16

1.9K 131 11
                                    

......

“Papa, Daddy kemana? Aku tidak melihatnya sama sekali pagi ini, ” Mark yang baru saja bangun kemudian ikut bergabung dengan Taeyong dan Alana yang sudah di meja makan. Taeyong baru saja menuangkan sirup Mapple di atas waffle milik Alana. Mark langsung saja mengambil waffle bagiannya.

“Entahlah Mark. Daddy-mu pergi pagi-pagi sekali. Aku bahkan tidak sadar jika dia keluar dari rumah, ” jawab Taeyong membantu Mark dengan menuangkan sirup Mapple juga di atas waffle nya.

“Tidak biasanya. Itu terdengar sedikit aneh untuk diriku. Daddy biasanya lebih suka pergi setelah sarapan. ”

“Ya, mungkin ada pekerjaan mendesak yang harus cepat-cepat dihadiri nya. Entahlah Mark, Papa tidak tahu. ”

Mereka sarapan dengan suasana yang cukup ramai-ramai, Alana terus saja mengoceh soal kehidupan sekolahnya yang makin hari semakin membuatnya bahagia. Terlebih lagi, di sekolahnya ada guru tambahan yang kata Alana tampannya maksimal. Harus Alana akui jika guru barunya itu tampan, tapi Daddy-nya masih jauh lebih tampan dari siapapun.

Taeyong?

Nah, Alana tidak pernah berpikir jika Taeyong itu termasuk dalam kategori pria tampan. Baginya, Taeyong sangat manis, teramat manis bahkan. Semua ornamen yang ada di wajah Taeyong itu tidak ada kesan maskulinnya. Intinya Taeyong tidak tampan, oh mungkin sedikit. Ingat, sedikit dan sedikit itu tidak banyak. “Papa, bagaimana keadaan baby? ” Alana bertanya dengan sirup Mapple yang menghiasi sudut-sudut bibirnya. Ia penasaran dengan adiknya yang berada di perut Taeyong.

“Hm? Dia baik-baik saja. Ingin menyentuhnya? ”

“Bolehkah? ”

Pertanyaan Alana dihadiahi anggukan ringan dari Taeyong Alana segera menghabiskan suapan terakhir wafflenya dan turun dari kursi. Gadis itu mengelus perut Taeyong yang sudah cukup besar kemudian menempelkan telinganya di perut Taeyong. Entah apa yang Alana dengar, hanya saja dia tertawa-tawa sendiri hampir satu menit. Taeyong yang melihat itu kemudian mengelus kepala gadis itu sayang.

“Kau ingin dia perempuan atau laki-laki?” Taeyong bertanya lembut ke Alana.

Alana berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Taeyong. Ini cukup sulit jika dia diharuskan memilih apakah ia ingin adik perempuan atau laki-laki.Baginya,mau itu perempuan atau laki-laki tidak apa-apa.Tapi ada satu gender yang lebih besar daripada gender lainnya. “Laki-laki.”

“Apa?” Taeyong bertanya bersamaan dengan Mark.Pasalnya untuk seorang anak perempuan yang menginginkan adik laki-laki itu sangatlah jarang. Kebanyakan dari mereka menginginkan adik perempuan dengan alasan agar mereka saling berdandan bersama atau berbelanja bersama dan lain sebagainya yang berhubungan dengan girls things.

“Kenapa laki-laki?” Tanya Mark sambil melanjutkan kunyahannya terhadap waffle di piringnya.Taeyong mengiyakan pertanyaan Mark.Pasalnya,dirinya juga penasaran terhadap alasan Alana.

“Apa ya...tidak ada yang spesial sebenarnya.Lana tidak mau jika nanti,diantara anak Daddy hanya kak Mark sendiri yang laki-laki.Nanti dia bisa mengambil predikat anak tertampan keturunan Daddy kalau seandainya adik Lana itu perempuan.Dan Lana tidak mau nanti ada anak yang melebihi sayang Daddy dan Papa terhadap anak perempuan kalian,” Alana menjelaskan secara malu-malu.

“Jadi menurutmu,tidak apa-apa jika aku yang punya saingan?” Mark mulai menunjukan garpunya ke arah Alana.

“Mark,letakkan garpunya.” peringat Taeyong ke arah anak sulungnya itu.Harus Mark akui,jika dirinya hanya ingin menakuti adiknya tapi sepertinya ini sedikit berlebihan. Tidak usah memikirkan itu,Alana sama sekali tidak terlihat ketakutan dengan ancaman Mark. Pemuda itu menyerah,lebih baik dirinya segera menghabiskan sarapannya dan membuka toko bunga milik Taeyong.

Devil's Claw • [ JAEYONG ] • [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang