EXTRA [2]

1.7K 82 7
                                    

.

.

.

.

.

"Yunjin. Hei, dengar. Dengarkan aku dulu. Ini tidak seperti yang kau lihat. Hei!" Mark mengejar Hyunjin yang berusaha masuk ke dalam mobilnya. Bisa Donghyuck lihat jika Hyunjin terlihat sangat marah dengan Mark yang berusaha menenangkannya. Donghyuck iri.

Dirinya sangat iri. Donghyuck ingin berada di posisi Hyunjin. Dicintai oleh orang yang kita cintai. Donghyuck mengira-ngira semenakjubkan apa rasanya.

Mark mulai memeluk Hyunjin yang menangis. la tidak suka melihat orang yang dicintainya menjadi sedih seperti ini. Hyunjin adalah satu-satunya gadis yang.dicintainya. Mata Mark tidak lagi fokus pada Hyunjin.

Ia punya tanggung jawab lain yang ditinggalkannya begitu saja tadi. Di sanalah dia, berdiri sendirian, memegang baju pada bagian dadanya. Mata itu, Mark tidak akan pernah lupa mengenai tatapan mata itu. Tatapan mata yang sama ketika Mark bangun di suatu
pagi dan pria itu menatapnya dari kejauhan.

Merasa diperhatikan, Donghyuck menjadi tidak nyaman. Bukan ini yang ia inginkan.Donghyuck tidak ingin Mark melihatnya dengan tatapan kasihan seperti itu. Mungkin sebaiknya Donghyuck pergi saja dari sini. Kali ini dirinya yakin, Mark tidak akan mungkin
mengejarnya.

Dan Mark memang tidak lagi mengejar.  Mata Mark tidak berhenti menatap sosok Donghyuck yang hilang ditelan ujung jalan. Sementara Hyunjin masih sesenggukan di pelukannya. Meski Marm sudah berjanji, ia masih belum mengerti bagaimana mengatur perhatiannya. Meski sudah mengatakan akan bertanggung jawab, Mark masih belum mampu menunjukkan
hal itu. Meski hati nurani Mark berteriak untuk menolong Donghyuck terlebih dahulu, karena biar bagaimanapun, dirinya lah yang menarik pria itu ke permasalahan ini.

Tetap saja, Mark masih belum mampu. Bajingan seperti dirinya akan tetap menjadi bajingan. Mark kasihan pada dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

Sastra Bandingan merupakan mata kuliah terakhirnya di hari ini.Donghyuck sudah mulai bergegas merapikan segala perlengkapan belajarnya. la harus segera bergegas sebelum bosnya memarahinya lagi. Donghyuck adalah orang yang ceroboh,tidak heran jika ia tidak bisa bertahan di satu pekerjaan yang tetap. Sebelum kontrak kerjanya habis, ia pasti akan dipecat duluan. Beau tidak bisa seceroboh itu lagi. Akan ia kasih makan apa nanti anaknya jika hal ini tetap terjadi?

Tanpa Donghyuck sadari, semenjak keluar dari kelasnya ia diikuti oleh seseorang. Tidak ada yang curiga kepada orang itu karena ia mampu berbaur dengan sangat baik dengan mahasiswa-mahasiswa pemuja buku ini. Bisa kau temui hampir semua orang di koridor ini memegang buku yang entah berasal dari mana dan abad ke berapa dengan penulis dari periode apa saja. Beau baru saja melewati seseorang yang memegang buku karya William Shakespeare, Jane Austin kemudian, lalu Agatha Christie, dan selanjutnya ada Oscar Wilde, oh! Jangan lupakan ada buku karya Edgar Allan Poe di ujung sana.

Donghyuck tetap saja berjalan dengan hati-hati, kandungannya masih sangat muda. Jika ia ceroboh, persentase dirinya keguguran akan semakin tinggi. Donghyuck tidak ingin hal itu terjadi. Dari kejauhan ia bisa melihat tempatnya bekerja paruh waktu.

Hanya sebuah cafe biasa dengan dirinya yang diterima sebagai pelayan. Belum juga Donghyuck menginjakkan kakinya di tempatnya bekerja, tangannya sudah ditarik oleh seseorang. Mulutnya pun dibungkam dengan sebuah kain. Donghyuck mulai
ketakutan, tidak, ia tidak boleh ketakutan. Sekuat tenaga Donghyuck melindungi perutnya, meski kaki dan badannya terus memberontak.

Devil's Claw • [ JAEYONG ] • [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang