17. gibah

547 97 1
                                    

Beberapa hari kemudian, Sakura kembali sekolah seperti biasanya. Selama di rawat, Park Jihoon tak henti-hentinya meminta maaf atas kelalaiannya sebagai seorang paman. Sakura juga belum tahu tentang masalalu si Sakura asli yang katanya tak bisa beladiri. Ini aneh. Seharusnya sejak Sakura memasuki tubuh ini, Sakura merasa lemas atau setidaknya akan mudah kelelahan jika berlari cukup lama. Tapi Sakura justru merasa biasa saja dan tidak kelelahan walau ia harus berlari beberapa kilometer dari rumahnya. Bukankah itu aneh?.

Sakura memasuki kelas seperti biasa. Belum ada yang menyadari kehadiran gadis itu. Jay juga hanya diam menatap ke arah jendela seolah-olah penghuni kelas tidak ada.

Sakura duduk di kursinya. Jay yang merasakan kehadiran seseorang di dekatnya, lantas menoleh.

"Hai Jay"

Jay refleks memeluk Sakura. Di usapnya beberapa kali surai biru gelap gadis itu. Sakura tertawa pelan. Tawanya justru membuat seisi kelas kini beralih menatap ke arah Sakura kompak.

"SAKURA?!"

"Sakura kau sudah sehat?"

"Sakura kenapa tidak memberitahu ku?!"

"Sakura ini kau?!"

"Sakura, kau benar sudah baik-baik saja? Bagaimana luka mu?"

Jay melepaskan pelukannya, membiarkan Sakura berbalik dan menghadap ke arah teman-temannya.

"aku baik-baik saja Mijin. Seharusnya aku masuk sekolah seperti biasa. Tapi paman ku sangat cerewet, dia tidak mengizinkan ku pergi kemana pun"

Mijin memeluk Sakura sejenak kemudian duduk di depan gadis itu.

"Aku belum sempat berterima kasih padamu. Terima kasih Sakura. Berkat kau, aku baik-baik saja. Aku sangat menyayangimu" Mijin tersenyum tulus membuat Sakura terharu di tempatnya.

"Kau sudah sembuh, Ishida?"

Sakura mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Pemuda mata sipit dengan perban di kedua tangannya itu ikut mendekat dan duduk di samping Mijin.

Sakura terkejut. Bukankah malam itu Zin tidak terluka sedikitpun. Jadi bagaimana bisa kedua tangan pemuda itu patah seperti itu? Apakah alurnya tetap sama dan Zin tetap akan mengalami patah tulang walau Sakura mencoba untuk menyelamatkan pemuda itu?.

Apa ini? Jadi semuanya sia-sia? Sakura tidak bisa mengubah alurnya meskipun dia berusaha? Bagaimana jika sesuatu terjadi pada teman-temannya dan Sakura tidak bisa melindungi mereka?!.

"hei Ishida. Kau menangis?"

Sakura mengusap airmatanya kasar. Gadis itu tersenyum lebar ke arah Zin seolah mengatakan ia baik-baik saja.

"Bagaimana denganmu Zin? Ada apa dengan tanganmu?"

Zin menatap kedua tangannya. "Ini luka kecil bagiku. Bukan apa-apa"

"Zin di hadang beberapa orang dari sekolah lain, karena kalah jumlah, tangan Zin di patahkan oleh mereka."

"Benar begitu, Zin?"

Zin memalingkan wajahnya. Sakura sedikit menghela nafas. Jadi walaupun tidak mengalami patah tangan oleh Zeus, Zin justru patah tangan oleh orang lain.

"yahh setidaknya Zin masih hidup. Hahahaha"

Zin mendelik. "Apa maksudmu? Kau mendoakan ku celaka ya, Ishida?!"

"Zin, aku tidak berdoa. Hanya sedikit berharap saja."

Sakura tertawa melihay Zin yang misuh-misuh di kursinya. Sakura tersenyum tipis. Gadis itu menatap teman-temannya intens.

Fake | Lookism X Original character Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang