1.1. First Kiss
|Now Playing|Aurora-Run Away
•
•
•'Gue udah bilang kalau sakit itu bilang sakit. Jangan terus-terusan bilang baik-baik aja padahal nyatanya enggak'
🍁🍁🍁
"Bagus ya jam segini baru pulang. Sekalian aja nggak usah pulang." Mirza sudah membawa Jassie ke ruang kerjanya. Untuk disidang tentu saja.
Sementara Janet sudah ditangani oleh dokter kepercayaan keluarganya ditemani Dara, sang Ibu. Jassie terkekeh miris dalam hati. Padahal keadaannya juga tak jauh lebih baik dari Janet.
Gadis itu membawa sebuah foto keluarga di meja Mirza kemudian menatapnya. "Kalau Jassie nggak pulang nanti Papi ngamuk lagi sama Jassie."
Mirza kemudian menatap Jassie dengan tajam. Sementara yang ditatap tampak tak acuh seakan itu bukanlah hal yang besar. "Kamu itu anak perempuan, nggak baik malam-malam keluyuran."
Lihat, kan? Tidak peduli seberapa besar usaha Jassie untuk terlihat baik, tetap saja Mirza akan tutup mata dengan itu.
Jassie mendengus dan menyimpan kembali foto itu. "Iya, Pi."
Mirza mendekat pada Jassie dengan tatapan penuh selidik. "Iya Pi? Hanya itu jawaban kamu? Lihat Janet, dia sampai mengalami luka di kepalanya itu karena kamu. Kenapa kamu harus bawa Janet pergi?"
Kedua telapak tangannya terkepal sempurna di bawah sana. "Pi, tadi itu kita dibegal di jalan makanya jadi luka kayak gitu. Muka Jassie aja bonyok begini."
"Kamu pulang luka-luka itu sudah biasa. Tapi Janet nggak sekuat kamu, makanya Papi selalu minta kamu untuk lindungi Janet."
"Tadi Jassie coba lawan, dan Janet cuma nolong Jassie. Kalau enggak, mungkin sekarang Jassie udah terkapar dan mobil kita pasti berhasil dibawa."
"Disaat seperti itu kamu masih memikirkan mobil? Harta bisa dicari, Jassie. Papi khawatir sama kalian."
Jassie balas menatap Mirza tanpa takut sedikitpun. "Janet nggak bisa beladiri tapi Jassie bisa. Kalau sampai Jassie yang kena, Jassie nggak tau lagi gimana sama nasib Janet."
"Itu kamu tau. Janet itu nggak seliar kamu, terus bisa-bisanya kamu bawa dia main sampai tengah malam begini. Papi bukannya ngelarang kamu pergi, tapi tau waktu juga, Jassie."
Gadis itu mengusap wajahnya kasar. Sejak kapan membela diri sendiri disebut liar? "Berapa kali Jassie harus bilang kalau yang ajak keluar itu Janet bukan Jassie. Kenapa Papi nggak pernah percaya sama Jassie?"
"Karena kamu memang tidak bisa dipercaya. Berapa banyak selama ini kesempatan dari Papi yang selalu kamu sia-siakan?"
Jassie menghela napas kasar. Berusaha keras mengatur agar emosinya tidak meledak sekarang. "Oke maaf kalau emang Jassie yang salah di mata Papi. Tapi Jassie juga capek, Jassie mau istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Girlfriend
Teen Fiction"Jangan marah-marah terus Jas." "Lo gak suka gue marahin?" "Lo kalau marah biasanya karena kangen. Sekarang kan gue udah di sini. Mau apa cantiknya Galang?" Mendengar itu Jassie menjatuhkan bahunya, bola matanya yang sempat melebar itu berubah teduh...