Kiran Shamora akan segera debut sebagai salah satu anggota dari girlband bernama TiTan (Ti7an). Hal yang Kiran harapkan sejak dulu agar bisa mengubah kehidupannya.
Kiran adalah seorang siswa SMA tingkat kedua. Ia gadis yang tak terlalu tinggi hanya sekitar 165 cm, kurus, berambut pirang setelah mendapat izin dari Kepala Sekolahnya. Wajah manisnya membuat Kiran mudah dikenal, apalagi bakat menyanyi yang tentu saja akan membuat dirinya makin terkenal nanti. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang menderita lumpuh otak sejak kecil, Grace Rosalia.
Hampir tujuh belas tahun Kiran hidup dan hampir selama itu pula ia ditakdirkan untuk mengalah pada kakak perempuannya. Mamanya selalu saja mengutamakan Grace. Kiran tak keberatan walaupun sebenarnya ia agak sedih. Ia memaklumi keadaan kakak perempuannya itu. Toh, Kiran bisa melakukan semuanya sendiri. Tak apa-apa.
"Ma, kok apel yang ada di kulkas nggak ada, ya?" tanya Kiran pada Mama Sari yang sepertinya sedang sibuk mempersiapkan makanan untuk Grace.
Suara mesin pelumat makanan di pagi hari memang sangat wajar di rumah ini. Mama Sari harus menyiapkan makanan untuk anak gadis kesayangannya itu.
Kiran melirik kulit apel yang ada di sebelah pisau. Hanya kulit apelnya saja yang tersisa di sana. Sedangkan daging apelnya tentu saja sudah hancur menjadi bubur dan siap dihidangkan untuk Grace.
Mama Sari dengan mudahnya menuangkan cairan kental yang mirip muntahan kucing itu ke dalam mangkok. Mungkin ada sisa beberapa sendok bubur apel di dalam mesin itu karena mangkok Grace sudah penuh dan tak muat lagi menampung.
"Mama blender semua, Ran," ujar Mama Sari tanpa rasa bersalah. "Ini kalo kamu mau minum aja. Masih ada sisa."
Kiran berdecak kesal. "Mama kan bisa bagi dulu apelnya, Ma. Separuh diblender, separuh buat aku makan. Jangan apel sekilo dijadiin bubur buat Kak Grace semua dong. Aku juga mau. Kak Grace juga nggak mungkin habisin apel sekilo sendirian."
"Kan Mama bilang kalau mau minum aja, Ran. Kalau nggak mau ya jangan diminum. Biar Mama buang aja. Pagi-pagi udah cerewet," sahut Mama Sari dengan wajah jengkel. Bukankah harusnya Kiran yang lebih jengkel? Tak sekali dua kali mamanya bertindak semacam ini. Pilih Kasih.
Tanpa banyak bicara, Kiran buru-buru keluar dari rumah.
Bodo amat.
Kiran tak selera. Ini bukan pertama kali bagi Kiran pergi ke sekolah dalam kondisi perut kosong. Itu apel yang harusnya bisa ia gunakan sebagai sarapannya selama beberapa hari ke depan, yang Kiran beli dari gajinya sebagai penyanyi cafe.
Kiran berlari agak cepat ke halte bus. Ia berharap bisa segera cepat sampai ke sekolah. Senin pagi itu mendung. Langit berawan suram memberi pertanda bahwa pertahanannya sebentar lagi akan ambrol. Gadis itu tak ingin suasana hatinya makin memburuk karena ia kehujanan di jalan.
Ketika Kiran baru saja duduk di bangku bus, sebuah pesan singkat masuk ke dalam telepon genggamnya.
"Selesai sekolah langsung pulang. Suapin kakakmu."
Kiran saja belum sarapan. Bisa-bisanya mamanya hanya memikirkan Grace. Seolah cuma Grace saja anak perempuannya.
Seikhlas apapun Kiran berusaha menerima, kalau dipikir makin lama makin tak tahan. Sejak kepergian papanya yang tak mau bertanggungjawab, mamanya beranggapan bahwa cuma Grace yang butuh perhatian.
"Kiran Shamora?"
Seorang gadis SMP mengenalinya. Sebagai seorang calon penyanyi, Kiran lumayan dikenal. Apalagi sebentar lagi, grupnya itu secara resmi debut.
Kiran terkesiap. Hampir saja gadis itu tertidur di dalam bus. Nyaris. Kalau sampai hal itu terjadi, Kiran akan terlambat pergi ke sekolah.
"Mau minta tanda tangannya dong, Kak. Aku nge-fans banget sama Kak Kiran," ucap gadis itu dengan nada imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET HUSBAND (SUAMI RAHASIA)
RomanceHarusnya Kiran Shamora sudah debut menjadi penyanyi, jika ia tak dipecat di hari pengumuman debut. Padahal, menyanyi adalah satu hal yang Kiran andalkan untuk menghidupi ibunya yang miskin dan kakak perempuannya yang cacat. Pertolongan itu bernama p...