4

2.2K 230 24
                                    

"Tetap tidak bisa Mingyu."

Mingyu langsung menghela napasnya panjang begitu ia keluar dari ruang guru. Ia baru saja bertemu dengan wali kelasnya untuk meminta pemindahan kelas. Dirinya sungguh tidak mau satu kelas bersama Seungcheol. Namun permintaannya di tolak, sang wali kelas bilang bahwa ia berada di kelas unggulan dan tidak bisa seenaknya pindah kelas apalagi Mingyu siswa beasiswa yang harus menuruti segala peraturan sekolah yang ada.

Baru hari pertama dirinya memasuki sekolah tersebut tapi ia sudah di hadapkan dengan masalah utama dalam hidupnya, masalah yang selalu membuatnya kesulitan selama tiga tahun terakhir dan kini, masalah itu masih mengikutinya. Mingyu tidak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Ia melangkah menjauhi ruang guru yang ada di lantai pertama, Mingyu menaiki tangga untuk menuju lantai dua di mana kelasnya berada. Ya, kelas di mana masalahnya berada. Ia terus melangkah dan saat mendekati kelasnya, ia terhenti karena melihat Seungcheol dan teman-temannya berdiri di koridor depan kelas tersebut. Mingyu menelan ludahnya kasar, ia menundukkan kepalanya dan melangkah untuk menuju kelasnya.

"Oh, Mingyu.." namun panggilan Seungcheol menghentikan langkahnya dan pemuda itu menghampirinya, menariknya mendekat ke arah temannya yang lain. "Aku tidak tahu kau mengenal Wonwoo hyung." ucap Seungcheol dengan nada meremehkan.

Sedangkan pemuda Kim itu hanya menundukkan kepalanya. "Hanya.. mengenal nama." jawabnya lirih.

"Sungguh?" Seungcheol tersenyum simpul. "Lalu kenapa Wonwoo hyung bilang ia tahu bahwa kau di pukuli kakakmu hm?" tanyanya menggoda.

Mata almond itu mengerjap kecil, ia langsung mendongakkan kepalanya. "Hanya.. kebetulan." jawabnya, ia sungguh tak ingin memiliki masalah terhadap Seungcheol meskipun itu berhubungan dengan Wonwoo. Apalagi, dari apa yang ia lihat, Wonwoo cukup dekat dengan Seungcheol, entah bagaimana keduanya saling mengenal.

"Ah.. kebetulan.." Jeonghan berjalan mendekati arah Mingyu, ia menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu. "Sungguh hanya kebetulan?"

"I-iya." jawab Mingyu terbata. Ia benar-benar bingung harus bersikap yang bagaimana lagi. Padahal selama ini ia tidak pernah sekalipun menganggu keempat pemuda yang kini berada di hadapannya, entah apa salahnya ia pada mereka.

Seungcheol mendekat ke arah Mingyu, ia menatap pemuda Kim itu dengan mata tajamnya. "Baiklah, aku percaya padamu kali ini.." ia mengusap pundak kiri Mingyu dengan gerakan kecil. "Tapi jika aku melihatmu berbicara dengan Wonwoo hyung.." ia lebih mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Mingyu. "Kau tahu apa yang akan terjadi Mingyu." bisiknya lalu ia mendorong Mingyu.

Pemuda Kim itu terhuyung mundur, ia menatap Seungcheol yang tertawa bersama yang lain, ia segera berbalik dan memasuki kelas dan langsung mendudukkan diri di kursinya. Ia menghela napasnya panjang, terdiam melamun dengan apa yang Seungcheol ancamkan barusan.

"Kau kenal dekat mereka?"

Mingyu mendongak saat mendengar suara tersebut, yang datang dari pemuda yang duduk di hadapannya. Ia membaca nametag di seragam pemuda itu, namanya Seokmin. "Tidak.. kami hanya satu sekolah dulu." jawab Mingyu dan kembali menunduk.

Seokmin mengangguk paham, ia memperhatikan Mingyu dengan lekat. "Mingyu bukan?" tanyanya lagi, dan pemuda yang duduk di belakangnya itu hanya mengangguk untuk menanggapi. "Bagaimana kau mengenal Wonwoo?" tanyanya.

Mata Mingyu mengerjap kecil, ia mendongak, jadi seberapa populernya Wonwoo sampai siswa baru di sekolah tersebut juga mengenal Wonwoo. "Kau mengenalnya?" tanyanya.

"Tentu saja." Seokmin menghela napasnya. "Jadi, bagaimana hm?" tanyanya lagi, ia menunggu Mingyu yang malah terdiam dengan tatapan wajah datarnya.

"Ehm Wonwoo hyung beberapa kali datang ke toserba tempatku bekerja." jawab Mingyu, ia tak mau mengatakan lebih, bahwa Wonwoo sampai datang ke rumahnya.

Unless It's You 1 & 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang