Rainy Day

144 15 1
                                    

Harry Potter © J.K Rowling.
••

Harry x Draco


Hujan kembali mengguyur Britania Raya, meski ramalan cuaca mengatakan sepanjang hari akan cerah; tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi pada detik berikutnya.

Bahkan Harry pun tidak. Dia baru saja selesai dengan kegiatan Auror nya, hendak kembali ke Grimmauld Place, rumah peninggalan sang ayah baptis; Sirius Black.

Ketika manik emerland itu melihat sesuatu, yang bahkan Rita Skeeter pun tidak akan percaya.

Di ujung sana, tepat di bawah lampu jalan. Seseorang yang dikatakan menghilang bahkan meninggal, di ujung sana, dengan payung hitam yang meneteskan air hingga membasahi ujung sepatunya. Ia berdiri, menundukkan kepala, membuat helai-helai platina itu jatuh di antara pipinya.

Dapat Harry liat kegugupan yang menyelimuti si pemuda, meski jarak mereka sekitar sepuluh meter, Harry bisa melihat segalanya dari balik lensa kacamata bulat nya.

Kemudian kepala itu terangkat, ekspresi terkejut dapat Harry lihat dari tempatnya berdiri, tapi bukan itu yang membuat sang pahlawan merasa aneh. Di bawah sinar lampu kuning keemasan itu, wajah pucat nya bersinar tertimpa sinar lampu jalan; meski payung itu tidak memberi akses lebih. Harry masih menyadari, bahwa wajah itu jauh berubah dari terkahir kali dirinya melihat.

Secara perlahan Harry melangkah mendekati sosok itu, semakin ia lihat kedua pundak nya menegang; reaksi alami ketika kau berada di situasinya.

Kini jarak mereka hanya tersisa satu meter. Harry menatap nya, tetapi abu itu lebih tertarik dengan rintikan hujan yang membasahi trotoar.

Udara sudah sangat dingin, tapi situasi mereka lebih dingin lagi. Keduanya hanya diam sejak beberapa menit lalu, tidak ada satupun yang ingin membuka percakapan. Dan hujan masih turun dengan deras.

"Potter, aku ...."

"Mungkin kita harus masuk lebih dulu."

Harry membiarkan dirinya berjalan lebih dulu, ia segera membuka akses masuk ke rumah yang mengambil gaya bertingkat ala Georgia itu.

Harry menoleh sekilas, saat tidak ada tanda-tanda orang di belakang nya akan ikut masuk.

"Malfoy, kau tidak ingin mati kedinginan, bukan?"

Pemuda itu sedikit tersentak dan kemudian segera mengikuti Tuan rumah.

Si pucat di persilahkan duduk, sementara Harry mengganti pakaian Auror nya.

Draco Malfoy, melihat keseluruh rumah. Tidak ada yang spesial, Draco pikir Harry tidak menambah atau mengganti perabotan apapun. Tetap seperti terkahir kali Sirius Black memberikan nya pada Harry.

Si pirang kembali mengalami keterkejutan ringan, saat Harry datang bersama nampan dengan dua gelas yang mengepulkan uap, cokelat panas pikir Draco.

Ketika gelas di letakkan, benar saja, itu cokelat panas.

"Minum lah, kau tampak sangat pucat," kata Harry, memperhatikan si pirang dari ujung kaki sampai kepala.

Tidak banyak yang berubah memang, kecuali matanya.
Harry tidak melihat keangkuhan atau penghinaan di sorot mata itu. Hanya ada manik abu-abu yang selembut awan mendung.

Draco mengambil cangkir nya, tidak di pungkiri ia memang merasa amat kedinginan, setelah menunggu Harry lebih dari satu jam.

"Jadi, setelah menghilang lebih dari lima tahun, kau muncul di depan rumah ku. Ada apa?"

The Untold Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang