang tuanya sendiri. Rena jadi iri dengan Pandu, sudah pasti setiap hari laki-laki itu mendapatkan perlakuan yang tulus dari ibunya.

Rena mengunyah nasi goreng sederhana itu dengan air mata yang mengembang di pelupuk matanya. Hendak menangis tapi ia tahan. Saat Ibu Pandu pamit ke dapur untuk buat risol pesanan tetangga, ia langsung mengelap air matanya itu, tak ingin siapa pun melihatnya. Namun sayang, laki-laki anak si Ibu Peri terlanjur melihatnya.

“Kenapa lo?” Pandu duduk di hadapannya sambil mengambil nasi goreng miliknya.

“Gapapa.”

“Kebiasaan, cewek kalau ditanya pasti jawabnya gapapa. Serius, lo kenapa?”

“Gue lebay. Tapi gue iri sama perlakuan Ibu lo karena gue nggak dapetin itu di orang tua gue.”

“Ibu nggak sesempurna itu.” Pandu mengecilkan suaranya. Takut Ibunya dengar.

“Nggak peduli. Dan jangan lo kasih tau ke gue kejelekan ibu lo itu. Yang penting di mata gue dia sosok yang keren.”

“Iya, Ren. Oh iya, nanti lo pakai baju gue buat kerja, soalnya nggak enak kerja tapi masih pakai seragam.”

Rena mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu keduanya sama-sama diam, hanya menikmati nasi goreng yang luar biasa enak. Dentingan ponsel berbunyi, Rena mengecek ponselnya yang ternyata ada pesan dari Mamanya.

“Pan, Mama gue nggak percaya gue belajar sama temen-temen, dia minta fotoin,” ucap Rena.

“Yaudah. bentar—” Pandu mengambil buku di rak. Pura-pura sedang belajar, Rena pun segera mengambil foto Pandu yang sedang belajar dan mengirimnya pada Mamanya.

OMONG KOSONG KITA (Sistem Sekolah yang Rusak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang