"Jangan marah-marah terus Jas."
"Lo gak suka gue marahin?"
"Lo kalau marah biasanya karena kangen. Sekarang kan gue udah di sini. Mau apa cantiknya Galang?"
Mendengar itu Jassie menjatuhkan bahunya, bola matanya yang sempat melebar itu berubah teduh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
0.8. Singa Betina
|Now Playing|Ziell Ferdian-Tenanglah Sayang • • •
'Kalau gak mau bilang gak mau, walau banyak orang yang minta lo buat mau. Keputusan berdasarkan paksaan cuma akan mendatangkan penderitaan!'
🍁🍁🍁
"Tuh, kan, ini warnanya gak bagus. Masa warna biru, sih?" Jassie mencebikkan bibirnya begitu sampai diluar toko.
Atas saran Galang, Jassie menerima buku itu walau terpaksa. Tapi pada akhirnya tidak suka juga. Emang ya, sesuatu yang dipaksa itu gak akan berakhir baik. Kayak hubungan. Eh!
Sementara Galang hanya memutar bola matanya malas. "Yang penting kan sama-sama buku."
"Tapi gak suka warnanya. Mau ditukerin," rengek Jassie.
"Sebenernya fungsi buku itu buat nulis atau buat foto, sih? Harus banget ya keliatan estetik?"
"Ya emang. Kalau kayak gini doang mah gak perlu jauh-jauh ke sini, di koperasi juga banyak," ujarnya geram.
"Ya terus lo maunya gimana?"
"Tuker."
Cowok yang rambutnya berantakan itu mengacak rambutnya, membuatnya semakin berantakan. "Lama lagi nunggunya Jassie, ini udah jam berapa?"
"Kan gurunya juga gak masuk."
Galang menghela napas. "Ya udah sana cari lagi."
"Anterin!"
"Perkara nuker buku doang mau dianterin, Bu? Segitu pengennya ya lo deket-deket gue?" Galang tak habis pikir, harusnya daripada ditukar lagi, sejak awal ia tak perlu menerima saran dari Galang.
Dasar cewek ribet!
"Kan nanti biar ada yang bisa gue tanyain kalau milih."
"Itu juga saran gue kalau lo lupa, tapi kalau lo nya gak suka tetep aja ujungnya dituker, kan?. Gini, deh, Jas. Seberapa banyak orang yang lo mintai saran, kalau hati lo gak setuju itu gak akan berakhir baik. Lo harus belajar ambil keputusan sendiri, dan ambil resikonya apapun itu. Salah buku doang bisa dituker. Kalau besok-besok salah ambil keputusan gimana? Gak bisa diapa-apain lagi, Jas. Makanya belajar bertanggungjawab sama keputusan sendiri. Mateng juga dalam mutusin sesuatu, jangan hanya karena orang lain suka, terus lo jadi ikut-ikutan tanpa bertanya ke hati lo dulu."
Untuk sesaat Jassie mengerjapkan matanya polos. Sejak semalam otak Galang mendadak bijak begini.
Cewek itu menggeleng pelan, sadar dari lamunannya. "Galang, tinggal temenin doang ribet amat." Jassie beralibi. Padahal dalam hati, ia masih mencerna semua perkataan Galang. Dan tanpa diminta, sialnya seluruh perkataan itu berhasil masuk ke otak juga hatinya.