Bab 10 - Perjanjian Gila

20 1 0
                                    

"Enam bulan," ucap Julian. Ia memecah suara tangis Kiran yang makin keras. "Setelah itu kita cerai."

Kiran lupa menghapus air matanya. Ia mendongakkan kepalanya saat mendengar perjanjian yang lebih gila dibandingkan pernikahan paksa.

Julian menghela napasnya kasar. Otaknya dituntut berpikir cepat agar Kiran setuju dengan pernikahan mereka. Ia sebenarnya juga tak yakin dengan ucapannya tadi. Tapi Julian membutuhkan Kiran untuk melakukan sesuatu.

"Lo yakin bisa jadi penyanyi dalam waktu enam bulan itu? Gue bantu lo debut," ucap Julian penuh keyakinan.

Kiran benar-benar berhenti menangis sekarang.

"Ada yang mesti gue lakuin selama pernikahan kita," lanjut Julian.

Selama ini, Mami Jane mengawasi putranya. Julian pikir, menikah dengan Kiran dan berpura-pura mencintai istrinya bisa membuat perhatian maminya sedikit teralih.

"Nggak ada kontak fisik selama enam bulan itu. Kita bener-bener cerai setelah urusan kita berdua selesai."

Kiran menatap pria yang ada di hadapannya itu dengan wajah tak yakin. Tinggal serumah tanpa kontak fisik? Mana mungkin? Hm, mungkin saja. Gosipnya pria yang ada di hadapan Kiran itu tak suka dengan perempuan.

"Ayo buruan jawab. Keburu gue berubah pikiran," gertak Julian. "Enam bulan. Nggak lebih. Lo yakin sama kemampuan lo nggak?"

"Nyokap lo—"

"Ngapain lo mikirin nyokap gue? Pikirin keluarga lo sendiri. Habis jadi penyanyi, lo bisa biayain hidup keluarga lo. Nggak perlu ikut perjodohan gila kayak gini lagi."

Julian bisa tahu dari wajah Kiran sekarang bahwa gadis itu setuju. Ia hanya tak bisa mengungkapkan jawaban dari ide gila Julian.

Pria itu kemudian kembali melemparkan cincin yang tadi Kiran lempar padanya, lalu berjalan pergi untuk kembali ke meja restoran.

Tepuk tangan bagi Julian yang sudah berhasil membawa Kiran kembali pada acara makan siang itu.

Mami Jane menatap Julian dan Kiran bergantian. Kedua orang itu harus akur sampai hari pernikahan tiba. Tak peduli bagaimanapun caranya.

"Kiran, ayo makan lagi," pinta Mami Jane dengan ramah pada Kiran.

Kiran masih tak bisa berpikir jernih sekarang. Perjodohan, perjanjian, apalagi setelah ini? Kiran hampir gila.

***

"Kamu yakin mau tinggal di sini? Nggak mau bareng Mami sama Ian?"

Kiran hanya bisa bicara pada batinnya sekarang. Wanita itu tak lagi menyebut dirinya sebagai orang lain, tapi menamai dirinya dengan panggilan 'Mami'.

"Iya," jawab Kiran. Ia canggung harus memanggil wanita yang bukan ibunya itu dengan sebutan Mami. "Aku masih mau liat Kak Grace dulu. Nanti aku naik bus pulangnya." Sejujurnya, Kiran hanya butuh sendiri. Ia juga tak terlalu jago basa-basi pada orang yang tak terlalu ia kenal.

Mami Jane mengangguk mengerti.

"Sar, aku balik dulu, ya. Nanti aku telepon," pamit Mami Jane pada sahabatnya.

Mama Sari menganggukkan kepalanya.

Mami Jane menatap Kiran sambil tersenyum pada calon menantunya. Gadis itu adalah gadis manis yang penurut. Mami Jane pikir, Kiran adalah gadis yang cocok untuk hidup bersama anak laki-lakinya yang pembangkang.

Julian mengikuti langkah Mami Jane yang lebih dulu keluar dari ruangan vvip itu.

"Kamu janjikan apa ke Kiran, Ian?" tanya Mami Jane pada putranya.

SECRET HUSBAND (SUAMI RAHASIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang