Julian punya jadwal rutin untuk melatih suaranya tiap minggu. Berprofesi sebagai penyanyi beraliran progressive metal menuntutnya selalu tampil sempurna. Tak banyak orang yang menekuni aliran musik itu.
"Mas Ian, maminya Mas Ian telepon," ucap Emon sambil menyodorkan telepon genggam pada Julian yang masih sibuk dengan gitarnya.
Julian berdecak kesal. Ia taruh gitarnya sambil bersamaan menerima sambungan telepon dari maminya itu.
"Hampir jam sepuluh, Ian. Kiran sebentar lagi mau selesai. Kamu nggak lupa kan harus jemput dia?"
"Emang Mami tau kegiatan dia darimana sih?" tanya Julian penasaran.
"Ya Mami kan suruh orang buat buntutin Kiran, Ian," jawab Mami Jane bangga.
"Ya terus kenapa nggak suruh mereka buat jemput sekalian? Kenapa pake nyuruh aku?"
"Bukan mereka yang mau nikah sama Kiran, Ian. Kamu. Udahlah, kamu berangkat sekarang. Mami kirim alamatnya di whatsapp."
Mami Jane menutup sambungan teleponnya tanpa salam perpisahan.
Wanita itu tiba-tiba datang dari Australia ke Indonesia hanya untuk menjodohkan anak tunggalnya pada seorang gadis. Mami Jane juga bertingkah seolah sudah cukup lama mengenal Kiran.
"Kenapa, Mas?" tanya Emon penasaran.
"Gue pergi sekarang, Mon," jawab Julian sambil mengemas barang-barangnya ke dalam tas. "Lu jangan diem aja. Bantuin gue."
Emon langsung membantu Julian memasukkan barang-barang yang ada di studio rekaman itu.
"Mas Ian ada apa sih? Mas Ian udah berubah sekarang," keluh Emon.
"Berubah jadi apa?" Julian menghela napasnya kasar. "Nyokap gue di sini. Dia minta banyak hal ke gue. Jadi lo juga harus adaptasi."
"Emon nggak suka ah," rengek Emon.
Benar saja. Emon belum tahu tentang perjodohan Julian dengan Kiran. Kalau tahu mungkin hati bencong itu akan hancur seketika.
"Mon, lu mau ikut gue nggak?" tanya Julian tiba-tiba. "Kita pergi sekarang tanpa bodyguard."
***
Kiran menggenggam erat gajinya hari ini. Tak sampai lima ratus ribu rupiah suaranya dihargai. Tapi hari ini memberikan Kiran sebuah pelajaran yang berharga.
Dua orang bersama karena mereka saling mencintai, bukan karena balas budi. Apalagi karena membayar hutang.
Kiran melihat sebuah mobil yang ia kenal terparkir di halaman gereja itu. Ia ingat bahwa tak memberitahu Julian kalau ia menyanyi di gereja hari ini.
Julian dengan badan tegapnya berdiri bersandar di samping mobilnya seperti sudah menunggu Kiran sejak tadi. Kali ini Julian memakai masker untuk menyembunyikan identitasnya. Tak terlalu terbantu sebnearnya. Aura selebritas masih terpancar dari pria itu.
"Disuruh nyokap," jawab Julian tanpa ada pertanyaan sebelumnya. "Ayo-"
"Bentar," cegah Kiran saat Julian akan masuk ke dalam mobilnya.
"Kenapa?"
Kiran menyodorkan gaji yang baru saja ia dapatkan itu pada Julian.
"Maksudnya?"
"Gue mau bayar hutang ke Tante Jane," ucap Kiran takut-takut. Ia menyadari bahwa jumlah uang yang ia dapatkan hari ini sangat kecil.
Julian menahan tawanya.
"Maksudnya? Ini buat nyokap gue?" Julian benar-benar tersenyum sekarang. Tampak dari matanya yang sedikit berkerut.
"Mau gue cicil. Gue bisa kasih semua gaji gue nyanyi di cafe sama acara kayak sekarang ke Tante Jane. Gue nggak bisa nikah sama lo. Kita nggak bisa nikah. Nggak boleh," ucap Kiran penuh dengan percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET HUSBAND (SUAMI RAHASIA)
RomanceHarusnya Kiran Shamora sudah debut menjadi penyanyi, jika ia tak dipecat di hari pengumuman debut. Padahal, menyanyi adalah satu hal yang Kiran andalkan untuk menghidupi ibunya yang miskin dan kakak perempuannya yang cacat. Pertolongan itu bernama p...