Saat sedang membereskan tempat tidur. Terdengar suara ketuk pintu. Kia bergegas membuka nya.
"Kak ?? Udah rapi? Katanya hari ini free ??" Ujar Kia menyapa kakanya yang ikut masuk ke dalam kamar
"Iya kia, hehehe, kak salsa lupa kalau hari ini mau ngecek butik dulu, ada barang masuk " Salsa mendudukkan dirinya di sudut tempat tidur lalu memberikan paper bag berwarna biru muda ke pada kia
Mata Kia berbinar menerima paper bag itu. "Produk baru kak ?" Tanya Kia sembari melirik isi paper bag, sudah menjadi kebiasaan jika Salsa mempunyai produk baru di butik nya, orang pertama yang akan menerima produknya adalah adiknya ini
"Si paling tau ih" Salsa hanya tersenyum melihat adiknya ini, Salsa tau, banyak luka dan sakit yang adiknya pendam sendirian. Selama ini Kia tidak pernah bercerita apapun bahkan tentang sekolah sekali pun.
"Dek, kakak mau ngomong sesuatu boleh ??" Mimik wajah Salsa berubah menjadi serius. Kia meletakkan paper bag di nakas tempat tidur nya sembari menatap kakak nya.
"Dek, maafin mama ya, mama pasti sayang sama kamu, cuma mungkin susah untuk mengekspresikan rasa sayang itu ke kamu" Salsa menghadap kearah Kia.
"Hhh, kenapa kkak yang minta maaf ?? Kak, mama itu orang dewasa, dia paham dan dia mengerti sesuatu yang seperti apa yang menyakiti orang lain kak, lagi pula gue udah terbiasa kak, wkwkwk, ibarat nya gini wir, mati rasa , hahaahah" suara Kia terdengar sumbang. Salsa paham itu hanya manipulasi dari adiknya untuk menyembunyikan badai di hatinya.
"Huffftthh, kamu tu selalu begitu dek, ya udah kakak berangkat yaa, kkak hampir telat ni buka butik, eh sekali kali mampir lah ke butik kakak. Oh iya , mama udah berangkat ke klinik barusan. Trus satu lagi, kakak mohon dengan sangat ni ya, kalau ada apa apa untuk sekarang bisa ya cerita ke kakak, atau ke Abang deh ya" kalimat terakhir Salsa penuh permohonan kepada adiknya ini, sejujurnya salsa penasaran bagaimana sebenarnya perjalanan adik nya ini.
Kia hanya mengangguk lalu menutup pintu kamarnya. 'bercerita ?? Bahkan gue nggak tau harus mengawali cerita gue dari mana kak' Kia mengusap wajah nya kasar lalu bergegas kekamar mandi.
-------------------------------------------------------
Setelah mematut dirinya didepan cermin, dia segera turun bersiap ke cafe Sandiga. Cafe milik Abang sulung nya. Rumah saat siang benar benar lengang, kakak dan mamanya sudah berangkat sedari pagi. Hanya bik Sumi di dapur yang entah apa yang selalu menjadi kesibukannya, suasana yang sudah menjadi makanan Kia setiap hari."Bik, Kia keluar ya " pamit Kia pada pembantu nya yang merawat nya dari kecil ini.
Bik sumi mengalihkan pandangan nya, "hati hati neng" dengan senyuman khas nya pada Kia. Kia mebalas senyuman itu lalu berlalu.
Dengan mengendarai Vespa matic berwarna hitam pemberian Abang 2 tahun lalu, Kia meluncur dengan kecepatan sedang sambil sesekali bernyanyi. Sampai di parkiran cafe yang cukup luas, Kia mengentikan langkahnya melihat mobil yang ia kenal betul. Sungguh didalam hati nya ia rindu sekali dengan pemilik mobil itu, namun ia takut tidak di terima kehadirannya oleh sang pemilik mobil. 'masuk apa gak ya' monolog Kia dalam hati. Namun saat Kia ingin memutar balik badannya. Satu suara khas memanggilnya.
"Kia, Lo nggak masuk ??" Kia sontak menoleh, suara yang ia kenal betul. Suara Genta, barista sekaligus sahabat Arjuna. Ya, Kia lebih kenal teman teman Arjuna daripada teman teman salsa.
"Heheh, ini gua mau masuk kak" ujar Kia sambil membetulkan jilbab nya yang tidak miring.
"Ya udah, ayok gua anter" Genta mempersilahkan Kia berjalan lebih dulu. Genta sudah sering bertemu Kia, maka tak heran jika mereka sudah akrab.
Saat baru memasuki indoor cafe Sandiga. Sosok tubuh tegap dengan balutan polo shirt berdiri tak jauh dari pintu masuk, sosok yang sangat ia rindukan. Kia berjalan mendekat, berniat menyalami sosok itu, saat ingin mencium tangan sosok tersebut, dengan cepat tangan itu di tarik hingga Kia seperti hanya mencium angin.
"Masih nganggur kamu ??" Sarkas sosok itu kepada Kia.
"Kia masih cari informasi loker pa" balas Kia dengan suara gemetar.
"Ya bagus, segera. Agar tak merepotkan orang lain lagi" lagi lagi ucapan menohok itu terucap dari mulut sosok yang tak lain adalah Harditama.
"Semerepotkan itu lah Kia pa ??" Dengan susah payah pertanyaan itu keluar dari mulut Kia.
"Orang yang merepotkan memang tidak akan pernah sadar"
Jleb, sungguh Kia sudah tidak bisa menahan air matanya.
"Maaf pa" hanya itu yang keluar dari mulut Kia, air mata yang ia tahan sudah tumpah.
"Tidak perlu kau menangis menjual air mataku ke saya Kia," ujar Harditama dingin.
"Kenapa tidak sekalipun papa atau mama melihat kehadiran Kia di dunia ini, Kia juga manusia pa, darah daging papa sama mama. Aku sedarah dengan bang Juna dan kak Salsa, kenapa aku gak pernah di anggap ??" Ujar Kia sambil terisak.
"Karna bukan kau yang kami inginkan" ujar Harditama berlalu tanpa memperdulikan Kia yang sudah menangis.
Genta yang melihat Kia sendiri segara masuk keruangan tersebut dan menarik Kia ke pelukannya. Genta mengamati dari tadi krna dia tau pasti jika Kia bertemu Harditama, selalu saja terjadi pertengkaran.
_________________________________________
Kalau jadi Kia, apakah kalian sekuat itu ??
KAMU SEDANG MEMBACA
New Rose
RandomMencoba meredam rasa sekian lama, lalu ketika mencoba membuka ternyata tak ada lagi celah untuk menjadi bagian dari rasa itu. Belum lagi mengikhlaskan dirinya dengan orang terdekat kita. (Percayalah tak ada yang tau rasa ini - mungkin)