Sudah beberapa bulan berlalu Aqila belum bertemu kedua orang tuanya. Atau mungkin mereka sudah tidak mau lagi ia anggap sebagai orang tuanya.
Kesalahan fatal sudah berhasil membuat Diva dan Regan kecewa sampai ia dan Tristan menerima pengusiran dari mereka.
Diva terpukul. Merasa sudah gagal menjadi seorang ibu. Diva pikir dia sudah benar mengajari Tristan menjadi pria baik-baik, ia kira sudah berhasil menjaga putri angkatnya.
Namun ternyata kedua anak nya yang begitu ia sayangi dan ia banggakan justru melakukan dosa atas suka sama suka.
Setengah dari hatinya, Diva tidak heran dengan pergaulan anak di zaman sekarang namun bukan berarti kedua anaknya termasuk di dalamnya. Hatinya menolak dengan apa yang sudah terjadi sampai sampai dia tidak mau melihat Aqila ataupun Tristan bahkan kala itu ia berteriak dan menampar wajah anak sulungnya.
Ikut memaki Aqila dan meluapkan kekecewaan nya. Dalam keadaan sadar Diva menyuruh Aqila untuk menggugurkan kandungan nya saja yang tentunya ditolak mentah mentah oleh Tristan.
Pada awalnya Tristan memohon mohon tidak adanya pengusiran dari mereka tapi ketika sang ibu menyuruh Aqila menggugurkan calon bayi nya, Tristan pun segera membawa Aqila pergi.
Sejak pergi dari rumah orang tua mereka, keduanya menempati sebuah rumah yang di kontrakan. Jaraknya lumayan jauh dari tempat kerja Tristan tapi setidaknya hunian ini lebih layak karena sudah lengkap dengan isi furnitur di dalamnya.
Tristan tidak masalah membayar dengan harga mahal karena yang terpenting kenyamanan Aqila dan kehamilan nya.
Tanah kapling yang Regan beli untuk Tristan dulu memang sudah didirikan sebuah rumah berlantai dua namun masih proses pembangunan karena terkendala biaya. Untuk masalah rumah, Tristan tidak mau merepotkan kedua orang tuanya. Sudah di belikan tanah saja ia sudah berterimakasih mengingat harga tanah di zaman sekarang sangat mahal.
Tristan tidak mungkin membawa Aqila ke sana karena belum selesai semua.
".... Qia kangen."
Aqila tetaplah anak kecil meski usianya sudah lebih dari 17 tahun. Ia yang selalu di manjakan, selalu menerima aturan, selalu dalam perhatian. Baik Regan maupun Diva yang tak pernah sekali pun bersikap dan berkata kasar, memberinya banyak kasih sayang dan bagaimana protektif nya Diva terutama Tristan.
Namun itu semua menjadikan Aqila bergantung pada mereka. Ia belum terbiasa dengan keadaan yang baru. Biasanya jika regan atau Tristan sibuk di luar akan ada Diva yang menemaninya di rumah. Setiap hari menyantap masakan Diva.
Tapi kali ini nyaris setiap hari Tristan memesan makanan lewat aplikasi atau sesekali pria itu memasak.
Cukup lama Aqila duduk di bangku teras. Setiap sore dia sering melakukan nya sekedar duduk dan minum teh dan melihat anak anak berbaju muslim yang lewat. Kata Tristan setiap sore mereka pergi ke mushola untuk mengaji.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore lewat dua puluh menit. Hari juga sudah mulak gelap, Aqila menyudahi duduk nya dan masuk ke dalam rumah.
Baru juga berdiri mobil Tristan terlihat masuk dan berhenti di garasi. Aqila tersenyum lebar. Terlewat senang jika sudah melihat kedatangan kakak nya.
"Baby," Tristan mengecup kening dan bibirnya lembut.
"Kok masih di luar?" Ia merangkul wanita kecilnya masuk ke rumah dan menutup pintu.
"Baru mau masuk terus kakak dateng. Ya udah aku nunggu kakak aja sekalian."
"Lain kali kalo udah sore, jangan di luar ya. Katanya gak baik untuk ibu hamil."