Harry Potter © J.K Rowling.
••
Cedric x Oliver
•
•Di simpul takdir antara Oliver Wood dan Quidditch, waktu terasa terhenti seperti sapuan angin yang membelai rerumputan hijau di lapangan. Oliver, dengan matanya yang penuh tekad dan hatinya yang penuh semangat, berdiri di ambang arena, memandang langit yang terbentang luas sambil menggenggam sapu terbangnya.
Quidditch, olahraga yang menghidupkan semangat di setiap tusukan udara dan getaran bola sihirnya, menjadi medan pertempuran bagi keberanian Oliver. Di setiap gerakan sapu dan loncatan di udara, dia menemukan kebebasan yang tak terkalahkan.
Pada senja yang merona di lapangan Quidditch, Oliver merangkul kecintaannya pada olahraga itu seolah menyampaikan puisi dalam gerakan. Tiap tikungan angin di rerumputan, setiap teriakan penonton yang menerangi langit, mengukir kenangan yang abadi di hatinya.
Desis matahari terbenam, menyinari lapangan dalam cahaya oranye dan merah. Terdengar suara bulu-bulu sapu yang menyapu udara, seperti melodi yang mengalun lembut di telinga, menuturkan kisah tentang perjuangan dan kegembiraan.
Oliver melambangkan semangat perjuangan, seakan-akan sapu itu adalah ekstensi dari dirinya yang penuh semangat. Quidditch, dengan setiap pukulan angin dan pantulan bola, menyusun puisi dari kisahnya yang tak pernah lekang oleh waktu.
Di balik senyum Oliver, di setiap elok gerakan sapu, dan di antara sorakan penonton yang bergemuruh
Oliver berhasil membawa kemenangan bagi Tim Gryffindor atas Hufflepuff.
Dengan rasa puas dan kebanggaan yang besar, Oliver berlari memeluk Harry erat. Seeker baru mereka, dengan rekomendasi Professor McGonagall dan pelatihan nya. Berhasil mencetak skor yang fantastis.
"Kau berhasil Harry!" Seru nya, setelah melepaskan pelukan erat yang hampir mengambil seluruh napas Harry dari tubuhnya.
"Berkat mu juga, pelatihan mu sangat hebat," balas Harry, dengan kebanggaan tersendiri untuk Oliver.
Wood itu hanya memukul pelan bahu si anak yang bertahan hidup, mencoba menghilangkan rasa salah tingkah nya di puji seperti itu.
Mereka berpisah setelah menyadari bahwa waktu makan malam akan segera tiba.
Tetapi Oliver belum menaruh perlengkapan Quidditch di dalam ruang olahraga, jadi dia meminta semuanya pergi lebih dulu.
Dalam kesenangan yang memenuhi nya, Oliver tidak menyadari ada sesosok tubuh tinggi bak pilar Hogwarts, memandang nya masam dengan kedua tangan bersilang angkuh.
"Senang Mr. Wood?"
Oliver segera berbalik, cukup terkejut setelah tidak menyadari kehadiran kapten tim Quidditch Hufflepuff di sekitarnya.
"Tentu, kami menang. Kenapa aku tidak senang?" balas Oliver, balik menyilang kedua tangannya dan memandang Cedric Diggory dengan angkuh.
"Aku mau pertandingan ulang, apapun yang terjadi aku mau bertanding ulang!" Kata Cedric dengan tegas dan penuh penekanan.
Kedua alis Oliver bertaut, kemudian dia berbalik untuk menaruh baju Quidditch nya.
Melupakan pemuda di belakang nya, yang tengah memandang ia dengan mulut terbuka beberapa centi.
"Oliver, kau dengar aku!"
Oliver menghela napas, dia memandang Cedric tak minat.
"Dengar Diggory, perjanjian telah di lakukan. Dan kau kalah, jadi berhentilah mengganggu ku!"
Oliver menegaskan kata-kata nya, kemudian dia berbalik untuk segera pergi, sebelum lengannya di tarik. Tubuh nya terdorong ke loker penyimpanan, dengan Cedric yang mengkabedon dirinya.
"Dan dengar ini Wood, Hufflepuff mencintai kedamaian lebih dari apapun, jika mereka tak bisa mendapatkan kedamaian itu. Mereka akan mencurinya," bisik Cedric tepat di telinga Oliver, membawa sensasi menyengat ke seluruh tubuhnya.
"Aku akan mendapatkan mu dengan cara apapun, tidak peduli berapa pertandingan yang aku harus lewati."
Cedric mengecup kilat bibir Oliver sebelum meninggalkan si Wood dengan rasa shock nya.
Sensasi hangat dan menyenangkan memenuhi dirinya, menjebol tembok yang telah Oliver bangun dengan paksa.
Harusnya Oliver tidak pernah menerima tantangan Cedric Diggory. Harusnya dia mengikuti logika nya, buka hatinya.
Karena sejak awal, Oliver menyadari bahwa meladeni setiap tantangan yang diajukan Cedric dalam permainan cinta tidak hanya akan merugikannya, tetapi juga membawanya pada kekalahan yang tak terhindarkan. Pada setiap pertarungan hati, Oliver bisa merasakan getaran kekalahannya yang terpendam, namun dia terus berusaha menyembunyikan perasaannya.
Setiap lontaran kata dan rayuan dari Cedric, bagaikan panah yang menuju ke hatinya, namun Oliver bersikeras tidak menunjukkan sejengkal pun keretakan dalam pertahanannya. Dia tahu bahwa setiap interaksi lebih dalam hanya akan memperlebar jurang cinta yang terbentang di hatinya untuk Cedric.
Di dalam hati Oliver, dia merasakan bahwa kemenangan dalam cinta itu tidak selalu diukur dengan cara yang terlihat. Mungkin menarik diri adalah bentuk keberanian yang lebih besar daripada terus berjuang dalam pertarungan tanpa akhir. Namun, meski dia memahami bahwa akhirnya akan menghadapi kekalahan, Oliver tetap melibatkan diri dalam permainan ini, berharap akan ada keajaiban yang mampu merubah takdir yang telah di ukir oleh waktu.
Namun, pada kenyataannya Oliver telah kalah, bahkan sebelum perjanjian di lakukan.
Waktu telah menunjukkan keajaiban nya, cinta nya terhadap Quidditch akan segera terbagi untuk kapten Quidditch Hufflepuff. Dia menyadari itu, dan akan selalu menyadari nya.
Oliver hanya perlu menunjukkan sisi Gryffindor nya, untuk menunjukkan bahwa dia bisa mencintai hal lain, selain Quidditch.
Dan itu adalah, Cedric Diggory.
•••••••••~~~~~~••••••••••
No words, aku bahkan gak tau lagi mikirin apa pas ngetik ini 😭
Apapun itu, i hope you'll enjoy to this story always:')
See you and stay healthy guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story
RandomIsinya cuma tentang mereka, yang memiliki cemistry lebih, tapi sayang tidak bisa bersatu. Jadi ku dedikasikan book ini, untuk mereka yang kisah nya tak pernah tersampaikan. BxB Area! Please, don't like don't read. Update sesuai mood juga:') All pict...