Bara membetulkan celana nya kembali begitu pun Yolla merapikan penampilannya yang jauh lebih kacau. Rok yang tersingkap, celana dalamnya menggantung di bawah lutut dan payudaranya yang sudah keluar dari pakaiannya yang masih dipakai.
Bara mengelap tangan wanita itu dengan tisu basah tidak lupa menyemprotkan hand sanitizer dan mengusap usap nya. Mengambil tisu basah lagi untuk membersihkan sekitar leher dan dadanya.
"Honey." Yolla sedikit protes karena tangan laki-laki itu masuk ke dadanya.
"Aku hanya membersihkannya saja." Bara tersenyum jail.
"Kan udah tadi pake tisu kering."
"Mastiin lagi aja biar makin bersih pake tisu basah."
"Alasan." Lalu Yolla memoleskan lipstik di bibir.
"Aku pergi ya. Makasih udah dianterin."
"Iya sayang."
Mereka berciuman sebentar. Yolla berjalan cepat masuk ke kantor nya, pinggul dan bokong penuh itu berlenggak lenggok seksi dan tak lama kemudian Bara meninggalkan tempat kerja sang kekasih.
***
Pagi ini sekolah dipulangkan dengan cepat karena para guru akan ada rapat. Sudah setengah jam berlalu Aqila menunggu Tristan di halte bus yang tak jauh dari gedung sekolahnya.
"Kok lama banget ya. Qia udah pegel nungguin nya." Gadis imut itu cemberut.
"Qia kenapa bisa lupa gak bawa hp. Jadi susah kan mau WhatsApp kakak lagi." Sebelumnya Aqila memang sudah mengirim pesan pada sang kakak lewat hp temannya.
Sebuah motor sport merah berhenti di depannya. Pengendara itu melepaskan helm ny.
"Aqila? Kok masih di sini?" Itu Reza. Kelas duabelas IPS 3.
"Reza juga kenapa baru pulang?" Aqila bertanya balik.
"Baru dari kosan temen. Kamu nunggu metromini?"
"Nggak. Qia nunggu kakak."
"Ohh. Udah di wa belom?"
"Udah sih tadi pake hp temen Qia."
Reza tersenyum gemas. Menurut nya lucu ada perempuan yang gaya bicaranya seperti Aqila.
"Aku anter pulang mau?"
"Gak usah Reza. Nanti kalo kakak ke sini terus kelimpungan nyariin Qia gimana? Ntar dikiranya Qia ilang apalagi gak ada nomor yang harus kakak hubungi."
"Lo lucu banget sumpah!" Wajah Reza sudah berkerut kerut gemas.
Aqila hanya cengengesan dapat pujian semacam itu. Keduanya mengobrol dengan asik bahkan sekarang Reza ikut duduk di bangku halte menemani Aqila sampai Tristan tiba.
"Nih. Di dalam sini nih, kayaknya isinya kosong deh." Kata Reza sambil mengetuk-ngetuk jidat Aqila dengan ujung telunjuk.
Dengan mereka yang saling berhadapan dan duduk dalam jarak yang dekat apalagi ada sentuhan sentuhan fisik seperti itu membuat mata tajam Tristan emosi dan kesal.
Laki-laki itu turun dari mobilnya. "AQILA!"
Teriakannya cukup keras sehingga kedua siswa di halte itu saling menoleh. Reza menampilkan ekspresi biasa saja karena tidak sadar jika Tristan sedang menahan emosi.
Begitu juga Aqila gadis itu berdiri tersenyum lebar. "Kakak!"
Tanpa kata Tristan langsung saja menarik tangan nya lalu menyebrang jalan menuju mobilnya, Reza sedikit canggung mendapat pelototannya yang tadi sempat ditujukan untuk nya.