Datangnya Kiran dan Satria bersama-sama di sekolah membuat semua orang gempar. Setelah sekian lama mereka menyembunyikan hubungan mereka karena Kiran akan debut, pada akhirnya hari itu tiba.
Kiran bahagia. Kekasihnya itu tak harus berpura-pura tak akrab dengannya di sekolah seperti dulu. Tapi, ada hal yang harus Kiran bayar. Ia tak bisa debut bersama TiTan. Ya, agency tentunya akan mengganti angka 7 dengan huruf T karena Kiran tak didebutkan.
"Ran!" panggil Bu Lusi saat Kiran melewati ruang guru.
"Ya, Bu?"
"Kamu nggak jadi debut, kan? Besok saya nggak mau lihat rambut kamu blonde lagi, ya."
Kiran meringis. Serius? Ini masih pagi dan ada saja orang yang membuat mood gadis itu memburuk.
Tanpa mengucap sepatah katapun, Kiran hanya membuat apel di pipinya, tak ikhlas untuk mengumbar senyum, lalu pergi meninggalkan Bu Lusi.
Gadis itu menghela napas panjangnya selama ia berjalan di samping Satria menuju kelas.
Sepasang mata tajam mengarah pada Kiran. Siapa lagi kalau bukan Abel.
"Ran!" Felice melambaikan tangannya pada Kiran seolah tak terjadi apapun di antara mereka.
Kiran masih kesal perkara Felice tak memberitahunya tentang pemecatan itu.
"Lo masih bisa senyum ke gue, Fel?" Kiran melemparkan tasnya ke atas meja. Ia kuncir rambut pirangnya yang tak sempat ia cuci tadi pagi itu.
"Sorry," ucap Felice sedikit berbisik pada Kiran seolah akan berkata sesuatu yang sangat rahasia. "Gue nggak bisa bilang kemarin."
"Kenapa?" Kiran mulai mengeluarkan beberapa buku pelajarannya dari dalam tas. "Kalo lo bilang dari awal, mungkin gue nggak bakal malu kayak kemarin. Kayak orang bego tau gak?"
"Lo nggak penasaran siapa yang bikin lo dipecat?"
Kiran menghentikan apa yang sedang ia lakukan sekarang. Matanya saling pandang dengan Felice.
Felice memberi isyarat pada Kiran dengan sebuah anggukan seperti membenarkan pikiran sahabatnya itu.
"Abel?" tanya Kiran dengan dada yang mendidih kesal.
"Lo tau kan keluarganya Abel? Dia bilang ke bokapnya biar lo aja yang dipecat. Eh, tapi lo jangan bilang ke dia kalo gue yang kasih tau. Ini antara kita berdua aja."
Kiran kehabisan kata-kata. Ia tahu kalau ia dan Abel tak akur. Tapi haruskah Abel bertindak sejauh ini?
"Buat apa?" tanya Kiran mencoba pasrah. "Udah kejadian semuanya. Mau marah juga nggak bisa bikin gue balik ke grup."
Bukan karena uang saja Kiran bertindak sejauh ini. Tapi karena menyanyi adalah hal yang Kiran sukai.
Hanya menyanyi yang bisa membuatnya bisa mencurahkan hatinya. Dan seseorang yang tak menyukainya membuat Kiran harus selesai dengan mimpinya.
Abel. Kiran tak berencana melayangkan pembalasan dendam pada gadis itu. Apa yang bisa Kiran lakukan pada gadis kaya raya yang orang tuanya punya kuasa?
"Gue semalem lagi sama Kiran, Bel. Nggak bisa angkat telepon," ucap Satria pada Abel yang sedang memasang wajah kesalnya.
"Lo lagi pamer?" tanya Abel dengan nada ketus andalannya.
"Siapa juga."
"Kalian masih mau pacaran?" tanya Abel lagi.
Satria terdiam dan mengalihkan pandangannya dari Abel yang sedang menginterogasinya.
"Gue kenal lo dari kecil, Satria. Mending lo putus sama dia. Hubungan kalian nggak akan berhasil."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET HUSBAND (SUAMI RAHASIA)
RomanceHarusnya Kiran Shamora sudah debut menjadi penyanyi, jika ia tak dipecat di hari pengumuman debut. Padahal, menyanyi adalah satu hal yang Kiran andalkan untuk menghidupi ibunya yang miskin dan kakak perempuannya yang cacat. Pertolongan itu bernama p...