Meski di rumahnya ada tiga ART yang sudah memiliki tugasnya masing-masing, untuk urusan masak memasak Thalia sendiri yang melakukan nya. Selain sudah terbiasa dan memasak adalah hobinya, Thalia ingin jika di rumah, suami nya terbiasa menikmati masakan yang dia buat termasuk anak-anak nya nanti.
"Selesai!"
Kali ia membuat nasi goreng dengan irisan udang dan telur dadar. Ada juga potongan buah melon, semangka, dan apel yang siap dimakan.
"Suami pasti masih molor."
Thalia melepas celemek nya sebelum ke kamar untuk membangunkan sang suami. Laki-laki yang tidak memakai sehelai benang pun di balik selimut itu tidur tengkurap sangat pulas.
"Ar, bangun sayang." Thalia mengguncangkan bahu Arsen pelan.
"Ayo bangun. Kita harus segera ke kantor." Ia kecup pelipis Arsen.
"Sayang."
"Hmmm.." Arsen bergumam lirih.
"Aku masih ngantuk." Katanya dengan suara parau khas bangun tidur. Matanya mengerjap pelan.
"Salah sendiri kalo minta jatah gak kira-kira ampe jam berapa!"
Arsen hanya terkekeh. "Susah berhentinya kalo udah genjot kamu--- awww! Kenapa di cubit sih yang! Sakit tauu.."
"Lagian! Pagi-pagi dah mesum aja."
Karena selain ucapan pagi Arsen yang mesum tangan laki-laki itu juga merayap masuk ke rok Thalia.
"Ihh tangan nya!" Lagi-lagi Thalia menyingkirkan tangan Arsen.
Dengan terpaksa laki-laki itu bangun. Duduk lalu menarik tengkuk Thalia dan menciumnya, meski kesal karena aksinya yang tiba-tiba Thalia tetep membalas ciuman sang suami.
"Istriku udah mandi?"
"Belum." Jawab Thalia agak terengah.
"Bagus!"
"Kyaaaaa...." Thalia hampir jantungan karena tubuhnya sudah Arsen bopong ke kamar mandi.
"Turunin!"
"Iya. Nanti di kamar mandi."
"Gak mau mandi berdua!" Thalia merengek kesal.
Arsen tidak menggubrisnya. Meski kesal Thalia tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut mandi++ dengan suami. Seluruh Badan mereka sudah basah kuyup di bawah guyuran air shower, gerakan Arsen menciptakan bunyi yang erotis berbaur dengan desah dan jeritan Thalia yang keenakan.
Karena aktifitas tambahan itu mereka tidak sempat sarapan dan Thalia pun menghabiskan sarapannya di mobil sambil menyuapi suaminya. Kalau saja tidak ada janji dengan kolega, Thalia dan Arsen bisa-bisa saja datang kesiangan.
"Udah yang. Aku kenyang."
Thalia merapikan kotak makannya kembali lalu menyerahkan botol minum yang sudah ia buka tutupnya pada Arsen.
***
"Aqila gak usah sekolah dulu ya?" Kata Diva. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah kepala empat itu sedang berada di kamar putrinya.
"Qia udah sembuh kok... Gak sakit lagi." Bibir Aqila cemberut.
"Nanti kalo di sekolah kecapean terus malah drop gimana?" Diva mengkhawatirkan Aqila.
"Iihhh bunda gak boleh ngomong gitu.. lagian Qia udah ngerasa sehat kok bunda."
Diva tampak ragu tapi Aqila menatapnya penuh permohonan dan terkesan jika dia baik-baik saja.