Bab 13 - Ada yang Datang dan Pergi

30 2 0
                                    

Abel membuka penutup mangkok. Ia berharap ada makanan yang menggugah seleranya setelah selesai mandi.

Cilok, hanya itu yang ada di atas meja.

"Nggak makan?"

Abel menghela napasnya kasar.

"Aku beli makan di luar aja," jawab Abel dengan nada kesal. Siapa yang akan makan cilok setelah ia kelelahan berlatih vokal di agency?

***

Di luar dugaan Kiran. Pemuda yang kemarin begitu hangat padanya kini berubah 180 derajat.

Satria bahkan pura-pura tak melihat kedatangan Kiran yang hadir di lapangan basket.

"Lagi sibuk banget sampai wa-ku nggak dibales?" tanya Kiran.

Pemuda itu hanya melirik Kiran dengan ujung matanya. Berlagak sibuk berlatih. Padahal anggota tim basket yang lain belum memulai latihan mereka.

"Kamu nggak lihat?" tanya Satria dengan nada ketus.

Kiran menyapu pandangannya ke sekeliling lapangan. Seperti membenarkan pikirannya bahwa Satria kembali dengan suasana hatinya yang tak menentu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Kiran pergi meninggalkan lapangan basket ke kelasnya. Lagipula untuk apa perhatian pada seseorang yang tak antusias padanya. Lebih baik Kiran sarapan saja di kelas. Tadi pagi Kiran memanasi dimsum yang tersisa.

"Lu kenapa, Fel?" tanya Kiran saat melihat Felice yang tampak lesu. "Dimsum. Mau nggak?"

Felice masih saja merebahkan kepalanya di atas meja. Ia tak ingin melakukan apapun selain bermalas-malasan hari ini.

"Daniella nyuruh gue latihan vokal sebelum debut dimulai," keluh Felice.

Kiran menghentikan kunyahannya. Ia tahu alasan mengapa Daniella meminta Felice untuk melakukan hal itu. Dari tujuh orang, memang cuma Felice yang tak menonjol. Itu yang membuat Kiran tak terima saat ia tiba-tiba dipecat.

"Kenapa emang?" tanya Kiran basa-basi. Tentu saja Kiran sudah tahu jawabannya. Felice tak selayak Kiran.

"M-maksudnya bukan cuma gue. Tapi semua orang yang ada di grup."

Felice meralat ucapannya. Seperti menjelaskan bahwa semua orang yang ada di grup perlu latihan. Ia tak ingin terlihat lemah di depan mantan anggota grup.

"Semangat latihannya," ucap Kiran singkat tanpa ekspresi.

Hari itu, Kiran menjalani kelas seperti biasanya. Tak ada yang berubah dari statusnya sebagai siswa SMA tingkat kedua. Kecuali sebentar lagi, tepatnya 5 hari lagi ia akan menikah dengan Julian.

Kiran memandang hujan yang turun dari balik jendela kelas. Ia bisa memprediksi bahwa hujan tak akan juga kunjung reda sampai saat ia pulang sekolah nanti.

Benar saja. Kiran harus terjebak di sekolah bahkan sampai sore hari.

"Nggak pulang, Neng?"

"Nunggu jemputan, Pak," jawab Kiran dengan ramah pada penjaga sekolah itu.

"Oh, ya udah kalau gitu. Udah jam 5 sore soalnya. Busnya juga palingan nggak lewat lagi habis ini."

Kiran menganggukkan kepalanya.

Penjaga sekolah itu pergi ke rumah yang ada di dalam area sekolah.

Kiran menyesal kenapa ia berharap Julian akan menjemputnya. Padahal Kiran sendiri ingat bahwa pria itu tak akan menjemput jika tak diminta oleh Mami Jane.

Ia juga tak bisa menemukan dimana Satria sekarang. Kekasihnya itu tak masuk ke kelas sejak tadi pagi. Sibuk berlatih basket. Tak bisa diharapkan Kiran.

Gadis itu berlari kecil menuju halte bus yang ada di depan sekolah. Ia tak ingin rambut yang baru saja diwarnai itu terkena air hujan.

SECRET HUSBAND (SUAMI RAHASIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang