Axel mendesah lelah. Ia masih dengan sabar menghadapi mood Bianca yang sedang tidak bagus. Mereka baru saja berantem karena kecemburuan seorang Bianca.
"Oke kalau kamu gak mau ketemu aku. Tapi mau ya aku anterin pulang?"
"Gak! Gak usah! Aku mau pulang sendiri aja banyak taxi online yang bisa aku pesan!" Jawab nya ketus.
"Cepet buka pintunya! Siniin kunci nyaaaa!"
"Gak mau kecuali aku anter kamu pulang." Jawabnya kalem. Memainkan kunci pintu di tangan.
Wajah Bianca jadi garang. Kesal dan emosi. "Rese banget sih! Aku gedor gedor ya pintunya biar yang di luar pada ke sini terus kamu kena sangksi gara-gara ngurung aku!"
"Silahkan. Paling cuma di tanya kenapa aku kurung kamu di ruangan aku, tinggal dijawab aja lagi pacaran."
Bianca melotot dengan ucapan pacar gantengnya itu. Berjalan cepat ke arah nya karena tidak tahan ingin menjambak menampar mencubit Axel.
"Dasar pria tuaaaa." Berhasil. Bianca meluapkan emosi nya dengan memukuli lengan Axel yang dipakai untuk melindungi wajah tampannya.
"Sakit yang... Aduh... Hei udah... Ya ampun. Brutal banget sih kamu.." laki-laki itu mengaduh tapi sambil cekikikan.
Belum puas memukulnya, Bianca menjambak rambut Axel seolah ingin merontokkannya dari kepala.
"Ampun yaaaang.... Lepas yang! Nanti aku botak.. ahahah.... Ahaha....hahaa...."
Bianca semakin dongkol. Sedikit berjinjit dan sekuat tenaga mengigit lengan berotot Axel.
"AAAAKKHH!" Axel menjerit kesakitan.
Refleks mendorong tangannya sampai gigitan Bianca terlepas dan gadis itu terdorong namun tidak sampai tersungkur.
"Ganas banget gigitan kamu." Axel memeriksa keadaan lengan nya yang terkena gigitan Bianca.
Lukanya cukup dalam dan membekas jelas bahkan di beberapa nya ada setitik darah. Rasanya sangat sakit!
Bianca yang tersadar dengan perbuatannya, merosotkan dirinya sampai terduduk di lantai. Dia menangis keras. Antara kesal karena masih emosi dan perasaan cemburunya, juga rasa bersalah sudah melukai Axel.
Axel terkekeh geleng geleng kepala, sudah hafal betul dengan tabiat Bianca yang akan menangis setelah melakukan KDRP (Kekerasan Dalam Ranah Pacaran).
Seperti seorang ayah yang menggendong balita, Axel lalu membawa Bianca duduk di mejanya. Laki-laki itu berdiri di antara kaki Bianca.
"Aku yang sakit kenapa malah kamu yang nangis?" Dengan lembut ia lap wajah Bianca yang basah.
"T tangan kamu... Hiks hiks .. tangan nya berdarah...."
"Aku gigit nya k kuat banget. Hiks...."
"Iya kuat banget sampe berdarah."
Bianca semakin kejer. Semakin merasa bersalah. Axel dekap tubuh langsing itu mengusap usapnya hangat.
"Obatin ya?" Pinta Axel yang diangguki Bianca.
"Obatnya di mana?" Suara Bianca agak mindeng.
"Di laci." Laki-laki itu berjalan memutari meja bersamaan dengan Bianca yang membalikkan badannya. Masih di atas meja, Bianca mendekat dan seperti posisi awal mereka bedanya Axel duduk di kursinya.
Bibir Bianca cemberut melihat luka gigitannya, ia cium beberapa kali.
"Pasti sakit?"
"Maafin... Maafin aku..."