8

1.7K 194 19
                                    

'kau adalah sebab ayah dan ibu bunuh diri!'

"Mingyu? Apa yang terjadi dengan dahimu?" Seokmin mengernyitkan dahinya, menatap Mingyu yang baru sampai di kelas dengan luka di kepalanya yang sudah di perban.

Pemuda Kim itu mendudukkan diri dirinya di kursinya. "Hanya terbentur.." jawabnya. Mingyu terdiam sembari mengeluarkan beberapa buku untuk pelajaran pertama dari dalam tasnya.

Tatapan Seokmin tak kunjung teralih dari Mingyu, ia masih menatap teman kelasnya itu dengan bingung. "Sungguh?" tanyanya sekali lagi dan Mingyu mengangguk untuk menanggapi. Ia menghela napasnya. "Jika terjadi sesuatu, katakan saja padaku Mingyu." lanjutnya lalu berbalik ke posisi awalnya, menatap ke arah depan kelas.

Mingyu menatap Seokmin dengan tatapan tidak enak, Seokmin selalu yang lebih dulu menanyai keadaannya, menawarkan sesuatu seperti barusan, sebuah bantuan kepada dirinya. Namun Mingyu, dirinya cukup sulit untuk percaya kepada seseorang, bahkan kepada Wonwoo, ia tidak bisa menceritakan semuanya, ia juga membutuhkan waktu agar perasaan percayanya terhadap Wonwoo tumbuh.

Pemuda Kim itu sedikit menghela napasnya, ia menolehkan kepalanya, menatap keluar jendela sembari menatap atap gedung sebelah yang memang lebih tinggi dari gedung utama. Sedari semalam, Mingyu terus memikirkan perkataan kakaknya, yang mengatakan bahwa ia sebab kedua orang tuanya memilih untuk bunuh diri.

Namun semakin di pikirkan, membuat Mingyu semakin bingung dan tidak masuk akal. Ia memang sama sekali tidak tahu alasan kenapa kedua orang tuanya memilih untuk bunuh diri, dimulai dengan ibunya dan ayahnya memilih untuk menyusul seperti yang dikatakan Rowoon, tapi baru semalam Rowoon mengatakan bahwa alasannya adalah dirinya.

Mingyu merenung, bahkan ia tidak bisa fokus dengan pelajaran yang ia dapatkan selama seharian ini. Sampai akhirnya, Mingyu keluar kelas saat jam istirahat kedua. Seperti biasa, ia melangkah menaiki tangga untuk menuju ke lantai empat lalu menuju ke atap. Mingyu hampir setiap hari menghabiskan waktu istirahatnya di sana. Atap gedung utama sekolah tersebut menjadi saksi bisu setiap renungkan dan kesepiannya Mingyu.

"Benar dugaanku, kau di sini."

Mingyu segera menolehkan kepalanya ke sumber suara dan melihat Wonwoo yang keluar dari pintu keluar atap dan berjalan ke arahnya. Ia menatap pemuda Jeon itu hingga berhenti di sampingnya, langsung menyandarkan diri di pembatas atap dan menatapnya dengan tatapan yang biasa ia dapatkan dari Wonwoo. "Ada apa hyung?" tanya Mingyu.

Setelah semalam ia menangis dan meminta Wonwoo untuk menemaninya, Wonwoo mengobati luka di dahi Mingyu dan mengantar pemuda Kim itu pulang dengan motornya. Lalu sampai di rumah, Mingyu tak langsung tidur, melainkan bebersih dan memikirkan perkataan sang kakak juga dengan perasaannya terhadap Wonwoo.

Sesekali Mingyu berpikir bahwa perasaannya terhadap Wonwoo tidaklah benar, ia seharusnya tidak memiliki perasaan seperti itu terhadap Wonwoo. Ia merasa bersalah pada Wonwoo yang menganggapnya hanya sebatas teman, dan karena pikiran itu, membuat Mingyu berpikir untuk memendam dalam-dalam perasaannya.

Wonwoo menundukkan kepalanya, ia menatap kosong lantai atap tersebut, menghiraukan terik matahari yang tepat di atas kepala. "Tidak, aku hanya ingin mencarimu." jawabnya kemudian. Sebenarnya Wonwoo sungguh tak tega untuk tidak menemani Mingyu. Ia tahu semalam Mingyu benar-benar terpuruk dan menangis di pelukannya sampai membuat seragamnya terkena air mata juga darah Mingyu.

Itu sebabnya Wonwoo berada di sana sekarang, ia tahu bahwa hal terbaik yang bisa ia berikan terhadap Mingyu adalah menemaninya, entah membantu atau tidak dalam masalah yang Mingyu hadapi, setidaknya Wonwoo bisa memberikan dukungan meskipun ia tak memberikannya secara langsung. "Apa.. setelah pulang sekolah kau akan ke rumah sakit?" tanya Wonwoo kemudian.

Unless It's You 1 & 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang