Jangan lupa tinggalin jejak!
***
Jingga yang sudah beberapa lama tak sadarkan diri, kini pun mulai membuka matanya.
Perempuan itu memandang ke seluruh penjuru ruangan. Hingga matanya tak sengaja bersitatap dengan mata milik Eros yang sedang duduk di sofa tak jauh dari kasurnya berada. Laki-laki itu menatapnya dengan sorot mata yang tajam. Lantas Jingga pun membuang pandangannya ke arah lain dengan keadaan tubuh yang sedikit bergetar karena takut.
Hingga, terdengar suara helahan nafas panjang dari laki-laki itu. Jingga pun menoleh ke arah Eros, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Eros yang sedang melangkahkan kakinya ke arahnya.
Jingga pun dengan segera bergerak dengan grusuk. Apalagi di tambah kini Eros sudah duduk di sampingnya.
Jingga pun memejamkan matanya, saat tau tangan Eros terangkat ke atas. Awalnya Jingga berpikir Eros akan menamparnya, tetapi dugaannya salah. Laki-laki itu justru mengelus surai rambutnya dengan lembut. Dan Jingga pun membuka matanya kembali.
"Jangan lakuin itu lagi," bisiknya dengan nada sedih di telinga Jingga. Eros pun mengecup keningnya. "Aku benar-benar takut, sayang," lanjutnya.
"Apa salahnya kamu nurut sama aku? Sebegitu gak maunya kamu hidup sama aku?" Tanyanya sembari menatap sendu Jingga.
Jingga diam, tidak membalas ucapan Eros. Bibirnya mengatup dengan sempurna.
'Kenapa dia gak marah?' Batin Jingga.
"Aku gak bakal marahin kamu karena kejadian itu. Tapi aku mohon, jangan ulangi lagi ya?" Tuturnya dengan sorot mata penuh harap.
Lagi, Jingga hanya diam membisu.
"Aku benar-benar sayang banget sama kamu, Jingga," ujarnya sembari membawa Jingga ke dalam pelukannnya.
***
Beberapa hari kemudian setelah kejadian tempo itu, Jingga kembali berpura-pura menurut kepada Eros. Setelah mengetahui bahwa rencananya gagal.
"Mau nonton film gak?" Tawar Eros sembari mengecup singkat bibir Jingga.
"Nonton film?" Beo Jingga dengan mata berbinar.
Eros mengangguk sembari tersenyum. "Iya, kita nonton film bareng di ruang keluarga. Kebetulan aku belum buat bioskop mini di rumah ini, tapi entar secepatnya aku bakal buatin,"
Mendengar itu, binaran di mata Jingga pun hilang. Perempuan itu pun berdecak pelan. "Gue pikir, bakalan nonton film di bioskop mall," gumamnya.
"Apa, sayang? Kamu ngomong apa?" Tanya Eros ketika mendengar gumaman tak jelas Jingga.
Jingga menggeleng dengan cepat sembari tersenyum. "Aku cuma bilang aku gak sabar pengen nonton film," jawab Jingga.
"Ohgitu," seru Eros sembari tersenyum. "Yaudah, kalau gitu ayo kita ke ruang keluarga," lanjutnya sembari menggandeng tangan Jingga.
***
Sesampainya di ruang keluarga.
"Kamu duduk dulu ya, aku mau ambil pop corn dulu," ujar Eros.
"Pop corn? Emangnya di rumah ini ada?" Tanya Jingga bingung.
"Ada. Aku buat tadi, karena aku memang udah ngerencanain ini sebelumnya," jawab Eros. "Yaudah, bentar ya sayang," ujar Eros sembari mengelus surau rambut Jingga. Kemudian laki-laki itupun melenggang pergi menuju dapur.
Hingga, beberapa menit kemudian Eros pun kembali sembari membawa sebuah 2 cup pop corn berukuran sedang.
Setelah duduk di samping Jingga. Eros pun mulai menyalakan filmnya. Dan mereka pun menontonnya dengan riang, seolah melupakan masalah mereka. Bahkan kini posisi mereka sangat mesra, Jingga yang sedang menyender di bahu Eros sembari memakan pop cornnya, dan Tangan satunya Eros yang sedang merangkul Jingga.
Masih asik menonton, tiba-tiba saja handphone milik Eros berdering. Menandakan adanya panggilan masuk.
Eros pun dengan segera melihat siapa yang menelponnya. Setelah tau siapa yang menelpon, laki-laki itu beringsut pamit kepada Jingga.
"Aku angkat telpon dulu ya," pamit Eros kepada Jingga.
Jingga mengangguk dengan mata yang masih menuju ke arah film yang sedang di tayangkan.
"Halo, pa," sapa Eros setelah sudah sedikit menjauh dari Jingga.
"Halo, Eros. Papa ganggu gak?" Tanya Evan di seberang sana. Yap, yang menelponnya adalah Evan. Ayah dari Jingga.
"Enggak, pa. Kenapa?" Ujarnya sembari sesekali melirik ke arah sang istri berada.
"Oh ini ada yang mau papa bicarain. Tapi sebelumnya, Jingga kemana ya, Ros? Papa mau ngomong sama dia juga,"
Mendengar itu, Eros pun dengan segera menatap Jingga yang masih asik menonton film.
"Jingganya udah tidur, pa. Barusan aja, aku gak tega mau bangunin," ujar Eros berbohong.
"Oalah, tidur ya? Tapi kok tumben cepat banget tidurnya tu anak, padahal masih jam 08.00 malam," Evan di sebrang sana berkata sembari mengenyit bingung.
"Iya, pa. Soalnya kami baru aja selesai beres-beres rumah ini. Sebenarnya Eros udah larang, tapi Jingganya maksa pengen bantu. Makanya dia kelelahan deh sekarang," lagi, Eros berbohong untuk sekian kalinya.
"Ohyaudah deh kalau gitu. Sebenarnya papa nelpon kamu, karena pengen bilang, besok malam datang ya kalian ke rumah papa, soalnya papa ulang tahun. Papa ngadain acara makan malam untuk kita-kita aja, papa udah nelponin Jingga, tapi nomornya gak aktif. Sebenarnya handphone anak itu kemana?"
"Ohiyaiya pa, besok malam kami bakal usahain datang. Ah, soal handphone Jingga, handphonenya rusak, pa. Karena gak sengaja jatuh, jadi lagi di benarin," bohong Eros kembali.
"Ohgitu, pantas aja. Yaudah kalau gitu kamu sampaikan aja nanti ke Jingga ya,"
"Iya, pa. Pasti,"
"Yaudah papa tutup telponnya ya,"
"Iya, pa,"
Setelah telpon berakhir, Eros pun menyeringai.
***
"Lama banget, emang siapa yang nelpon?" Tanya Jingga setelah Eros sudah kembali duduk di sampingnya.
"Sekretaris aku, dia ngabarin kalau besok ada meeting," bohong Eros. Laki-laki itu tidak berniat ingin memberikan pesan Evan tadi kepada Jingga.
"Ohgitu," sahut Jingga.
"Kamu lapar gak? Mau makan? Biar aku masakin," tanya Eros.
Jingga menggeleng. "Enggak, udah kenyang makan ini, lagian sore juga udah makan" jawab Jingga.
Eros mengangguk paham.
Jingga menguap, membuat Eros menoleh, "ngantuk?" Tanya Eros.
"Iya. Tidur yuk!" Ajak Jingga.
"Ayo!" Ujar Eros sembari mematikan televisinya.
***
Sedangkan disisi lain.
"Papa habis nelpon siapa?" Tanya Rachel.
"Habis nelpon Eros, ngabarin buat besok," jawab Evan.
"Oh," seru Rachel beroh ria. "Ngomong juga tadi sama Jingga?" Tanya Rachel.
Evan menggeleng. "Enggak, anaknya tidur," ujar Evan.
"Tumben," ucap Rachel.
"Cape katany, habis beres-beres rumah seharian," sahut Evan. "Tau gak, ma. Handphone Jingga rusak, makanya gak aktif,"
"Ohiya? Kok bisa?"
"Jatuh kata Eros," Jawab Evan. "Papa benar-benar gak sabar buat besok, apalagi ini di tambah anggota keluarga baru, karena biasanya kan kita bertiga setiap ngadain acara ulang tahun kayak begini," sambung Evan.
"Iya, mama juga gak sabar. Gak nyangka ya, pa. Udah nambah anggota keluarga baru aja," balas Rachel sembari terkekeh.
Dan Evan pun mengangguk sembari terkekeh juga.
"Buatin papa kopi ya, ma! Papa mau begadang, ngerjain pekerjaan kantor," perintah Evan.
Rachel mengangguk. "Siap, pa," ujar Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Eros
Teen Fiction[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA!] "kamu pikir semudah itu pergi dari ku? Setelah kamu buat aku jatuh cinta sedalam-dalamnya sama kamu? kamu yang udah buat aku kayak gini, dan kamu juga yang harus bertanggung jawab!!" Publish: 17 Maret 2022 Finish: