Kiran berpapasan dengan perawat yang Mami Jane kirimkan untuk Grace di ambang pintu. Ia menebak perawat itu terkejut saat melihatnya berderai air mata. Tapi Kiran berusaha menyembunyikan tangisnya saat masuk ke dalam rumah, walaupun mungkin mamanya juga tak akan peduli.
"Tadi suara kamu bukan?" tanya Mama Sari pada Kiran saat melihat putrinya baru masuk ke dalam rumah.
"Suara apaan?"
"Mama pikir yang teriak tadi kamu, Ran. Bukan, ya?"
Kiran mengabaikan pertanyaan mamanya. Ia tak ingin menjawab pertanyaan apapun malam ini. Ia berencana masuk ke dalam kamar dan menangis sejadi-jadinya di sana.
"Ran, kamu nggak mau bantuin Mama jagain Kak Grace dulu?"
Gadis itu menghentikan langkah kakinya saat mamanya memberikan ide yang buruk padanya. Ide yang buruk di hari yang buruk.
"Mama bisa? Nggak melibatkan aku di kehidupan anak kesayangan Mama itu?"
Mama Sari terenyak. Ia mengelap tangan yang basah ke daster bercorak bunga-bunga.
Kiran menghela napasnya panjang saat menahan air matanya yang akan menetes.
"Mama kira nggak capek jadi aku?" Suara Kiran tertahan.
"Ada apa, Ran?" Mama Sari mencoba menerka apa yang terjadi pada anak perempuannya.
"Masih nanya kenapa? Mama seneng pas aku gagal debut. Apalagi? Mama malah jodohin aku." Kiran mengungkit kesalahan mamanya. Fatal, tapi tak bisa Kiran bantah. "Sekarang aku capek-capek pulang sekolah malah disuruh jagain Grace? Nggak lihat seragamku basah semua gini? Aku kehujanan dan Mama nggak nanyain gimana kabarku, Ma. Nggak ada khawatir sama sekali kayaknya kalau aku mati."
Dada Kiran bergemuruh tak jelas ketika ia selesai meracau.
Mama Sari seperti bisa merasakan kejengkelan putrinya itu. Ia mulai memahami keadaan putrinya. Kata maaf yang sempat akan terucap sepertinya akan percuma. Kiran keburu kesal padanya.
"Mama harus apa, Ran?" tanya Mama Sari memelas.
"Terserah Mama lah,"jawab Kiran pasrah dengan nada kesal.
Kakinya mantap melangkah ke kamarnya. Ia berencana menghindar dari pertengkaran yang tak ada habisnya itu. Sebanyak apapun Kiran speak up, posisinya di rumah ini tetaplah sama.
Niat Kiran terwujud. Akhirnya ia bisa menangis dengan puas di kamarnya. Lucunya, ini bukan yang pertama kalinya bagi Kiran. Selama setahun terakhir, Satria sering memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan berakhir dengan meminta maaf pada Kiran. Berulang kali. Dan berkali-kali pula Kiran yang tumbuh tanpa sosok ayah menangis karena Satria.
Malam itu, saat Kiran akan pergi ke dapur untuk mengambil minum karena dehidrasi terlalu banyak menangis, ia mendengar mamanya berbicara pada seseorang di telepon. Mama Sari berbicara tentang pembatalan pernikahan.
"Aku kayaknya nggak bisa nikahkan Kiran sama Ian, Jane. Maafin aku."
***
Mami Jane terenyak saat sahabatnya berkeluh kesah di telepon. Pembatalan pernikahan setelah ratusan juta yang telah ia keluarkan untuk keluarga itu? Tak bisa. Mami Jane adalah seseorang yang mempunyai jiwa pebisnis. Ia tak mau rugi.
"Seperti kata kamu, Sar. Kiran itu masih muda. Emosinya menggebu-gebu. Besok kalau dia pulang sekolah, jangan bebani dia dengan Grace. Ada perawat yang aku kirim ke rumah dan ada kamu juga yang rela resign buat jaga Grace, kan?" Mami Jane mengetuk sesuatu di layar telepon genggam cadangannya. "Aku barusan kirim uang untuk kamu dan Grace. Kamu cek ya, Sar."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET HUSBAND (SUAMI RAHASIA)
Roman d'amourHarusnya Kiran Shamora sudah debut menjadi penyanyi, jika ia tak dipecat di hari pengumuman debut. Padahal, menyanyi adalah satu hal yang Kiran andalkan untuk menghidupi ibunya yang miskin dan kakak perempuannya yang cacat. Pertolongan itu bernama p...