05. Quality Time

729 66 9
                                    

"Ni pesanan kalian" kali ini Arjuna yang mengantar langsung pesanan dari pengunjung cafe nya. Di meja bundar itu kini mereka berada, Kia pun bergabung bersama mereka.

"Jadi lu kenal Kia Karna satu kampus ga ??" Azkara akhirnya bertanya setelah penasaran kenapa mereka saling kenal.

Sambil menyesap kopi yang dia pesan Raga mengangguk.

"Adik lu keren bang, design nya sering juara di perlombaan. Punya khasnya sendiri " ujar Raga pada Arjuna. Jangan tanya ekspresi Kia, sedari tadi dia berusaha menenangkan dirinya. Ditambah lagi sekarang mendapat pujian dari orang yang dia suka sejak lama.

"Hahaha, dia memang keren bro, tapi ya itulah, dia nggak mau menunjukkan kalau dia keren" nada bicara Arjuna bangga terhadap adiknya.

"Iya ni, si Kia ini tu semi semi misterius Ga, ahahh" ujar Azka menimpali yang langsung mendapat bombastis side eye dari Kia, Raga yang menyadari itu hanya tersenyum.

"Udah jangan di godain, masih untung ni bocil gua mau duduk bareng kalian, biasanya kan nyapa aja nggak " imbuh Arjuna, menjaga mood Kia agar tetap bagus, Arjuna tau betul, bahwa mood adiknya sedari tadi sedang tidak baik baik saja, entah apa yang terjadi saat ia datang, menyaksikan adiknya yang sedang di tenangkan oleh Genta dengan mata sembabnya, ah iya Arjuna belum bertanya tentang itu ke Genta.

"Udah ah, aku balik aja bang" tiba tiba Kia bersuara di tengah keheningan.

"Kenapa balik Kia ?? Kita belum selesai ngobrol ngobrol ni" Raga berusaha mencegah agar Kia tak pulang dulu. 'kalau disini terus jantung gua nggak aman kak' monolog Kia dalam hati.

Kia hanya memberi kode ke Arjuna lalu bangkit keluar cafe. Azkara dan Raga hanya diam melongo melihat Kia yang prgi begitu saja.

"Hahaa, kenapa lu pada, Kia emang gitu, susah di tebak orangnya, gua nggak tau lagi gimana caranya agar anak itu bisa terbuka lagi ke gua, ke salsa juga" Suara Arjuna terdengar melemah.

"Sabar bro, dia cukup dewasa untuk menyikapi apa yang terjadi didalam hidup dia, gua yakin seiring waktu dia bakal lebih terbuka ke elu ataupun salsa" Azkara menepuk bahu Arjuna berusaha menengkan.

"Memang apa yang terjadi ??" Tanya Raga tak mampu menyembunyikan rasa penasaran dari percakapan kedua laki laki di depannya ini.

Azkara tersadar akan sesuatu, "ahaha, Jun, gua lupa, dari tadi kira ngobrol nggak gua kenalin lu, ni kenalin, temen kantor gua, Raga Argantara, head of design di kantor kami. Lu juga dengar kan tadi dia ini sekampus Sama Kia"

"Mampus, udah setengah ni kopi baru lu kenalin" omel Arjuna sambil mengibaskan rambutnya.

"Nah, raga, mengenai Kia, adik gua satu itu emg beda dari yang lain, dia penuh misteri sih menurut gua, nggak ada yang mampu menebak apa yang dia rasakan dan apa yang ada di dalam hatinya, udah sih gitu aja , hahaha" Arjuna menjawab pertanyaan Raga, Raga hanya mengangguk. 'tapi dia hebat' puji raga didalam hati.

"Ya udah gua balik ya bro, capek banget gua hari ini, kantor cukup hectic, berasa banget budak corporat nya gua ni" ujar Azkara sambil menenggak habis minumannya.

"Ya udah, hati hati lu berdua, terimakasih udah mampir ya, besok besok mampir lagi ya , lu juga Raga" ujar Arjuna sambil menyalami Azkara dan Raga. Lalu mereka berdua pun berlalu masuk kemobil masing masing. Sementara Arjuna mendekati Genta, berniat menanyakan apa yang terjadi sebelum ia tiba di cafe.

"Gent, tadi kia kenapa ??" Arjuna menatap lekat Genta yang sedang sibuk membersihkan meja.

"Pak Harditama tadi ke cafe" genta menjawab datar.

Sontak Arjuna terkaget mendengar itu, "kia sama papa ketemu ??" Terdengar deru nafas besar dari Arjuna saat melontarkan pertanyaan itu.

"Ya lu pikir aja Jun, lu liat muka Kia begitu, apalagi kalau bukan ketemu pak Harditama " ujar Genta lagi lagi dengan datar. Melihat Arjuna diam, Genta lalu menceritakan apa yang terjadi saat Kia dan Harditama bertemu. Arjuna mengucap wajah nya kasar, ia merasa bersalah karna tak ada dicafe sesuai jam yang di janjikan dengan Kia. 'arrrghh, andai aja tadi gua nggak usah keluar' rutuk Juna pada dirinya sendiri lalu berlalu meninggalkan Genta yang hanya geleng geleng kepala melihat sahabat gondrong nya itu.

-------------------------------------
Sesampainya dirumah, Kia melihat mobil sang ibu sudah terparkir di halaman rumah, 'tumben nggak balik malam' kia merasa heran sang Mama pulang di jam yang terbilang masih sore. Biasanya hampir tengah malam baru mamanya akan berada dirumah. Kia bergegas masuk kedalam rumah. Melewati kamar ibunya lalu mendengar rintihan kecil. Kia membuka pintu kamar yang tidak terkunci, ia melihat sang Mama meringkuk di bawah selimut. Kia memberanikan diri masuk dan memeriksa sang Mama.

"Ya Allah, panas banget, mama demam" gumam Kia lalu segera membenarkan posisi selimut sang Mama, saat melihat mamanya masih menggunakan pakaian kerja. Kia memberanikan diri mencari baju piyama di lemari sang Mama, agar mamanya lebih nyaman beristirahat. Saat menemukan satu piyama lalu membangunkan sang Mama.

"Ma, mama demam, tapi bangun dulu ya, Kia gantikan baju agar lebih nyaman" Kia mencoba membangunkan Lina. Lina membuka mata, dia samar melihat wajah anak Bungsu yang selalu ia hiraukan kini menopang tubuhnya. Lina menurut saja di gantikan baju, toh dia sudah begitu lemas sekarang ini. Lina memperhatikan wajah Kia dengan teliti, garis wajah lembut yang tak pernah ia belai sama sekali sejak kecil.

Dengan telaten Kia mengganti baju Lina lalu menyimpan baju yang tadi di pakai Lina di keranjang baju kotor di depan pintu kamar mandi Lina.

"Ma, Kia turun bilangin bik sumi bawain obat sama bubur ya, maafin Kia ya ma, tadi kia buka Lemari mama cari piyama mama, mama istirahat dulu ya" ujar Kia hati hati. Lina hanya mengangguk lemah. Lalu Kia keluar dan menutup pintu. Di balik pintu kamar Lina, Kia menggigit bibirnya dan mencoba menahan air mata nya agak tak jatuh, ia sangat bahagia bisa sedekat itu dengan sang Mama. Tersadar bahwa ia sudah terlalu lama berdiri di balik pintu kamar Lina, Kia menuju dapur mengintruksikan kepada bik Sumi untuk membuat bubur dan membawakan obat untuk mamaknya , lalu Kia naik menuju kamarnya.

Setelah bebersih, Kia berniat mengecek keadaan sang Mama. Namun urung dilakukan karena ponsel nya Tiba tiba berbunyi.

*Achel🤸* sahabat tazkiyah sedari SD menelpon.

"P" Kia menjawab telpon Rachel.

"Lu pikir chatingan" suara Rachel sedikit meninggi

"Ahahaha, santai aja dong, ngegas ih " tawa bahagia Kia berhasil membuat Rachel kesal.

"Ih, gua serius ini Kia" Rachel mendengus kesal di seberang telpon

"Ahaha, iya iya, ada apa nich" suara Kia menjadi lebih serius

"Kangen nggak ?? Free kan bsok, harus sih, kan kita masih nganggur, ketemuan yaaa, bertiga, udah lama nggak ni" Rachel terus berbicara tanpa henti.

"Busyet neng, selow ae, kenceng amat kek becak pak Udin, haahhaah, ya udah atur aja bsok, nganggur gini mah aman" ujar Kia, ya mereka bertiga memang sudah lama tidak bertemu semenjak wisuda. Kia pun merasa rindu dengan sahabat sahabat nya ini .

"Oke bsok yaa, gua share lok" jawab Rachel riang

"Okeee, see u bsok yaaa" Kia tak kalah riang, membayangkan esok akan bertemu dengan teman temannya.

--------------------------------





New Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang